Pak HK,

Wah kok konteksnya jadi bahasa pemersatu?
Waduh..... kok jadi dibalik yah?
Yang saya permasalahkan adalah aturan yang pernah ada yaitu memaksakan semua
bahasa asing ke dalam bahasa indonesia, bukan di balik pak.
Masih ingat orang tua saya punya usaha namanya Golden, dan waktu itu
jelas-jelas dilarang, harus diganti pakai bahasa Indonesia.... (tahun 1980
an, bukan jaman kemerdekaan)
Lah apakah dengan mengganti semua nama berbau asing menjadi bahasa Indonesia
akan lebih berguna? Berguna buat nasionalisme?

Back to meeting dengan Gubernur dengan jajarannya yang menggunakan bahasa
Inggris.
Menurut saya tidak ada kaitan apapun dengan nasionalisme atau sifat apapun.
Saya melihat hal itu hanya pembelajaran ke arah yang positif.
Belajar bahasa asing bagus kok..... sepakat kan?
Rapat gubernur pake bahasa asing, bagus juga kan? untuk melatih
penggunaannya... atau kalau mau digunakan harus keluar negeri dulu?

Salam

kicky

2010/1/22 HK <kampungand...@yahoo.co.uk>

>
>
> Pak Kicky,
>
> Bapak bikin saya bingung, bagaimana cara menasionalime kan bangsa tanpa
> bahasa pemersatu, ini kaitannya dengan budaya bangsa Pak Kicky, jadi kalo
> Pak Kicky bercerita tentang Rendang, Angklung, Reog, Tari Pendet trus
> lagu-lagu daerah dan budaya nasional apakah semuanya harus dipaksakan dibawa
> kedalam bahasa asing, bisa-bisa rendang jadi "indonesian smoke beaf" trus
> angklung jadi "Indonesian Bamboo Violin" kan ga lucu....
>
> Topik kita disini kan tentang meeting di sebuah lembaga pemerintahan Negara
> Kesatuan Republik Indonesia yang menggunakan Bahasa Asing, jadi kita musti
> lihat dari scope-nya, apakah ini bagus untuk dijalankan dan ditiru oleh
> daerah-daerah lain??

Reply via email to