Tutup 23
Gereja di Bandung
Gus Dur Minta SBY Tindak FPI
Niken Widya Yunita - detikcom
Jakarta
- Tindakan Front Pembela Islam (FPI) yang menutup 23 gereja di Bandung membuat
Gus Dur turun tangan. Dia meminta SBY menindak tegas. Jika tidak, banser pun
siap dikerahkan.
FPI melakukan penutupan terhadap 23 gereja di Kota
Kembang terhitung sejak
3 September 2004 hingga 21 Agustus
2005.
"Kepada pimpinan tinggi FPI, saya ajukan imbauan agar hal ini
diindahkan.
Anda telah dua kali melakukan kesalahan organisatoris dan
melanggar UU.
Yang pertama Ahmadiyah dan sekarang ini menutup paksa gereja,"
urai Gus Dur.
Hal ini disampaikan dia dalam jumpa pers di kantor PBNU,
Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (23/8/2005). Turut hadir dalam acara
itu Wakil Sekretaris Umum PGI Pendeta Weynata Sairin dan Pendeta Jan Sera
Aritonang.
Gus Dur meminta agar umat kristiani tetap melakukan ibadah
seperti biasanya. "Anggap saja penutupan itu nggak ada," kata presiden RI
keempat ini.
Bagaimana jika mereka tetap tidak bisa melakukan ibadah? "Ya
balik," ujarnya enteng.
Tindakan kongkretnya apa, Gus? "Ya kalau perlu
Banser NU di Jawa Timur akan mengamankan Natal. Tapi kalau ada cara lain yang
lebih baik kenapa harus mengerahkan banser. Kita minta pemerintah yang
menindak," tandasnya.
Dalam pertemuan itu, Pendeta Jan Sera Aritonang
meminta wejangan dari Gus Dur sebelum melakukan pertemuan dengan Presiden SBY di
Istana Presiden pukul 15.00 WIB.
"Bilang saja umat Islam yang akan
mengerahkan kekuatan. Tinggal mereka (pemerintah) berani tidak mengerahkan
kekuatan. Selama ini mereka tindak berani," kata Gus Dur.
Namun demikian,
Gus Dur menolak saat diminta mengkritik pemerintahan SBY. "
Saya tidak mau
menilai siapa pun. Saya minta pemerintah cepat bertindak,"
imbaunya.
Tak Punya Izin
Wakil Sekretaris Umum PGI Pendeta
Weynata Sairin mengakui 23 gereja di Bandung tidak memiliki izin.
"Kami
harap bisa diproses. Jangan melarang orang melakukan ibadah karena kami tidak
melakukan tindakan kriminal," kata Weynata.
Kami minta SK tentang
pembangunan rumah ibadah dicabut karena memicu konflik," lanjutnya.
(aan)
http://jkt.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/08/tgl/23/time/132724/idnews/427415/idkanal/10
----------------
TEMPO
Interaktif
Selasa, 23 Agustus 2005 |
12:55 WIB
Wahid
Minta Aksi Penutupan Gereja Dihentikan
TEMPO Interaktif,
Jakarta: Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Abdurrahman Wahid meminta pimpinan
tertinggi Front Pembela Islam (FPI) menghentikan aksi penutupan paksa
rumah-rumah peribadatan (gereja) milik jemaat beberapa gereja di Bandung dan
sekitarnya.
"Perbuatan itu harus dihentikan untuk mencegah
peraduan fisik antara lembaga yang saya pimpin dan lembaga-lembaga yang baru
muncul itu. Hendaknya bulan suci Ramadhan yang sudah dekat ini tidak dikotori
oleh tindakan-tindakan liar seperti itu. Jika permintaan ini tidak diindahkan,
terpaksa saya menempuh berbagai cara untuk menegakkan UUD," kata Wahid di Kantor
PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (23/8).
Wahid menyatakan, FPI telah dua kali melakukan
kesalahan organisatoris dan melanggar undang-undang, yakni pada kasus penyerbuan
Kampus Ahmadiyah dan penutupan Gereja di Jawa Barat ini.
"Pemerintah harus menindak tegas para pelanggar UUD
itu. Kalau tidak segera diambil tindakan, maka NU sebagai umat terbanyak di
negeri ini akan bertindak sendiri," ujarnya.
Wahid meminta umat Kristiani agar menganggap biasa
saja aksi penutupan gereja itu dan kembali beribadah di tempat semula. "Anggap
saja larangan itu tidak ada, balik saja ke tempat semula sambil menunggu jaminan
keamanan dari polisi dan juga anak buah saya," katanya.
jojo raharjo