Hati Yang Menjerit

By: Muhamad Agus Syafii

Hati siapa yang tidak menjerit ketika seorang istri yang melihat suaminya 
disiang hati bergandengan tangan dengan seorang perempuan muda? Hati siapa yang 
tak menjerit? Begitu tutur seorang perempuan muda. Sore itu bertandang ke Rumah 
Amalia. Luka hatinya sudah mengering. Goresan-goresannya belum hilang benar. 
Susah sekali untuk bisa memaafkan bukan berarti sesuatu yang tidak mungkin. 
Begitu mengetahui orang yang sangat dihormatinya dan disayanginya telah 
menghianati cinta, air mata terurai dengan derasnya. Ditanyakan hal itu pada 
suaminya. Berkali-kali suaminya meminta maaf dan mengatakan dirinya khilaf. 
Hari itu dunia menjadi terasa gelap. Anak-anaknya duduk terdiam melihat 
ibundanya sedang menangis.

Teringat masa indah diwaktu perkenalan. Waktu itu suaminya sebagai ketua remaja 
masjid dan dirinya sebagai sekretarisnya. Pertemuan itu menebar bibit cinta. 
Tak lama berselang dirinya dilamar. Keinginannya yang kuat untuk menyempurnakan 
ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kemudian pernikahan itu terlaksana 
dengan meriah. Kehidupan menjadi terasa begitu indah dengan kehadiran sang buah 
hati. Dua Keluarga besar berkumpul untuk mensyukuri kelahiran putra pertamanya. 
Disisi lain karier suaminya juga mulai menanjak. 

Kehidupan yang dulunya serba susah kini menjadi lebih baik. Dulu yang serba 
kekurangan boleh terbilang sekarang rizki melimpah. 'Alhamdulillah Mas, rizki 
melimpah tidak membuat kami jauh dari Sang Khaliq.' tuturnya. Sejak 
pertengkaran hebat itu suaminya jarang pulang ke rumah, memilih menginap di 
rumah orang tuanya. Sampai pada suatu hari badan putranya yang pertama sakit 
panas telah membuatnya panik. Dibawanya ke dokter. Anaknya yang kedua memaksa 
dirinya untuk menghubungi suaminya. Air mata itu terus berlinang mengabarkan 
keadaan anaknya yang sedang sakit kepada suaminya sampai akhirnya dirinya 
bertemu dengan suaminya untuk menjenguk anaknya yang sedang di rawat di Rumah 
Sakit.

Pertemuan di Rumah Sakit itu terlihat suaminya menangis terisak-isak bagai anak 
kecil. Selama sepuluh tahun pernikahannya baru kali ini melihat suaminya 
menangis seperti dan sekarang menangis takut kehilangan istri dan anak-anaknya. 
Dipeluk suami dan anak-anaknya. Kata memaafkan menjadi terasa menenteramkan 
hati dan pikirannya. Hanya semata-mata ketaqwaannya kepada Allahlah memaafkan 
setulus hati dengan begitu mudah dilakukannya. 'Saya teringat pesan Mas Agus 
waktu itu kepada saya, bahwa Nabi mengajarkan kepada kita agar memaafkan karena 
dengan memaafkan Allah memberikan kemuliaan pada hidup kita,' tutur beliau. 
'Alhamdulillah dengan peristiwa ini kami sekeluarga semakin meningkatkan ibadah 
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.' lanjutnya. Sore hari itu matahari mulai 
menenggelamkan dirinya. Puji syukur tak lupa selalu dipanjatkan kehadiratNya. 
Begitu indah hidup ini dengan memaafkan setulus hati. 'Allah akan membalas 
orang yang memaafkan orang lain dengan
 menambahkan kemuliaannya.' (HR. Muslim).

---
Sahabatku, yuk..aminkan doa ini agar keluarga kita menjadi keluarga sakinah 
mawaddah warahmah. "Rabbana hab lanâ min azwâjinâ wa dzurriyyatinâ qurrata 
a’yunin waj-’alnâ lil-muttaqîna imâmâ." Artinya, Ya Tuhan kami, anugerahkan 
kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan 
jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74).

Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
---
Yuk, ikutan menjadi relawan di Rumah Amalia & hadir pada kegiatan "Salam Untuk 
Rumah Amalia" (MULIA) Minggu, 17 Maret 2013. Jam 9.sd 12 siang di Rumah Amalia. 
Bila berkenan berpartisipasi Baju Baru, paket sembako, peralatan sekolah, 
perlengkapan sholat, buku bacaan, konsumsi. Kirimkan ke Rumah Amalia Jl. 
Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & 
partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 
087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com/

Kirim email ke