Dahsyatnya Sabar

By: Muhamad Agus Syafii

Ditengah usia perkawinannya terbilang muda, baru berusia tiga tahun dan 
memiliki bayi mungil, dirinya sudah merasakan kesulitan dalam berkomunikasi 
dengan sang istri. Seorang teman di Rumah Amalia, dia mengatakan bahwa setiap 
kali berbincang dengan istri selalu saja berakhir dengan pertengkaran. 
Kesulitan itu terjadi sejak usia perkawinan menginjak enam bulan pertama, 
disaat istri sedang hamil muda. Pada bersamaan dia juga mendapatkan promosi 
jabatan di kantornya.  Konsekwensi dari promosi jabatan menyebabkan banyak hal 
harus dikerjakan, pulang larut malam, perjalanan tugas kantor secara rutin. 
Semua itu menyebabkan pertengkaran sering karena istri merasa tidak lagi 
mendapatkan perhatiannya.  Bahkan pernah sang istri mencoba untuk bunuh diri, 
sejak peristiwa itu dia selalu mengalah & khawatir bila istri melakukan 
perbuatan nekad yang dilarang oleh agama. Sampai dia harus meminta izin kepada 
atasannya untuk mengurangi tugas keluar kota dan lebih
 mengutamakan untuk mengantar istri atau menjemput dari kantornya. Namun upaya 
yang dilakukan menjadi terasa sia-sia, ternyata istri semakin menunjukkan sikap 
yang berlebihan, takut ditinggal bahkan istrinya menjadi mudah sekali untuk 
mengungkit kembali permasalahan yang telah lalu. Pertengkaran inilah yang 
membuat dirinya menjadi marah. Sampai tidak tahu apa yang harus dilakukan. 'Mas 
Agus Syafii, saya sudah lelah dengan kehidupan. Apa yang harus saya lakukan 
agar istri merubah sikapnya & komunikasi bisa menjadi lebih baik? Tuturnya sore 
itu pada saya di Rumah Amalia.

Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa tekanan hidup seperti di kota Jakarta, 
dari pagi ketika di jalan raya sudah berhadapan dengan kemacetan, tentunya 
sangat melelahkan, juga pekerjaan dengan berbagai tekanan sekaligus 
tanggungjawab di dalam rumah tangga. Tekanan seperti ini yang terjadi terus 
menerus bukan hanya melelahkan juga sekaligus kita tidak mampu untuk berpikir 
jernih. dalam melihat persoalan. Suatu keadaan kita seperti berputar-putar di 
gang buntu. Proses transisi dari cuman berdua, kemudian memiliki bayi mungil 
ditambah dengan karier yang cemerlang dibutuhkan penyesuaian. Bukan hanya suami 
yang harus menyesuaikan namun juga istri mesti menyesuaikan diri. Dalam masa 
transmisi inilah terjadilah kesulitan komunikasi. Kesulitan komunikasi semakin 
membesar karena memang tidak pernah mempersiapkan diri untuk melewati perubahan 
ini. 

Perkawinan pada dasarnya ada tiga fase, fase pairing, parenting & partnering. 
Fase pairing tantangannya mengenal pasangan yang dihadapkan dengan mengejar 
karier. Dalam rumah tangganya fase pairing belum berlalu tapi sudah memasuki 
Fase parenting yaitu menjadi orang tua karena sudah memiliki sang buah hati. 
Seiring waktu pertumbuhan anak, dirinya dan istri dibutuhkan kondisi partnering 
dalam pengasuhan. Jadi, saya menyarankan padanya sebaiknya yang dilakukan 
adalah memantapkan pasa awal sebuah perkawinan yaitu pairing dengan mengenal 
istrinya, jangan pernah bosan untuk juga mengajak istri untuk lebih mengenal 
dirinya. Melakukan aktifitas ibadah dengan sholat berjamaah di dalam keluarga 
menjadi upaya untuk mencairkan komunikasi yang beku. Selesai sholat berjamaah 
kemudian belajar membaca al-quran bersama menjadi keluarga indah & bahagia. 
Lakukanlah dengan sabar, bahwa dirinya juga harus memahami istri yang juga 
sedang dalam kondisi tertekan sama seperti
 dia. Dalam perannya sebagai istri sekaligus ibu tentunya sangatlah tidaklah 
mudah. Perkawinan merupakan proses belajar yang tidak pernah berhenti. Sebuah 
perkawinan kita diberikan kesempatan untuk belajar menjadi matang & 
mendewasakan, pasangan hidup kita merupakan cermin yang terbaik dalam membantu 
kita untuk tumbuh & berkembang. "Hai orang2 yang beriman, mintalah pertolongan 
(kpd Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang2 yang 
sabar.' (QS. al- Baqarah : 153).

---
Sahabatku, yuk..aminkan doa ini agar keluarga kita menjadi keluarga sakinah 
mawaddah warahmah. "Rabbana hab lanâ min azwâjinâ wa dzurriyyatinâ qurrata 
a’yunin waj-’alnâ lil-muttaqîna imâmâ." Artinya, Ya Tuhan kami, anugerahkan 
kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan 
jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74).

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
--
Sahabatku, yuk..bersiap sambut Ramadhan & raih keberkahan dg hadir & berbuka 
puasa bersama di "Berkah Ramadhan Bersama Amalia" (BELIA) Ahad, 29 Juli 2012. 
jam 4 s.d 6 sore di Rumah Amalia. Bila berkenan berpartisipasi: pakaian baru, 
buku bacaan, paket sembako, peralatan sholat, konsumsi berbuka puasa. Silahkan 
kirimkan ke Rumah Amalia. Jl. Subagyo IV blok ii, no. 24 Komplek Peruri, 
Ciledug. Tangerang 15151. Partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: 
agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/, 
http://twitter.com/agussyafii

Reply via email to