Daftar berita terlampir:
* TPA Keputih Akan Diubah Jadi TPU Plus
* Landasan Etika Lingkungan Hidup
* Pengembangan Sektor Kelautan Jauh Tertinggal
* Kasus Sampah, Pemda Jangan Bertindak Represif
* Menneg LH Juga Tak Bisa Selesaikan Masalah Sampah


Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di
http://www.terranet.or.id/terramilis.php
http://www.terranet.or.id/berita.php

TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
http://www.terranet.or.id
================================================================



TPA Keputih Akan Diubah Jadi TPU Plus
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2617
Lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Keputih, Sukolilo, rencananya akan dibangun 
menjadi Tempat Pemakaman Umum (TPU). Rencana pembangunannya akan direalisasikan pada 
pertengahan tahun 2002 setelah rampungnya pembangunan TPA Benowo.

Lahan yang akan dijadikan TPU berukuran 1,5 hektare. Sedangkan sisa lahan lainnya akan 
digunakan untuk taman wisata. "Persiapan ke arah sana sedang dipelajari saat ini oleh 
satu tim, termasuk dalam mengatur lokasi petak-petak makamnya," jelas Kepala Dinas 
Pertamanan dan Pemakaman Pemkot Surabaya Ir Haryoso Rishadi kepada Republika, pekan 
lalu.

Tim tersebut juga mempelajari perbandingan antara lahan TPA Keputih dengan lahan 
TPU-TPU yang ada di Surabaya. Diantaranya perbandingan kondisi tanah dan kemungkinan 
pengembangan TPA Keputih menjadi TPU plus.
(Republika, 2001-11-19)



Landasan Etika Lingkungan Hidup
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2607
Drama alam yang berubah menjadi tragedi, terus-menerus terjadi di banyak daerah di 
Tanah Air. Tatkala hujan lebat turun berkepanjangan; sungai meluap dan banjir melanda 
serta tanah longsor menggusur permukiman penduduk, lahan pertanian dan merusak 
berbagai sarana lalu lintas. Drama yang tragis itu bukan saja mengakibatkan kerugian 
harta benda yang tidak terhitung dan penderitaan manusia, tetapi juga hampir selalu 
menimbulkan korban nyawa manusia. 

Itu semua tentu menggoda tanya dan menggugat involusi keprihatinan kita, mengapa itu 
bisa terjadi dan apa salah manusia terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya. 
Pertanyaan tersebut akhirnya berujung pada pertanyaan lain, sudah sejauh manakah 
pengelolaan dan "persahabatan" manusia dengan alam?

Pertanyaan itu pantas diajukan kepada manusia, sebab hanya manusia-lah makhluk hidup 
bebas nilai yang memiliki tanggung jawab tertentu terhadap lingkungannya. Bebas nilai 
- meminjam antropolog - filsuf Jerman, Arnold Gehlen, yang mendefinisikan manusia 
sebagai makhluk-bebas-lingkungan (Unwelt friesen Wesen).
(Suara Pembaruan, 2001-11-17)



Pengembangan Sektor Kelautan Jauh Tertinggal
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2624
Pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia sangat jauh tertinggal dengan 
negara-negara asing. Thailand yang memiliki garis pantai 2.600 kilometer memproduksi 
udang sebanyak 340.000 ton per tahun. Sedangkan Indonesia dengan garis pantai 81.000 
kilometer hanya memproduksi udang 80.000 ton per tahun.

Lalu, Filipina yang hanya memiliki 7.200 pulau menyumbangkan devisa dari rumput laut 
senilai 700 juta dollar AS per tahun. Akan tetapi Indonesia yang memiliki 17.508 pulau 
memproduksi komoditas itu 45 juta dollar AS per tahun.
(Kompas, 2001-11-17)



Kasus Sampah, Pemda Jangan Bertindak Represif
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2627
Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim meminta Pemda Kota Surabaya untuk tidak 
melakukan tindakan represif terhadap warga Keputih dalam menyelesaikan kasus sampah.

"Warga dan Pemda Surabaya harus duduk satu meja untuk berunding. Jangan ada tindakan 
represif yang bisa merugikan warga," kata Nabiel Makarim kepada wartawan ketika 
meninjau lahan pembuang akhir (LPA) Keputih, Sukolilo, kemarin.
(Media Indonesia, 2001-11-17)



Menneg LH Juga Tak Bisa Selesaikan Masalah Sampah
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2629
Kehadiran Menteri Negara Lingkungan Hidup (Menneg LH) Nabiel Makarim ternyata juga 
tidak bisa membantu menyelesaikan masalah sampah di Surabaya. Bau busuk sampah ketika 
mengunjungi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keputih-Sukolilo, Surabaya, Jumat (16/11), 
memang sudah sangat menusuk hidungnya, namun "bau" politik yang dirasakan membuat 
Nabiel Makarim lebih tidak tahan."Persoalan sampah di Surabaya ini memang rumit. 
Sebab, ada unsur politis di dalamnya," kata Menneg LH kepada wartawan. Keinginannya 
untuk duduk bersama di antara warga Keputih dengan Pemerintah Kota (Pemkot) maupun 
DPRD Surabaya, juga tidak ditanggapi oleh warga Keputih.
Pertemuan antara Nabiel Makarim dengan Pemkot Surabaya, DPRD, dan perwakilan warga 
Keputih di Gedung DPRD tidak terjadi, karena Ketua Forum Masyarakat Korban Sampah 
Sukolilo (Formakosas) Fathoni yang mewakili warga Keputih tidak datang. Menteri 
beserta jajaran pimpinan Pemkot Surabaya dan DPRD menunggu sekitar 10 menit di ruang 
Panmus DPRD, dan akhirnya memutuskan tidak ada pertemuan. Menneg LH kemudian 
mengunjungi TPA Keputih.
(Kompas, 2001-11-17)




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke