ganyang malay....

On 30/08/2007, Yudi R. Irawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  Hiks..... L
>
>
>
> *Yudi R. Irawan*
> Brand Management, Gedung Sarana Jaya Lt. 8
> Mobile   +62 816 19 70001
> Email     [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "Satrio Arismunandar" <satrioarismunandar@ yahoo.com<[EMAIL PROTECTED]>
> >
> Subject: [] Kekerasan pada WNI di Malaysia (hati-hati Promosi
> Wisata Malaysia!)
>
> (dari milis Pantau):
> ============ ========= =====
>
> Nama saya Budiman Bachtiar Harsa, 37 tahun,
> WNI asal Banten, karyawan di BUMN berkantor di
> Jakarta.
>
> Kasus pemukulan wasit Donald Peter di Malaysia, BUKAN
> kejadian pertama. Behubung sdr Donald adalah seorang
> "Tamu Negara" hingga kasusnya terexpose besar-besaran.
> Padahal kasus serupa sering menimpa WNI di Malaysia.
> BUKAN HANYA TKI Atau Pendatang Haram, tapi juga
> WISATAWAN.
>
> Tahun 2006, bulan Juni, saya dan keluarga (istri, 2
> anak, adik ipar), pertama kalinya kami "melancong" ke
> Kuala Lumpur Malaysia. (Kami sudah pernah berwisata ke
> negara2 lain, sudah biasa dengan berbagai aturan
> imigrasi).
> Hari pertama dan kedua tour bersama Travel agent ke
> Genting Highland, berjalan lancar, kaluarga bahagia
> anak-anak gembira.
>
> Hari ketiga city tour di KL, juga berjalan normal.
> Malam harinya, kami mengunjungi KLCC yang ternyata
> sangat dekat dari Hotel Nikko, tempat kami menginap.
> Usai makan malam, berbelanja sedikit, adik ipar dan
> anak-anak saya pulang ke hotel karena kelelahan,
> menumpang shuttle service yang disediakan Nikko Hotel.
> Saya dan istri berniat berjalan-jalan, menikmati udara
> malam seperti yg biasa kami lakukan di Orchrad
> Singapore, toh kabarnya KL cukup aman.
> Mengambil jalan memutar, pukul 22.30, di dekat HSC
> medical, lapangan dengan view cukup bagus ke arah Twin
> Tower.
>
> Saat berjalan santai, tiba2 sebuah mobil Proton
> berhenti, 2 pria turun mendekati saya dan istri.
> Mereka tiba-tiba meminta identitas saya dan istri,
> saya balas bertanya apa mau mereka. Mereka bilang
> "Polis", memperlihatkan kartu sekilas, lalu saya
> jelaskan saya Turis, menginap di Nikko hotel. Mereka
> memaksa minta passport, yang TIDAK saya bawa. (Masak
> sih di negeri tetangga, sesama melayu, speak the same
> language, saya dan istri bisa berbahasa inggris,
> negara yg tak butuh visa, kita masih harus bawa
> passport?). Salah satu "polis" ini bicara dengan HT,
> entah apa yg mereka katakan dengan logat melayunya,
> sementara seorang rekannya tetap memaksa saya
> mengeluarkan identitas. Perliaku mereka mulai tak
> sopan dan Istri saya mulai ketakutan. Saya buka
> dompet, keluarkan KTP. Sambil melotot, dia tanya
> :"kerja ape kau disini?" saya melongo... kan turis,
> wisata. Ya jalan-jalan aja lah, gitu saya jawab. Pak
> polis membentak dan mendekatkan mukanya ke wajah saya:
> KAU KERJA APE? Punya Licence buat kerja?
>
> Wah kali dia pikir saya TKI ilegal. Saya coba tetap
> tenang, saya bilang saya bekerja di Jakarta, ke KL
> untuk wisata. Tiba-tiba salah satu dari mereka mencoba
> memegang tas istri, dan bilang: "mana kunci Hotel?
> "... wah celakanya kunci 2 kamar kami dibawa anak dan
> ipar saya yg pulang duluan ke hotel.
>
> Saya ajak mereka ke hotel yang tak jauh dari lokasi
> kami. Namun pak Polis malah makin marah, memegangi
> tangan saya, sambil bilang: Indon... dont lie to us.
> Saya kurung kalian...
>
> Jelas saya menolak dan mulai marah. Saya ajak mereka
> ke hotel Nikko, dan saya bilang akan tuntut mereka
> habis2an. sambil memegangi tangan saya, tuan polis
> meludah kesamping, dan bilang: kalian semua sama
> saja...
>
> Saat itu sebuah mobil polisi lainnya datang, pake logo
> polisi, seorang polisi berseragam mendekat. Di dadanya
> tertulis nama: Rasheed.
>
> Saya merapat ke pagar taman sambil memegang istri yang
> mulai menangis. Melawan 3 polis, tak mungkin. Mereka
> berbicara beritga, mirip berunding. Wah, apa polis
> malaysia juga sama aja, perlu mau nyari kesalahan
> orang ujung2nya merampok?
>
> Petugas berseragam lalu mendekati saya, meminta kami
> untuk tetap tenang. Saya bertanya, apa 2 orang preman
> melayu itu polisi, lalu polisi berseragam itu
> mengiyakan. Rupanya karena saya mempertanyakan
> dirinya, sang preman marah dan mendekati saya,
> mencengkram leher jaket saya, dan siap memukul, namun
> dicegah polisi berseragam.
>
> Polisi berseragam mengajak saya kembali ke Hotel untuk
> membuktikan identitas diri. saya langsung setuju,
> namun keberatan bila harus menumpang mobil polisi.
> Saya minta untuk tetap berjalan kaki menuju Nikko
> Hotel, dan mereka boleh mengiringi tapi tak boleh
> menyentuh kami. Akhirnya kami bersepakat, namun polisi
> preman yang sempat hampir memukul saya sempat berkata:
> if those indon run, just shoot them... katanya sambil
> menunjuk istri saya. Saya cuma bisa istigfar saat itu,
> ini rupanya nasib orang Indonesia di negeri tetangga
> yang sering kita banggakan sebagai "sesama melayu".
> Diantar polisi berseragam saya tiba di Nikko Hotel.
>
> Saya minta resepsionis mencocokan identitas kami, dan
> saya menelpon adik ipar untuk membawakan kunci. Pihak
> Nikko melarang adik saya, dan mengatakan kepada sang
> Polis, bahwa saya adalah tamu hotel mereka, WNI yang
> menyewa suites family, datang ke Malaysia dengan
> Business class pada Flight Malayasia Airlines.
> Pak Polis preman mendadak ramah, mencoba menjelaskan
> bahwa di Malaysia mereka harus selalu waspada.
> Saya tak mau bicara apapun dan mengatakan bahwa saya
> sangat tersinggung, dan akan mengadukan kasus ini, dan
> "membatalkan rencana bisnis dengan sejumlah rekan di
> malaysia" (padahal saya tak punya rekan bisnis di
> negeri sial ini).
>
> Polisi berseragam berusaha tersenyum semanis mungkin,
> berusaha keras untuk akrab dan ramah, petugas Nikko
> Hotel kelimpungan dan berusaha membuat kami tersenyum.
> Setelah istri saya mulai tenang, saya mengambil HP
> P9901 saya dan merekam wajah kedua polisi ini.
> Keduanya berusaha menutupi wajah, meminta saya untuk
> tidak merekam wajah mereka.
> Istri saya minta kita mengakhiri konflik ini, dan
> sayapun lelah. Kami tinggalkan melayu-melayu keparat
> ini, tanpa berjabat tangan.
>
> Sepanjang malam saya sangat gusar, dan esoknya kami
> membatalkan tur ke Johor baru, mengontak travel agent
> agar mencari seat ke Singapore. Siang usai makan
> siang, saya tinggalkan Malaysia dengan perasaan
> dongkol, dan melanjutkan liburan di Singapore.
>
> Mungkin saya sial? ya. Mungkin saya hanya 1 dari 1000
> WNI yang apes di Malaysia? bisa. Tapi saya catat bahwa
> bila saya pernah dihina, diancam, bahkan hampir
> dipukuli, bukan tak mungkin masih ada orang lain
> mengalami hal yg sama.
>
> Jadi, kalau hendak berlibur di Malaysia, sebaiknya
> pikir masak2. Jangankan turis, Rombongan atlet saja
> bisa dihajar polisi Malaysia.
> Bayangkan bila perlakuan seperti ini dilakukan
> dihadapan anak kita. Tentu anak akan trauma, sekaligus
> sedih.
>
> Hati-hati pada PROMOSI WISATA MALAYSIA. Di Malaysia,
> WNI diperlakukan seperti Kriminal.
>
> ::BCA::
>
>
>
> >  Upgrade your email with thousands of emoticons for free
> <http://www.mailskinner.com/?hitmail=true&grpid=35>
>
>


-- 
Warm Regrads,


sige
[rebel rider]
_______________________
Stones taught me to fly
Love taught me to cry
Life taught me to die

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
--- We moderators work for free only for your convenience in our milis.
Help us and obey the rules or be gone!  ---
.
To post to this group, send email to forbas@googlegroups.com
To unsubscribe from this group, send email to [EMAIL PROTECTED]
For more options, visit this group at http://groups.google.com/group/forbas
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Reply via email to