Cinta Itu Memaafkan

By: M. Agus Syafii

Badai itu datang waktu perusahaan suaminya bekerja gulung tikar akhirnya 
suaminya mengajukan pensiun dini karena masih muda dengan mudahnya mendapatkan 
pekerjaan sesuai bidangnya. Setiap kali mendapatkan pekerjaan, selalu saja 
berhenti dan berpindah ke perusahaan lain karena dengan alasan kurang nyaman. 
Sebagai istri, dirinya selalu mengingatkan agar "istiqomah" dalam mencari 
nafkah, tidak mudah pindah-pindah ke perusahaan lain. Sifatnya yang mudah 
tersinggung ternyata ikut mempengaruhi kinerjanya. Kalau ada sesuatu yang tidak 
ia sukai , baru beberapa bulan bekerja, suaminya lantas mengundurkan diri. 
Sifat keras dan mudah tersinggung itulah yang selalu saja memicu pertengkaran.

Perjalanan kehidupan bahtera rumah tangganya selalu saja dipenuhi dengan 
pertengkaran demi pertengkaran, namun tak selama kondisi pertahanan batinnya 
kokoh untuk bisa menerima perlakuan suaminya. Seringkali dibentak membuat tubuh 
dan batin gemetar. Selama lebih dua belas tahun pernikahannya beberapa kali 
sempat melontarkan kata meminta cerai.  Bahkan ketika orang tua tahu akan hal 
itu, sempat memperingatkan padanya agar untuk memikirkan dengan matang. 
Suaminya tidak pernah menanggapi ucapannya. Sampai kemudian terjadi 
pertengkaran hebat. Ditengah masing-masing ego menguat, suaminya memutuskan 
untuk menerima keputusan dirinya untuk berpisah, membuat air matanya mengalir. 
Isak Tangis tak mampu ditahannya. Anaknya semata wayang berlari, memeluknya. 
Menangis dipangkuan ibunya. Matanya seolah mengatakan, "Jangan tinggalkan ayah, 
Mah."

Di Rumah Amalia Ia duduk terdiam beberapa saat lama, dalam kesedirian 
merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Hari itu beliau berkenan bershodaqoh 
untuk Rumah Amalia dengan harapan agar Allah berkenan memberikan kekuatan dan 
kesabaran untuk bisa memaafkan serta keluarganya bisa utuh kembali. Begitu 
pulang sampai di Rumah, suami dan putrinya sudah menunggu. Sang suami memeluk 
dirinya dan meminta maaf atas perlakuannya selama ini. Sementara anaknya 
memegang tangannya. Keajaiban itu terjadi. Doa dan harapannya terkabul, 
keluarganya utuh kembali, begitu terasa indah dan membahagiakan. Suaminya 
menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik, bisa mengendalikan emosinya dan 
semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai seorang istri, dirinya telah 
menemukan makna cinta dengan memaafkan, seperti sekuntum bunga yang menebarkan 
keharumannya kepada orang yang telah melukai hatinya untuk menggapai cinta yang 
hakiki yaitu cintanya kepada Allah.

"Seorang suami apabila memandang istrinya dg kasih sayang & istripun memandang 
dg kasih sayang maka Allah memandang keduanya dg pandangan kasih sayang. Bila 
suami memegang telapak tangan istrinya maka dosa-dosa keduanya berguguran dari 
celah jari-jari tangan keduanya" (HR. Rafi'i).

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, raih keberkahan ramadhan hadir pada kegiatan 'Berkah Ramadhan Bersama 
Amalia' (BELIA) jam 4 s.d 6 sore, Ahad, 14 Agustus 2011. Bila berkenan 
berpartisipasi buku2, pakaian, peralatan sekolah, peralatan sholat, konsumsi 
berbuka. Kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo IV blok ii, no. 24 Komplek 
Peruri, Ciledug. Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat berarti 
bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431




Kirim email ke