Justeru mengatakan "faalsafah" Pancasila digali dari bumi Indonesia
adalah berlebihan. Para pencetus Pancasila itu banyak belajar dan
membaca pengetahuan modern tentang demokrasi, humanrights, sistem
ketatanegaraan dan hukum yang sudah dikenal dibelahan lain di dunia.
Mereka hanya menyerap apa yang menurut mereka baik dan cocok untuk
bangsa kita dan mencoba mengisinya disesuaikan dengan nilai-nilai
bangsa.
Kalau bilang digali itu harus merupakan spesies unik. Tapi keunikan
itu disetiap negara juga adal. Demokrasi di India misalnya tidak sama
dengan demokrasi di Malaysia dan di Italia. Perbedaan karen
penyesuaian alam fikiran dan karakteristik bangsa masing-masing.
Jangan kita mengatakan Demokrasi Indonesia itu digali dari Bumi
Indonesia. Sebab Demokrasi yang sekarang ada tidak sama dengan
demokrasi jaman nenek moyang. Jadi galian demokrasi itu galian jaman
apa? Majapahit, Sriwijaya? Sama sekali beda.
SH

On 1/12/10, elrobama <elrob...@yahoo.com> wrote:
> Bung Sulaiman yth,
>
> Pernyataan anda bahwa "Pancasila itu universal" adalah berlebihan. Mungkin
> secara teoritis iya, tetapi tentu tak satu pun negeri yang mau mengakuinya
> bahwa negara mereka berpancasila meskipun mereka menegakkan nilai-nilai
> tersebut.
> Berbeda dengan kita, mengakui bahwa pancasila adalah dasar negaranya
> sekalipun "tidak usah" menegakkan nilai-nilai itu.
>
> Pengakuan itu penting bung, seperti ketika Pancasila dipidatokan 1 Juni
> 1945. Saat itu, pidato itu mendapat 12 tepuk tangan standing ovation oleh 78
> peserta pemimpin Indonesia dari berbagai suku dan agama. Saat itu 78 orang
> adalah jumlah yang banyak, dan naik kapal dari Manado - Jakarta harus
> dilakoni satu bulan, tak ada pesawat terbang komersiil.
>
> Bung Karno sebagai penggali adalah penting, tetapi PENGAKUAN 78 orang BPUPKI
> itu JAUH LEBIH PENTING.
>
> salam, robama.

Reply via email to