Keberkahan Itu Membahagiakan
        
By: M. Agus Syafii
        
Kerja keras belum tentu produktif, ada yang sudah kerja keras hingga 
ngos-ngosan keringatan, tetapi hasilnya ternyata tidak memadai. Kerja cerdas 
lebih produktif, tidak terlalu keringatan tetapi hasilnya bisa jauh lebih 
banyak. Tetapi banyak juga orang yang sudah kerja cerdas, sudah menghasilkan 
begitu banyak, segala yang dibutuhkan sudah tersedia, ternyata hidupnya tidak 
tenang, gelisah dan ujung-ujungnya lari ke narkoba, hidupnya menjadi sengsara. 
Nah ada jenis kerja lain, yaitu kerja ikhlas yang mengutamakan kehalalan, rizki 
yang diterima bersumber pada yang benar dan diridhai oleh Allah. Dapat banyak 
alhamdulillah, dapat sedikit alhamdulillah, belum dapat, sabar dan berusaha 
lagi. Seberapapun yang diperoleh dari kerja keras, cerdas dan ikhlasnya, ia 
bisa menerimanya dengan senang hati, karena ia menyadari bahwa wilayah kita itu 
hanya berikhtiar, hanya berusaha, sedangkan hasil adalah ketetapan Allah. Ada 
orang sudah dapat banyak masih kurang dan
 hatinya gelisah, makan tak enak tidur tak nyenyak, dimusuhi orang banyak dan 
yang berharap keberkahan dapatnya sedikit tetapi ia merasa cukup bahkan masih 
bisa memberi. Dengan tenang ia menikmati hasil jerih payahnya, membahagiakan, 
harmonis dengan keluarga & lingkungan bahkan dihormati orang lain.
        
Menurut hitungan matematis, orang yang punya uang dua juta rupiah kemudian 
diambil satu juta untuk membantu biaya sekolah anak-anak yatim maka uangnya 
yang tersisa hanya tinggal satu juta rupiah. Jika orang itu kemudian mempunyai 
pola perilaku tetap yaitu selalu memberikan separoh hasil usahanya untuk 
membantu orang lain yang kesulitan, maka menurut hitungan matematis ia pasti 
lambat kayanya dibanding jika ia tidak suka memberi. Jika ia menjadi kaya 10 
tahun kemudian maka logikanya jika tidak suka memberi, ia sudah bisa menjadi 
orang kaya lima tahun lebih cepat. Tetapi realitas kehidupan sering berbicara 
lain. Orang yang suka memberi justru lebih mudah mendapat rizki sementara orang 
yang tidak suka memberi, usahanya sering tersendat-sendat. Mengapa? karena 
hidup itu bukan hanya matematika bumi tapi ada juga matematika langit. Orang 
yang kekeuh dengan hitungan matematika bumi dalam interaksi sosial tanpa 
disadari ia justru kehilangan peluang non teknis
 yang nilainya tak terukur secara matematis, itulah keberkahan.
        
Berkah artinya terkumpulnya kebaikan ilahiyyah pada kita & keluarga seperti 
terkumpulnya air di dalam kolam. Secara sosiologis, berkah artinya 
terdayagunanya nikmat Allah secara optimal. Berkah dalam hidup tidak datang 
dengan sendirinya tetapi harus di­upayakan. Bahwa tingkatan ekonomi keluarga 
itu berhubungan dengan kesungguhan berusaha, kemampuan me­nge­lola (manajemen) 
dan berkah dari Allah. Itulah sebabnya jika rizki yang kita dapatkan membawa 
berkah maka menghadirkan segala kebaikan, menghapus kegelisahan, menghilangkan 
keputusasaan, menambah optimis, bisa berbagi untuk sesama, menjadikan hidup 
kita lebih indah, lebih sehat, menenteramkan hati dan semakin mendekatkan diri 
kita kepada Allah serta membuat kita menjadi dekat dengan lingkungan, dicintai 
dan dihormati keluarga & orang-orang disekeliling kita. 

'Sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya Kami akan 
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka 
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami akan siksa mereka disebabkan oleh 
perbuatan mereka (QS. al-A'raf : 96).

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, hadir di kegiatan 'Salam Amalia (SALMA)' jam 8 s.d 11 siang, Ahad, 26 Juni 
2011,  Bila  berkenan berpartisipasi buku2, Majalah, buku Pelajaran, peralatan 
sekolah, baju layak pakai. Kirimkan ke Rumah Amalia.  Jl. Subagyo IV blok ii, 
no. 24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda 
sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, 
http://agussyafii.blogspot.com/

Kirim email ke