Salam, 1) Yang saya maksudkan ketinggalan dalam bidang management, bukan dengan perusahaan besar seperti Boeing, Airbus dll, tetapi dengan pabrik peswat terbang yang juga baru berdiri seperti di Brazilia dan terutama RRT. 2) Pesawat terbang menjadi telalu mahal karena harus membayar terlalu banyak dan mahal kepada inventors dari banyak onderdil pesawat tsb( saya mempurgunakan bhs sederhana orang awam) 3) Soalnya di AFTER SALES service, meskipun mempergunakan Pakar Sales/Marketing yang jagoan.Tetapi dalam bidang ini Inonesia sangat lemah. Baik suku cadang C dan CN yang dibeli negara tetangga, lama sekali baru dikirimkan sehingga terpaksa pesan/beli dari Spanyol pada hal vendornya ada di USA dan perjanjiannya tidak demikian. Wasalam, Wal Suparmo
--- Pada Sen, 8/2/10, Habibie Nugroho Wicaksono <prof.habi...@gmail.com> menulis: Dari: Habibie Nugroho Wicaksono <prof.habi...@gmail.com> Judul: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Gatotkaca Indonesia, Hopo kurang Hebat ? Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Senin, 8 Februari, 2010, 5:15 PM Kalau dibilang dari segi manajemen tertinggal 10-20 tahun dari perusahaan besar lainnya, maka kita patut berbangga karena selisih umur pabrik tersebut dengan IPTN masih lebih jauh lagi, selisih puluhan tahun. Apalagi bila dilihat fakta 10 tahun lebih IPTN diabaikan pemerintah dan investasi yang sangat minim. Kalau dibilang harus bayar mahal untuk paten, itu adalah hal yang wajar. Untuk sesuatu yang sedang merintis jalan ke industri teknologi, membayar mahal untuk paten wajar kok. Bandingkan biaya dan waktu yang keluar kalau harus benar-benar mengembangkan dari nol. Pola pikir pedagang retail jangan dipakai untuk mengelola industri manufaktur teknologi tinggi. Bandingkan juga berapa ongkosnya kalau membeli pesawat jadi, pasti lebih mahal lagi, sementara keuntungan dinikmati oleh orang asing. Kesulitan penjualan??? Siapa yang bilang. Kalau menurut saya, ini cuma masalah marketing dan branding aja kok. Mungkin PT DI perlu merekrut direktur top di bidang manajemen untuk membenahinya. Namun sayang, PT DI sekarang sudah menjadi rusak, karena pemimpin kita yang dijadikan boneka asing dan masyarakat kita yang masih berpikir sempit. Kita terus-terusan memandang rendah karya anak bangsa kita sendiri, padahal di luar negeri, mereka sangat dihormati. Salam Habibie Nugroho Wicaksono