Hidup Hampa Menjadi Bahagia

By: M. Agus Syafii

Ada seorang bapak datang ke Rumah Amalia. Salam penuturannya waktu kecil ia 
berasal dari keluarga miskin, untuk sekolah saja ia harus memotong rumput untuk 
mencari makan kambing, sementara teman2nya duduk bercengkrama. Suatu saat 
dirinya pernah diejek  teman2nya, 'mana ada gadis yang mau melirikmu? Kalo kamu 
kerjanya mencari rumput?' Mendengar perkataan itu dirinya menjadi sedih dan 
malu sampai ia nekad pergi ke ibukota menjadi loper koran kemudian menjadi  
pedagang asongan. Bekerja keras siang malam, tanpa diduga usahanya berkembang 
dan maju bahkan menikah dengan perempuan cantik yang ditaksirnya. Terlahirlah 
anak-anak yang cantik dan manis. Ia menanamkan anak-anakya untuk bekerja keras. 
Tanpa kekayaan, tidak akan pernah dipandang terhormat.

Sekarang ia memiliki beberapa ruko usaha, biro perjalanan dan hotel. Setiap 
kali mendengar orang menjual tanah di desanya, selalu saja dibeli. Sampai 
sebagian besar tanah didesanya menjadi miliknya. Setiap orang yang memandang 
biasanya akan mengatakan betapa bahagia dirinya sebab apapun yang diinginkan 
bisa dimilikinya. Tetapi hati kecilnya ia merasakan sedih karena tidak bisa 
merasakan kebahagiaan dan apa yang sebenarnya yang dicari dalam hidup ini? 
Semuanya terasa adanya kurang. Sampai anak dan istrinya tidak pernah mengerti 
kenapa ia selalu marah.  Bahkan anak-anaknya dan istrinya mengatakan ingin 
berpisah dari ayah mereka karena tidak ada kedamaian di rumah. Selalu saja yang 
dibicarakan bisnis, hari-harinya dipenuhi dengan bisnis, mulai bangun tidur 
sampai tidurpun  telpon genggam tidak pernah berhenti berdering. Akhirnya bapak 
itu mengatakan, 'Mas Agus Syafii, ternyata uang kekayaan dan hasil kerja keras 
yang saya peroleh tidak bisa memberikan
 kebahagiaan yang saya idam-idamkan bahkan keluarga saya diambang kehancuran.' 
ucapnya dengan bercucuran air mata, dirinya merasa terperangkap dalam 
penderitaan.

Saya kemudian mengajaknya untuk instropeksi diri ke dalam, sebagai seorang 
Muslim apakah sudah menjalankan kewajibannya. Dari situ terungkap bahwa dirinya 
selama ini lebih sibuk mengurus kehidupan duniawi semata. Boro-boro shodaqoh, 
sholat lima waktu saja hampir tidak pernah dikerjakan.  Demikian juga pada 
anak-anak dan istrinya, tidak pernah dirinya menanamkan keimanan, hanya 
mengajarkan bekerja keras tanpa pondasi aqidah yang kokoh, akibatnya hidup 
mereka menjadi terasa hampa. Itulah sebabnya dalam mencari rizki dengan jalan 
ketaqwaan kepada Allah menjauhkan hidup kita terperangkap dalam derita.

Sejak itu dirinya dan keluarganya lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah 
sholat dan shodaqoh menjadi lebih rajin & ringan dilaksanakan. Dampaknya bukan 
hanya keluarganya bahagia saja tetapi juga keselamatan, kesehatan, ketenangan 
hati. Seperti ketika dirinya sedang bersama sopirnya dari bandara hampir 
terjadi kecelakaan yang bisa berakibat fatal namun ia dan sopirnya selamat 
bahkan mobilnya terhindar dari tabrakan. 'Alangkah banya nikmat yang Allah 
telah anugerahkan kepada kami & keluarga. Jika saya renungkan sejak mendekatkan 
diri kepada Allah begitu banyak anugerah yang kami dapatkan dari nikmat 
kebahagiaan, keselamatan, kesehatan, rizki hingga ketenangan hati.' 

'Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya 
jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan 
barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya 
kemudahan dalam urusannya.' (QS. Ath-Thalaq : 2-4).

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, hadir di kegiatan 'Amalia Sejukkan Hati (ASAH)' jam 8 s.d 11 siang, 
Ahad,24 April 2011. Bila  berkenan berpartisipasi buku2, Majalah, buku 
Pelajaran, peralatan sekolah, baju layak pakai. Kirimkan ke Rumah Amalia.  Jl. 
Subagyo IV blok ii, no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & 
partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 
087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/

Kirim email ke