Daftar berita terlampir: * Awas ! Bangka Terancam Petaka Lingkungan * Kerusakan Lingkungan Lereng Merapi Parah * Menneg LH Nabiel Makarim: Percepatan Pembangunan Tanpa Merusak SDA * Perburuan Liar Ancam Kelestarian * "Pamali", Cara Suku Naga Menjaga Hutannya * Suatu Saat, Leuweung Sancang dan Leuweung Naga Tinggal Nama * Nabiel Makarim Tolak Usulan Purnomo Yusgiantoro * Menneg LH: Kwalitas Lingkungan dan Sumber Daya Alam Terus Menurun * Swakelola Sampah di Tingkat Kelurahan * Lembaga Bersama, Solusi Sengketa TPA Bantar Gebang
Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di http://www.terranet.or.id/terramilis.php http://www.terranet.or.id/berita.php TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan http://www.terranet.or.id ================================================================ Awas ! Bangka Terancam Petaka Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2767 WAJAH Asin (60) tampak kuyu dan capek. Bercelana pendek tanpa baju, lelaki yang sehari-hari menjabat Kepala Dusun Tayu, Desa Ketap di Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, tampak tergopoh-gopoh menyambut Kompas di teras rumah Ahu (53), seorang warga dusun yang sama.Maaf, belum sempat pakai baju. Sejak seminggu belakangan kami sibuk membangun tanggul darurat di sekitar rumah. Ini hanya untuk penanganan darurat dan berjaga-jaga mana tahu datang lagi banjir kiriman dari atas," tutur Asin menjelaskan. Lantas tanpa basa basi, Asin yang mengaku mendapat honor dari pemerintah kabupaten Bangka sebagai Kepala Dusun Tayu hanya Rp 20.000 sebulan itu, dengan nada kesal melepaskan unek-uneknya. Ia mengumpat dan menuding banjir dadakan itu semata-mata akibat ulah manusia, yakni para pengelola tambang timah tak berizin atau lebih populer mereka akui sebagai tambang inkonvensional (TI). (Kompas, 2001-12-10) Kerusakan Lingkungan Lereng Merapi Parah http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2773 Akibat penambangan pasir yang tak beraturan, beberapa kawasan lereng Gunung Merapi kini terancam kerusakan lingkungan yang parah. Pada awalnya penambangan pasir itu dilakukan secara tradisional dengan cangkul, karena dirasa menguntungkan, pengusaha penambang pasir dengan mesin besar akhirnya berdatangan. Dari pengamatan lapangan, ada dua desa yang kini sedang marak menjadi lahan penambangan pasir yaitu Desa Sumber dan Keningan, Kecamatan Dukun, Magelang. Paling tidak ada empat perusahaan yang menambang pasir di dua desa itu dengan mengerahkan mesin pengeruk yang disebut bigo (back hoe) oleh penduduk setempat dan puluhan truk yang setiap hari berseliweran melewati jalan desa itu. (Kompas, 2001-12-08) Menneg LH Nabiel Makarim: Percepatan Pembangunan Tanpa Merusak SDA http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2774 Menteri Negara Lingkungan Hidup (Menneg LH) Nabiel Makarim mengharapkan percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI) tidak mengulangi kesalahan pembangunan di kawasan Indonesia bagian barat, terutama di Sumatra dan Kalimantan. Percepatan pembangunan di kawasan bagian barat menguras habis sumber daya alam (SDA) sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. Nabiel Makarim mengemukakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara bersama anggota DPR Prof Dr Moh Askin SH, dalam ''Evaluasi Lingkungan Tahun 2001 dan Prospek Tahun 2002'' yang diselenggarakan Eco Bumi Nusantara bekerja sama dengan Forum Diskusi Sabang Merauke (Forsam) di Jakarta, Kamis (6/12) pe-tang. (Suara Pembaruan, 2001-12-08) Perburuan Liar Ancam Kelestarian http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2775 Perburuan liar di Provinsi Jambi akhir-akhir ini mengancam kelestarian satwa langka. Perburuan satwa langka seperti harimau sumatra, gajah, rusa, tapir, buaya, ular sanca, dan berbagai jenis burung tidak lagi hanya dilakukan di kawasan hutan alam, tapi sudah memasuki hutan taman nasional. Indikasi ini tampak dari semakin langkanya satwa dan seringnya ditemukan bangkai satwa langka di taman nasional. Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Komunikasi Masyarakat Desa (Fokmades) Muarasabak, Tanjungjabung Timur, Ari Sugianto, kepada wartawan di Muarasabak, Kamis (6/12), menjelaskan, pihaknya sering melihat kelompok pemburu memasuki Taman Nasional Berbak (TNB) di kawasan pantai timur Jambi. (Suara Pembaruan, 2001-12-08) "Pamali", Cara Suku Naga Menjaga Hutannya http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2759 Di Tatar Sunda, bukan hanya warga Kanekes yang tergolong setia dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Tetapi masyarakat adat dari daerah lainnya seperti masyarakat adat Kampung Naga, hingga kini masih kokoh mempertahankan tradisi warisan leluhurnya dalam menjaga kelestarian hutannya. KAMPUNG kecil dengan potensi budaya yang besar itu terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Karena sebuah kampung, Kampung Naga hanya tercantum dalam peta desa. Walau demikian, nama kampung tersebut kesohor sampai ke luar negeri. (Kompas, 2001-12-07) Suatu Saat, Leuweung Sancang dan Leuweung Naga Tinggal Nama http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2760 BUKAN hanya sekali ini masyarakat adat Suku Naga di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, memprotes penebangan hutan di sekitar daerahnya. Dan bukan hanya sekarang masyarakat Desa Sancang di Kabupaten Garut minta agar perambahan dan pencurian kayu di Cagar Alam Leuweung Sancang ditindak. Namun, desakan itu ibarat angin lalu. Bahkan mitos masyarakat Sunda yang melindungi kedua kawasan tersebut kini sudah porak poranda karena mereka kehilangan jati dirinya. BERJALAN menyusuri Cagar Alam Leuweung Sancang sekarang ini, rasanya tidak lagi berada di tengah hutan yang selama ini dijuluki belantara keangkeran. Dalam cerita pantun, cagar alam yang oleh penduduk setempat sering dijuluki Leuweung Sancang itu penuh dibalut mitos sebagai tempat pertemuan kembali Prabu Siliwangi dengan putranya, Kian Santang, setelah lama mengembara mencari ilmu. (Kompas, 2001-12-07) Nabiel Makarim Tolak Usulan Purnomo Yusgiantoro http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2756 Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim menegaskan, penetapan kawasan hutan lindung sesuai UU No. 41/1999 Tentang Kehutanan sudah tidak dapat diganggu gugat. Pihaknya tidak akan mentolerir pengubahan kawasan tersebut menjadi wilayah pertambangan terbuka. "Hutan lindung sudah harga mati dan tidak dapat diubah," ujarnya kepada Koran Tempo. Penegasan tersebut menanggapi usulan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro agar kawasan hutan lindung dapat dijadikan kawasan pertambangan terbuka. (Koran Tempo, 2001-12-06) Menneg LH: Kwalitas Lingkungan dan Sumber Daya Alam Terus Menurun http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2757 Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nabiel Makarim, berpendapat, sejak 1978 sampai 2001 kwalitas lingkungan dan stok sumber daya alam terus mengalami penurunan. "Kelembagaan lingkungan cukup berkembang, kesadaran berlingkungan juga cukup tinggi dan meluas, namun masih pasif karena hanya berkembang di kantong-kantong tertentu," kata Menneg LH di Jakarta, Kamis. Sementara itu, lingkungan dinilainya sebagai masih menjadi isu pinggiran, karenanya acap kali pada saat pengambilan keputusan masalah lingkungan justru ditinggalkan. (Kompas, 2001-12-06) Swakelola Sampah di Tingkat Kelurahan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2749 DALAM dua bulan terakhir, media cetak dan elektronik banyak memberitakan "konflik" antara Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta dengan Pemda Bekasi tentang masalah tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Bantargebang, Bekasi. Tulisan ini coba memberikan alternatif pemecahan masalah sampah kota dengan sistem swakelola sampah, khususnya sampah organik, di tingkat kelurahan. Konsep ini merupakan penyempurnaan dari konsep usaha daur ulang dan produksi kompos (UDPK) Pemda DKI sekitar tahun 1990-1993 di beberapa kelurahan dalam Kota Jakarta. Namun, karena kesulitan dalam memasarkan kompos yang dihasilkan, saat ini semua UDPK tersebut sudah tidak berproduksi lagi. (Kompas, 2001-12-05) Lembaga Bersama, Solusi Sengketa TPA Bantar Gebang http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2753 SENGKETA Pemda DKI Jakarta dengan Pemda Bekasi menyangkut Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) sampah di Bantar Gebang, Bekasi, belakangan semakin meruncing. DPRD tingkat dua Bekasi belakangan menolak wilayahnya dijadikan tempat pembuangan sampah DKI. Wakil rakyat di Kota Bekasi yang wilayahnya berada di perbatasan sebelah timur ibu kota Jakarta, mendesak Pemda Bekasi agar segera menutup LPA Bantar Gebang. Sementara Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengancam akan membawa masalah ini lewat jalur hukum. (Suara Pembaruan, 2001-12-05) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id