Senyuman Dalam Kepedihan

By: Muhamad Agus Syafii

Siang itu saya mendapatkan janji untuk bertemu dengan seorang perempuan separuh 
baya di Rumah Amalia. Wajahnya nampak selalu tersenyum namun dalam hati 
tersimpan kepedihan yang mendalam. 'Saya sebenarnya sudah bercerai,' begitu 
tutur perempuan itu tentang perjalanan hidupnya. 'Saya menggugat cerai suami 
saya dalam proses yang panjang dan melelahkan. Orang tuanya dan dia sangat 
berharap bisa mengasuh Bima, putra kami sebab bagi mereka. Laki-laki adalah 
penerus keturunan. Perempuan hanyalah dianggap sebagai 'konco wingking' (teman 
dibelakang). ' Ucapnya menghela napas panjang. 'Kelima saudara laki-lakinya 
semuanya hanya memiliki anak perempuan. Satu-satunya garis keturunannya yang 
memiliki anak laki-laki hanyalah kami yaitu Bima.' Wajahnya terlihat tegar. 
'Perempuan mana yang tidak ingin minta cerai? Setiap gajian, dia simpan 
sendiri. Sementara untuk kehidupan sehari-hari dari gaji saya, untuk membantu 
orang tua dan adik-adik, saya harus sembunyi-sembunyi
 untuk mengirimkan pada mereka.' Tutur perempuan itu. Tak lama kemudian dia 
meminum teh hangat yang sudah sejak tadi telah disediakan. "Barangkali gaji 
bapak untuk keperluan yang lebih utama seperti rumah, peralatan?' tanya saya.

'Benar Mas Agus, gajinya memang buat bayar kreditan rumah. Rumah itu sekarang 
dia yang meninggalinya. Sementara saya dan Bima tinggal dikontrakan.Saya dan 
Bima kabur dari rumah. Sejak itu dia tidak pernah mau peduli terhadap nasib 
kami berdua. Bahkan setiap apapun yang hendak ingin dilakukan untuk kepentingan 
istri dan anaknya sendiri dia selalu meminta izin ibunya. Itulah yang tidak 
saya suka mas,' ucapnya. Air matanya mengalir tak mampu disembunyikan kesedihan 
hatinya. Dalam hati saya berpikir bahwa perempuan ini mengalami problem yang 
begitu berat. Problem klasik antara menantu dan mertua. Memang agak jarang saya 
mendengar menantu laki-laki bertengkar dengan mertua laki-laki atau menantu 
laki-laki bertengkar dengan mertua perempuannya namun saya hampir sering 
mendengar menantu perempuan bertengkar dengan mertua perempuannya. Mungkin 
alasan yang utama mertua perempuan merasa lebih tahu segalanya daripada menantu 
perempuannya, maka terlihatlah mertua
 perempuan cerewet bila bertemu dengan menantu perempuannya. 'Apakah Ibu pernah 
kemukakan perasaan ibu pada bapak?' tanya saya. 'Sudah Mas Agus dan itu tak 
merubah apapun.' ucapnya. 'Apa yang membuat Ibu jatuh cinta pada beliau?' tanya 
saya kembali. 'Suami saya itu tipe ideal, ganteng, tinggi, besar. Sifatnya 
jujur dan setia. Saya teringat waktu kami berpacaran dia begitu sayang pada 
saya. Setiap kali datang selalu membawakan makanan kesukaan saya. Dia membantu 
tugas-tugas kuliah, juga pekerjaan rumah, dia tidak pernah menyalahkan saya, 
apa lagi mencela kekurangan saya. Dimata saya, dia begtiu sempurna sebagai 
suami namun begitu menikah semua yang terlihat sempurna itu menjadi hilang.' 
tuturnya. 

Saya memahami apa yang diucapkan, cintanya telah melukai hatinya, cintanya 
telah menenggelamkan hidupnya. 'Alhamdulillah Mas Agus, hakim telah mengabulkan 
gugatan cerai saya dan Bima dalam pengawasan saya sebagai ibunya. Saya tidak 
berharap apapun pada mantan suami saya.  'Ah, bagaimana dengan Bima, Bu?' ucap 
saya terlontar tanpa tersadari. Apakah Sang Ibu menyadari bahwa anaknya suatu 
saat membutuhkan teladan dan kebanggaan dari seorang ayah. Seorang ayah yang 
memberikan kehangatan bagi Bima, putranya. Pelukan kasih sayang, menemaninya 
bermain, menjemputnya ke sekolah atau membantunya mengerjakan PR. 'Suami saya 
berpesan, bila nanti Bima telah besar dan menanyakan tentang bapaknya, bilang 
aja sudah mati!' Tutur Sang Ibu tanpa raut muka berubah, betapa tipisnya batas 
cinta dan benci. Saya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun tentang apa yang 
telah dikatakannya. Begitulah orang tua tidak pernah mau mengerti kondisi 
anak-anaknya. Mengorbankan anak-anak
 yang tumbuh dan berkembang yang membutuhkan cinta kasih, pelukan hangat, 
dukungan dan rasa aman bagi dirinya. Sedemikian mudahkah cinta itu tenggelam 
dalam perceraian? Tidak adakah jalan yang lebih baik? Saya menyarankan kepada 
beliau agar memberikan ruang untuk islah atau rujuk kembali karena rujuk adalah 
perbuatan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ucapan saya telah mampu 
membuat beliau nampak berpikir lama dan akhirnya menyanggupinya untuk 
memikirkan kemungkinan untuk rujuk kembali demi masa depan Bima, putra 
tercintanya. 

Sampailah sebulan kemudian Ibu minta ketemu kembali, Katanya ada penting yang 
ingin disampaikannya, saya menyarankan agar ke Rumah Amalia. Malamnya di Rumah 
Amalia, saya dikejutkan dengan mobil hitam, terlihat Sang Ibu keluar bersama 
Bima putranya dan wajah lelaki yang ganteng mirip artis film tempo doeole Robi 
Sugara. Bima digandengnya. Tak lama Sang Ibu memberikan salam dan 
memperkenalkan laki-laki sudah terlihat berumur sebagai ayah kandung Bima. 
'Ooo..'Ucap saya tanpa sadar.  Beliau menyampaikan bahwa dirinya, Bima dan 
suami berkumpul kembali. 'Rujuk demi anak adalah pilihan terbaik Pak Agus,' 
ucapnya, wajahnya yang begitu tegar tak lagi bisa menyembunyikan air mata yang 
keluar. Suaminya membenarkan tentang kesepakatannya untuk rujuk kembali. 'Kami 
yakin inilah kesepakatan yang diridhoi oleh Allah seperti yang dianjurkan oleh 
Pak Agus. Kami rujuk kembali' tutur suaminya. Malam gelap terasa indah. Suara 
anak-anak Amalia terdengar melantunkan
 ayat-ayat suci al-Quran. Kebahagiaan mereka memilih jalan yang diridhoi oleh 
Allah juga saya rasakan. Subhanallah. "Dan perlakukanlah istri kalian dengan 
baik, kemudian bila kamu tidak menyukainya, maka bersabarlah karena mungkin 
kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang 
banyak"(QS: An-Nisaa':19).

--
Sahabatku, aminkan doa ini memohon agar Allah meringankan beban dan masalah 
keluarga. "Robbana la tu-akhidzan innasin aw akhtha’na, robbana wala tahmil 
‘alaina ishronkama hamaltahu ‘alal ladzina min qablina robbana wa la tuhamilna 
ma la thaqatalana bihi, wa’fu anna waghfirlana fansurna ‘ala qaumil 
kafirina.”Ya tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami, jika kami lupa atau kami 
bersalah. Ya Tuhan kamijanganklah Engkau bebankan kami beban yang berat sebagai 
mana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami . Ya Tuhan kami jangan lah 
Engkau pikul klami kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya . beri 
maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami . Engkaulah penolong kami, 
maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.”(QS Al baqarah [2]:286).

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
--
Sahabatku yang "single" ingin segera menikah. Jangan berputus asa, memohonlah 
pd Allah maka Allah akan kirimkan jodoh yg terbaik dari sisiNya untuk anda. 
yuk..hadir di kegiatan "Secercah Harapan Untuk Amalia (CERIA)", Ahad, 15 April 
2012. Jam 8 s.d 12 pagi di Rumah Amalia. Bila berkenan berpartisipasi dlm 
bentuk buku bacaan, DVD IPTEK, baju baru, peralatan sekolah, paket sembako, 
konsumsi silahkan kirimkan ke Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 
Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat 
berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, 
http://www.twitter.com/agussyafii, http://agussyafii.blogspot.com/


Kirim email ke