Daftar berita terlampir:
* Tatar Sepang Diusulkan Jadi Kawasan Konservasi di Sumbawa
* GO Indramayu Menghijaukan Hutan Mangrove Bersama Masyarakat
* Polisi Selidiki Kematian Satwa Langka KBS
* Kantornya Serba Ramah Lingkungan 
* Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Jalak Bali Kurang 
* Menanti Sikap Kritis Masyarakat Soal Transgenik 
* Revolusi Hijau Babak Kedua


Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di
http://www.terranet.or.id/terramilis.php
http://www.terranet.or.id/berita.php

TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
http://www.terranet.or.id
================================================================



Tatar Sepang Diusulkan Jadi Kawasan Konservasi di Sumbawa
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2046
Kawasan Tatar Sepang, Kabupaten Sumbawa, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), 
diusulkan menjadi kawasan konservasi. Realisasi usulan ini dinilai mendesak, mengingat 
areal kawasan di selatan Sumbawa Besar, ibu kota Kabupaten Sumbawa, itu terpangkas 
oleh kepentingan pembangunan infrastruktur yang mengancam kelestarian alam dan sumber 
daya hayati di sana.

Widodo, dari World Wide Fund for Nature (WWF) Nusa Tenggara, di Mataram, Minggu 
(16/9), menyatakan hal tersebut, mengutip hasil pertemuan intansi lintas sektoral yang 
membahas Tatar Sepang sebagai kawasan konservasi. Pertemuan terkait dihadiri Ketua 
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumbawa H Amiruddin Nur.
(Kompas, 2001-09-18)



GO Indramayu Menghijaukan Hutan Mangrove Bersama Masyarakat
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2047
Kerusakan ekosistem perairan hutan payau menggerakkan sejumlah pemuda pecinta 
lingkungan. Tergabung dalam organisasi nirlaba Greenlands Organization (GO), mereka 
mencoba untuk membangun lingkungan agar bermanfaat bagi masyarakat global. Mereka kini 
tengah merehabilitasi kerusakan hutan mangrove di pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa 
Barat. Hampir sepanjang waktu hutan mangrove di daerah ini memang terus digerogoti 
oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.

"Menurunnya daya dukung sumberdaya dan kualitas lingkungan merupakan ancaman dan 
menjadi masalah besar bagi kehidupan manusia dan mahkluk lainnya di bumi ini," kata Ir 
Narendra Nurcahya, Direktur GO saat ditemui Republika di lokasi penanaman 115.000 
batang pohon mangrove di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, pekan lalu.
(Republika, 2001-09-18)



Polisi Selidiki Kematian Satwa Langka KBS
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2048
Kematian lima ekor satwa penghuni Kebun Binatang Surabaya (KBS) mengundang polisi 
Surabaya untuk menyelidikinya. Kemarin, anggota tim reserse Polresta Surabaya Selatan 
turun ke KBS mengumpulkan keterangan ihwal kematian satwa-satwa langka koleksi KBS.

Jika dalam penyelidikan ditemukan unsur kesengajaan pembunuhan satwa, maka polisi 
tidak segan untuk menindak tegas pelakunya. "Pembunuhan satwa itu juga tindak 
kriminalitas. Jadi penyelidikan ini harus tuntas dan akan kita proses sesuai hukum," 
ungkap Kapolwiltabes Kombes Pol Ito Sumardi kepada wartawan, Senin (17/9).

Penyelidikan polisi sebatas pada kematian satwa dan tidak mengarah pada penyelidikan 
hilangnya tujuh ekor burung Jalak Bali. Alasan Ito karena polisi tidak pernah menerima 
pengaduan dari KBS soal hilangnya tujuh ekor burung langka Jalak Bali.
(Republika, 2001-09-18)



Kantornya Serba Ramah Lingkungan 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2049
Tenaga listrik betul-betul dihemat berkat atap kaca sepanjang 175 meter yang berada 40 
meter dari permukaan tanah, menaungi enam gedung empat lantai kantor pusat British 
Airways. Markas di kawasan bekas rawa Waterside di Harmondsworth ini, letaknya 2,5 mil 
dari bandar udara internasional Heathrow London. 
Praktis memang listrik tidak diperlukan untuk penerangan hingga petang hari berkat 
cahaya Matahari masih menerangi gedung-gedung tersebut yang juga serba tembus pandang, 
termasuk elevator-nya. Sehingga catu daya hanya di-butuhkan guna menggerakkan alat ini 
untuk mengantar para karyawan dan tamu ke tingkat yang diinginkan.

Sebuah jalan, "The Street" yang membelah keenam gedung tersebut, dihiasi oleh taman 
lengkap dengan bangku kayu yang terdapat di bawah pohon, tidak pernah sepi dari orang 
yang beristirahat atau- pun berdiskusi di "alam terbuka." 
(Kompas, 2001-09-17)



Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Jalak Bali Kurang 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2055
Peran aktif masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) dan Hutan 
Bali Barat (HBB) untuk melestarikan keragaman flora dan fauna di kawasan tersebut, 
masih kurang.

Kepala Kanwil Kehutanan Bali, I Made Subadia ketika dihubungi ANTARA di Denpasar, 
Senin mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat itu, merupakan kendala dalam upaya 
pelestarian flora dan fauna di kawasan itu, khususnya yang menyangkut habitat satwa 
endemik Jalak Bali (Leucopsar rothschildi).

"Bayangkan saja, saat ini banyak burung Jalak Bali yang hilang dicuri perampok, akibat 
koordinas pengamanan dengan masyarakat setempat tidak berjalan," ujarnya dengan nada 
prihatin. Tidak itu saja, kepedulian masyarakat setempat untuk mengamankan kawasan 
tersebut dari aksi pencurian kayu di kawasan TNBB dan HBB, yang merupakan habitat 
burung Jalak Putih, juga tidak ada.
(Republika, 2001-09-17)



Menanti Sikap Kritis Masyarakat Soal Transgenik 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2079
Pada sebuah lokakarya tentang prosedur keamanan dalam penerapan teknologi rekayasa 
genetika tingkat ASEAN, di Kuala Lumpur pada awal 1999 ada pembahasan menarik tentang 
bagaimana risiko produk teknologi canggih ini dinilai. 

Seorang ilmuwan anggota Dewan Pengawas Rekayasa Genetik Malaysia melaporkan bahwa 
dewan tersebut sudah menguji kedelai transgenik (produk hasil rekayasa genetik) yang 
tahan herbisida dan ternyata tidak menemukan risiko bagi kesehatan manusia. 

Tetapi dia mengatakan bahwa kesimpulan tersebut ditarik dari laporan dan daftar isian 
proponen kedelai tersebut, yaitu sebuah perusahaan multinasional dari Amerika Serikat. 
Dengan jujur ia mengatakan, dewan tersebut tidak melakukan uji sendiri dan hanya 
menganalisis tingkat keamanan berdasarkan informasi dari pengusul. Sebenarnya dengan 
cara demikianlah selama ini produk rekayasa genetik dinyatakan aman di banyak negara, 
yaitu berdasarkan informasi dari pengusul, bukan berdasarkan penelitian independen. 
(Sinar Harapan, 2001-09-17)



Revolusi Hijau Babak Kedua
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2057
KEKHAWATIRAN produk tanaman rekayasa genetika atau tanaman transgenik (genetically 
engineered/modified foods) akan merusak lingkungan saat ini masih kontroversial di 
negara-negara maju. Padahal justru negara-negara berkembanglah yang akan dirugikan, 
kalau terbukti tanaman transgenik mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan 
kesehatan manusia karena lemahnya peraturan yang ada. Saat ini tanaman transgenik 
seperti kedelai, jagung, padi-padian, dan kapas, banyak ditanam di negara-negara 
berkembang.
Sudah diketahui bahwa Revolusi Hijau yang berlangsung global 1960an-1990an secara 
nyata meningkatkan produksi biji-bijian, meski itu dibayar cukup mahal dengan 
penggunaan pupuk nitrogen tujuh kali lebih tinggi dan meningkatnya penggunaan 
pestisida akibat kenaikan populasi hama pada lahan yang monokultur. Kerusakan 
lingkungan sebagai akibat peningkatan pemakaian pupuk nitrogen seperti naiknya 
pemanasan global, berkurangnya lapisan ozon, dan gangguan asap, dapat dicari jalan 
keluarnya karena problemnya jelas dan teramati dalam jangka pendek.
(Kompas, 2001-09-16)




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke