```````````````````````````````
    [EMAIL PROTECTED]
    A r t i k e l   Lepas
^*^*^*^*^*^*^*^*^*^

M A F I A - M A F I A   A G A M A
```````````````````````````````````````````````
          Oleh: Augustinus S

Sebenarnya kalau penulis ditanya: institusi-institusi apakah yang tergolong
paling jahat dan paling bobrok di dunia ini? Penulis tidak akan menjawab
institusi negara atau institusi perbankan atau institusi non religi lainnya.
Ada institusi yang jauh lebih jahat dari itu semua, yaitu sebuah insitusi
yang selama ini kebanyakan orang menutup mata atau bahkan tertutupi
pandangannya atas realitas di dalamnya. Institusi itu adalah agama. Lho,
mengapa demikian?

Konflik fisik keagamaan sungguh mengerikan karena telah memakan ribuan
korban jiwa, anak-anak gagal sekolah, mengakibatkan ratusan ribu keluarga
meninggalkan tempat tinggal, kelaparan dan kemiskinan. Realitas ini
menunjukkan bahwa agama acapkali malah tak memperbaiki peradaban manusia
melainkan justru lebih merusak peradaban yang sebelumnya ada.

Notabene, semua agama mengajarkan kebaikan. Lalu mengapa agama-agama yang
katanya mengajarkan kebaikan itu justru membentuk perilaku dan sikap
kehidupan sosial yang bipolar, dimana (dalam konteks konflik itu)
seakan-akan antara satu agama dengan agama lainnya tak bisa lagi ketemu
dalam sebuah titik kebaikan yang mendamaikan. Lalu, sejahat itukah agama
itu?

Persoalan selanjutnya ialah, kalau agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran,
lalu mengapa agama seringkali berubah menjadi menakutkan dan mengerikan?
Mengapa agama yang notabene sebagai sumber inspirasi moral itu berubah
menjadi sumber malapetaka dan sumber bencana yang menghancurkan struktur
peradaban manusia?

Kalau kita masih yakin dan sepakat bahwa institusi agama tidak mengajarkan
keburukan, kekerasan dan kejahatan, lalu tiba-tiba ada konflik keagamaan
yang mengerikan, berarti secara logis patut kita yakini pula bahwa dalam
konteks konflik itu agama sedang disusupi oleh mafia-mafia atau
penjahat-penjahat yang jauh lebih menyeramkan dari pelaku kriminal biasa.
Jenis mafia ini mengubah paradigma kedamaian agama menjadi paradigma
permusuhan dan kebencian.

Mafia-mafia ini mengubah 180 derajat apa yang semestinya tidak boleh
dilakukan menurut ajaran agama menjadi sah karena terbungkus oleh 'pepesan'
simbol agama. Karena dalih mafia-mafia ini adalah demi agama, sehingga
banyak orang yang sudah terjebak oleh hasutan mereka hingga secara tidak
disadari yang dihasut hakekat agama yang sesungguhnya telah mengalami
distorsi yang sangat parah.

Kejahatan dalam agama bukan hanya dalam bentuk pemicu munculnya kekerasan
fisik yang berdampak buruk terhadap faktor psikis masyarakat. Akan tetapi
mafia-mafia keagamaan ini juga menyusupi struktur masyarakat. Mereka berbaju
kealiman ketokohan dan bertindak sebagai ahli kitab. Sebelumnya, kita yakin
dan sepakat bahwa agama mestinya membawa perubahan hidup ke arah yang lebih
baik secara harkat dan martabat. Agama semestinya bisa memecahkan persoalan
kemiskinan, kebodohan, memecehkan persoalan prostitusi, mengurangi angka
kejahatan, dan sebagainya. Namun, apa yang terjadi di masyarakat dengan
adanya mafia-mafia agama ini?

Mafia-mafia keagamaan disadari atau tidak acapkali telah meng-hegemony
kehidupan masyarakat. Mafia agama malah membodohi masyarakat, membiarkan
masyarakat statis tanpa bisa lagi melihat realitas dinamika jaman. Akibat
ulah mafia-mafia agama ini, masyarakat dibuatnya berpola pikir sempit,
sesempit keinginan mafia ini, karena sumber hidup para mafia ini adalah dari
hasil-hasil pembodohan. Umumnya mafia-mafia ini tidak ingin umatnya maju dan
berkembang karena kebodohan adalah aset yang perlu dipelihara.

Sungguh tajam dan keras kecaman Yesus Kristus terhadap mafia-mafia agama
semacam ini. Kecaman Yesus antara lain: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu
menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak
masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha masuk."

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat."

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan,
untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia
bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari
pada kamu sendiri."

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab persembahan dari selasih, adas manis dan jintan
kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu:
keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang
lain jangan diabaikan."

"Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu,
tetapi unta yang di dalamnya kamu telan."

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya,
tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang
buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga
akan bersih."

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih,
yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya
penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di
sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam
kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."

Itulah gambaran betapa kejahatan itu banyak juga tersembunyi dalam institusi
agama. Belum lagi, agama dijadikan sebagai alat untuk berbagai kepentingan,
agama dijadikan untuk menutupi kebobrokan hidup seseorang, agama membuat
orang seakan-akan dipaksa untuk hidup munafik, dan sebagainya. Dengan
demikian, manusia-manusia dalam agama kadang kala tidak lebih baik dari
orang yang tak beragama, bahkan orang-orang dalam agama bisa jauh lebih
jahat dari orang-orang tak beragama. Itulah mafia-mafia dalam agama. **


"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772
atau
BCA Cab. Darmo Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc. No. 088.442.8838
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke