Daftar berita terlampir:
* Cabut Amdal Perusak Lingkungan
* Jabar Hentikan Penebangan Hutan Selama Tiga Tahun
* Terapkan Subsidi Ekologis untuk TN Kerinci Seblat 
* Mengenang Masa Kecil dengan Melongok Hutan
* Kompeni Lebih Sadar Lingkungan
* Merakyatkan Hutan Pascapenjarahan 
* Banjir, Fenomena Gugatan bagi Kesalahan Tata Ruang
* Polda Ungkap Keterlibatan Gubernur Sultra Soal Kayu Curian
* DKP Mengubah Lahan Bekas Galian C Menjadi Tambak Budidaya


Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di
http://www.terranet.or.id/terramilis.php
http://www.terranet.or.id/berita.php

TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
http://www.terranet.or.id
================================================================



Cabut Amdal Perusak Lingkungan
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3106
Pemerintah akan mempertimbangkan usulan untuk mencabut analisis mengenai dampak 
lingkungan (amdal) perumahan atau perusahaan yang terbukti merusak lingkungan sehingga 
mengakibatkan banjir. Salah satunya yang diusulkan untuk dicabut amdalnya adalah 
Perumahan Pantai Indah Kapuk.

 

 MEDIA/AGUS MULYAWAN
DISELIMUTI AWAN HITAM: Awan hitam tebal masih menghiasi langit di atas Ibu Kota 
Jakarta, kemarin. Menurut informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika, hujan deras 
masih akan mengguyur Jakarta dan sekitarnya hingga akhir Februari ini.
 
 
 
Usul itu muncul dalam rapat kerja Komisi VIII DPR dengan Menteri Negara Lingkungan 
Hidup (Menneg LH) Nabiel Makarim, kemarin.

Adalah anggota Komisi VIII Pramono Anung yang memulainya. ''Apakah pemerintah 
mempunyai keberanian untuk mencabut amdal Pantai Indah Kapuk itu? Mengapa diperlakukan 
begitu istimewa?'' tanya Pramono dalam raker tersebut.
(Media Indonesia, 2002-02-05)



Jabar Hentikan Penebangan Hutan Selama Tiga Tahun
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3107
Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera memberlakukan kebijakan "jedah balak" atau 
penghentian penebangan hutan selama tiga tahun di seluruh wilayah hutan di daerahnya. 
Upaya itu dilakukan, menyusul terjadinya bencana banjir dan tanah longsor yang meminta 
korban cukup banyak. 

Hal itu diungkapkan Gubernur Jawa Barat HR Nuriana kepada wartawan di Bandung, Senin 
(4/2). Dalam kesempatan itu, Nuriana juga mengatakan siap bekerja sama dengan 
Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk menanggulangi musibah banjir di Ibu Kota. Sebab, 
menurut gubernur, peristiwa banjir di Jakarta tak lepas dari kondisi lingkungan di 
daerahnya. Dalam kondisi hutan gundul, pada musim hujan terjadi banjir dan saat 
kemarau kekurangan air. 
(Kompas, 2002-02-05)



Terapkan Subsidi Ekologis untuk TN Kerinci Seblat 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3098
Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kerinci hendaknya menerapkan konsep subsidi 
ekologis dalam pembangunan daerahnya. Bila Pemda bersangkutan memilih mengonversi 
kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) untuk meningkatkan pendapatan asli 
daerah (PAD) dengan memanfaatkan kayu secara komersial, maka hal itu hanya akan 
memberikan keuntungan ekonomis sesaat bagi generasi sekarang. Dampak negatif dari 
kegiatan eksploitasi tersebut mau tidak mau ditanggung oleh generasi mendatang, 
sehingga dibutuhkan kearifan dalam proses pengambilan keputusan.

Demikian dikemukakan Elfian Effendi, Ketua Tim Studi pada Proyek Pembangunan dan 
Konservasi Terpadu Taman Nasional Kerinci Seblat, kepada Kompas di Jakarta, pekan 
lalu. Hasil studi ini dilaporkan dalam "Ringkasan Eksekutif untuk Pengambil Kebijakan 
Subsidi Ekologis TN Kerinci Seblat. Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi dan Menciptakan 
Efisiensi APBD Kabupaten".
(Kompas, 2002-02-04)



Mengenang Masa Kecil dengan Melongok Hutan
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3101
Banyak orang enggan datang berlama-lama di tengah hutan. Sebaliknya bagi Ir Soebagjo 
MM ini, ia malah suka sering dan berlama-lama datang di tengah hutan. Selain sudah 
menjadi pekerjaannya sebagai Kepala Perhutani Unit II Jatim, menurut dia, dengan 
melongok hutan dianggapnya bisa mengenang masa kecilnya silam. Nikmat dan Indah.

''Sesekali waktu seseorang pasti rindu akan masa kecilnya. Karena masa kecil saya 
banyak dihabiskan di hutan, maka sekarang saya pun suka mendatangi hutan karena 
sekadar ingin mengenang masa kecil itu,'' tutur Soebagjo kepada //Republika// belum 
lama ini.
(Republika, 2002-02-04)



Kompeni Lebih Sadar Lingkungan
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3112
KALAU masih hidup, Prof Ir Van Breen bakal menangis melihat banjir yang melanda 
Jakarta saat ini. Ahli pengairan asal Belanda inilah yang merancang dan membangun 
saluran air (Banjir Kanal) di Batavia pada 1919-1920.

Saluran banjir itu dibangun untuk Jakarta tempo doeloe, bukan Jakarta yang kini 
berpenduduk lebih 12 juta jiwa. Akibatnya, ya bisa ditebak, seperti terjadi saat ini. 
Waktu itu, saluran air dimulai dari Manggarai 'mencegat' aliran Sungai Ciliwung, agar 
kawasan Kota sebagai pusat kota aman dari banjir. Dengan Pintu Air Manggarai dan Pintu 
Air Karet, ketinggian air Ciliwung ke kawasan Kota, di Jl Gunung Sahari dan Jl Gajah 
Mada/Hayam Wuruk bisa diatur. Sedangkan kelebihan airnya dialirkan ke Banjir Kanal 
untuk dibuang ke laut.
(Media Indonesia, 2002-02-03)



Merakyatkan Hutan Pascapenjarahan 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3102
RAUT wajah Nenek Legiyem ceria seperti Matahari membuka pagi. Tanaman kedelainya 
sukses, baik dari segi produktivitas maupun harga. Itulah kedelai yang ditanam di 
areal bekas hutan milik PT Perhutani (Persero) yang dijarah massa, dan dikembangkan 
dalam konsep Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).Saya ini sudah 
puluhan tahun menjadi petani magersari. Tetapi, baru kali ini saya merasakan 
penghasilan yang baik. Kini kehidupan keluarga saya mulai membaik," kata nenek yang 
mengaku berumur 80 tahun, anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) di petak 82 A hutan 
Karetan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Nenek yang berambut putih, akan tetapi masih kelihatan sehat dan segar ini memang 
petani magersari asli, yaitu hidupnya hanya menggarap lahan milik Perhutani secara 
berpindah-pindah. Menanam jati sebagai kewajiban utama dan di sela-selanya boleh 
menanam tanaman sumber daya seperti singkong, jagung sampai masa dua sampai empat 
tahun. Kalau tanaman jati sudah tinggi, mereka harus berpindah menggarap lahan bekas 
babatan hutan lain. Hal itu dijalani selama puluhan tahun. "Orang tua saya juga orang 
magersari," katanya.
(Kompas, 2002-02-02)



Banjir, Fenomena Gugatan bagi Kesalahan Tata Ruang
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3094
Tampaknya banjir merupakan permasalahan yang kian berat, jika ditinjau dari laju 
penggundulan hutan dan perubahan fungsi lahan yang terus-menerus. Dampak banjir telah 
menyebabkan masyarakat menderita penyakit bawaan air, kehilangan harta, kelaparan, dan 
hilangnya tempat berteduh. Bahkan, banjir di Jakarta sudah merenggut korban jiwa. 

Kerugian akibat banjir ini merupakan biaya lingkungan dan sosial mahal yang harus 
ditanggung masyarakat akibat kesalahan tata ruang yang kian parah. Kebijakan 
pembangunan kawasan resapan air, seperti Puncak, membuat luapan sungai memasuki 
Jakarta cukup deras. Kasus yang paling mencolok adalah pembangunan perumahan Pantai 
Indah Kapuk (PIK) yang "mencaplok" hutan bakau dan rawa Muara Angke. 

Kawasan ini merupakan tempat tangkapan dan parkir jutaan meter kubik air. Begitu juga 
rawa sepanjang tol menuju Bandara Cengkareng, merupakan wilayah rawa yang kehilangan 
fungsi. Siapa yang menanggung akibat perubahan fungsi tersebut? 
(Koran Tempo, 2002-02-01)



Polda Ungkap Keterlibatan Gubernur Sultra Soal Kayu Curian
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3096
Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) akhirnya mengungkapkan dugaan 
keterlibatan Gubernur La Ode Kaimoeddin dalam kasus pencurian kayu jati di Kabupaten 
Muna. Kasus ini diungkapkan Kapolda Sultra Brigjen Pol. Indarto dalam dengar pendapat 
secara tertutup dengan DPRD setempat kemarin. 

Sebuah sumber mengungkapkan, Kapolda mengatakan dugaan keterlibatan Gubernur 
Kaimoeddin dalam kasus itu adalah dalam hal kebijakannya memerintahkan Dinas Kehutanan 
untuk menerbitkan laporan hasil produksi (LHP) atas ribuan meter kubik kayu jati hasil 
tebangan liar. 
(Koran Tempo, 2002-02-01)



DKP Mengubah Lahan Bekas Galian C Menjadi Tambak Budidaya
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=3103
Daripada terbengkalai, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) akan mengubah 
lahan-lahan bekas galian tambang golongan C di Kabupaten Karawang seluas sekitar 250 
hektar menjadi tambak ikan budidaya.

Untuk merealisasikan hal itu, DKP telah melakukan proyek percontohan seluas 20 hektar 
bekas galian golongan C di bantaran Sungai Citarum, ruas Curug-Walahar. Proyek 
tersebut merupakan kerjasama antara DKP, investor, Pemda Karawang, dan Perum Jasa 
Tirta II. DKP berencana mengubah sekitar 300 hektar bekas galian C menjadi tambak 
budidaya dalam setahun.
(Republika, 2002-02-01)




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke