Sbg makhluk sosial kita mesti pernah dalam lingkungan pergaulan yg terdapat
perbedaan kepentingan, sikap2 yang negatif, pro&kontra terhadap pendapat,
kritik, hingga sikap2 yang menyertainya sebagai reaksinya, seperti ngambek,
tersinggung, marah dsb. Hal ini wajar krn manusia punya sisi kecerdasan
intelektual, emosional maupun spiritual yg masing2 dpt berlainan dan tidak
selalu stabil. Perbedaan ini menyebabkan reaksi berbeda saat
mensikapi sebuah permasalahan/konflik, atau walaupun saat itu tanpa ada
prmasalahan di tempat tersebut seseorang dapat terganggu stabilitas emosi
dan spriritualitasnya krn kondisi kesehatan fisik sedang kurang baik,
atau karena permasalahan di tempat dan waktu lain yang terbawa.
Sifat/perangai yang buruk dari orang lain juga dapat memicu sikap2 yang
dapat memperkeruh suasana.
Cara pikir yang sering memicu konflik diantaranya adalah:

"*Saya/kami yg paling benar sedangkan kamu/kalian salah*" atau "*Saya/kami
lebih pandai dan lebih baik dari kamu/kalian sedangkan kamu/kalian lebih
bodoh dan lebih buruk dari saya/kami*",

sedangkan gak ada langkah untuk memperoleh resolusi berdasar data yg benar,
akurat, dan lengkap. Merasa benar/tau boleh, tapi merasa paling benar/paling
pintar itu kurang tepat. Dan secara manusiawi, pribadi/kelompok cenderung
tidak suka disalahkan, direndahkan, atau dianggap lebih bodoh. Disinilah
maka kita perlu mengoptimalkan diri untuk mampu mengendalikan diri agar
mampu mensikapi orang lain/lingkungan dengan sikap terbaik.
Beberapadiantaranya ad
alah dengan cara:

   1. *Evaluasi terhadap apa tujuan utama kita bergaul*, Dgn selalu sadar
   tujuan utama itu kita juga bisa mendewasakan diri dg melatih kemampuan
   berpikir/bersikap bijak,  ikhlas, dan berusaha menjadi bermanfaat.
   2. *Mengenali karakter emosi diri sendiri*, apakah  kita termasuk yg
   labil/pemarah, sombong, suka cari popularitas, dsb. Setelah
   mengenalinya/intropeksi lalu coba mengendalikannya ke jalur yg benar dg
   memahami bahwa dgn memberikan sesuatu yg terbaik maka kita akan
   menerima yg baik2 pula, kalaupun ada balasan yg kurang baik itu semata
   ujian agar kita dpt lebih ikhlash & baik lagi.
   3. *Reaktualisasi sikap* yang dalam bahasa Jawa dsebut 'tepo seliro',
   yaitu berempati dg senantiasa ingat bahwa klo gak mau digituin ya jangan
   berbuat seperti itu thd orang lain. Disini kepekaan hati sangat penting.
   Rasa ketidaksenangan terhadap sesuatu/seseorang kadang memunculkan
   sikap kesewenang-wenangan dan menjadi penutup kejernihan pikiran untuk
   melihat secara obyektif dan berbuat adil. Apabila terjadi suatu
   masalah selalu mengedepankan langkah musyawarah untuk solusi, tidak saling
   menyalahkan, tidak otoriter, dan cakap mengambil hikmah.
   4. *Jika menyayangi sesuatu usahakan secara sederhana saja*, karena ji
   ka terjadi sesuatu yang membuat kita benci terhadapnya, maka bencinya
   juga sederhana saja sehingga mudah memaafkan. Hidup terlalu singkat
   bila diisi dengan penyakit hati, spt iri, dengki, dsb.

*(sumber : sebuah kutipan)*

-- 
"A Civilized, Professional, Modern Biker"

TRiC - 077
HTML - 853
HORNET - 151
INSERT - 006
FSRJ 'ers
----------------------------------------
http://dickydewa.multiply.com

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
--- We moderators work for free only for your convenience in our milis.
Help us and obey the rules or be gone!  ---
.
To post to this group, send email to forbas@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to [EMAIL PROTECTED]
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/forbas
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to