Kawan-kawan,

Saya merasa masih banyak hal yang tersaput kabut dalam kasus DITEMUKANNYA
Gayus di Singapura ini. Saya sebut DITEMUKAN, bukan ditangkap ya, karena
memang keberadaannya didapati secara tak sengaja, secara kebetulan, berkat
sakti mandragunanya Denny dan Mas Achmad. Luar biasa. I wish that they could
do the same for Anggoro kakaknya Anggodo, dan sederet nama pesakitan lainnya
yang selama ini diuber oleh pemerintah Indonesia namun dengan tenangnya
mereka menikmati hidup di Singapura.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal saya adalah sbb:



   - Apa mungkin Gayus yang tahu dirinya sedang dicari-cari orang sekampung
   itu memiliki keberanian untuk keluar kandang? Rasa-rasanya tak mungkin ya.
   Apalagi jarak dari Hotel Mandarin ke Lucky Plaza relatif jauh, sekitar
   300-an meter. Seorang buronan pastilah memiliki rasa jeri dan was-was itu,
   tak akan mau menunjukkan batang hidung mereka ke tengah orang ramai. Apalagi
   kasusnya sedang dalam posisi puncak, dimana kemungkinan untuk terendus
   aparat ataupun media pastilah sangat tinggi. Kecuali jika buronan ybs memang
   sudah sangat berpengalaman. Gayus kan tidak masuk dalam kategori seperti
   itu.
   - Apa mungkin Gayus yang menginap di hotel dengan tarif per kamar
   termurah sebesar 320 dollar Amerika per malam itu (seperti laporan wartawan
   Kompas FX Laksana Agung Saputra yang mengikuti kisah perburuan Gayus ini,
   yang beritanya dimuat di halaman depan Kompas edisi hari ini) mau
   berusah-payah mencari makan malam sampai harus meninggalkan kandangnya?
   Rasa-rasanya, lagi-lagi, tak mungkin ya. Dana bukan perkara sulit bagi
   dia, bukan? Tinggal pencet nomor ekstensi layanan kamar (room service),
   paling lama 30 menit kemudian pesanan makanan terhidang di muka hidung.
   Kalau benar dia tak sanggup menahankan kerinduannya pada makanan Padang,
   saya yakin rasa takutnya untuk muncul di tengah orang ramai akan mengalahkan
   rasa rindunya pada makanan Padang tadi. Atau mungkin dia bisa suruh orang.
   - Apa mungkin Denny dan Mas Achmad yang menginap di Marriott mau repot2
   mencari makan malam, ke Lucky Plaza pula (yang notabene dianggap, maaf,
   ”tempat makan kelas rakyat” untuk ukuran Singapura), padahal mereka berdua
   menginap di hotel mewah berbintang, yang juga tinggal dengan mudah memencet
   tombol telepon room service. Dengan itu mereka berdua bisa lebih menghemat
   waktu dan energi, untuk dicurahkan ke rencana penangkapan Gayus. Jadi,
   rasa-rasanya tak mungkin juga mereka mau melakukan itu dengan sengaja. Atau
   memang keduanya ke Singapura lebih untuk jalan-jalan, membuang waktu,
   menikmati keramaian Orchard Road dengan singgah sebentar ke Lucky Plaza
   untuk sekadar cuci-mata atau mencari barang2 elektronik atau tempat
   penukaran uang?
   - Siapa saja yang berhasil MENEMUKAN Gayus di Lucky Plaza itu? Apakah
   hanya Denny dan Mas Achmad saja? Kalau memang kisah ini diduga sejumlah
   kalangan mengandung unsur rekayasa (sama halnya dengan kasus-kasus besar
   lainnya sebelum ini, misalnya penangkapan Bibit-Chandra, pembunuhan
   Nasaruddin Zulkarnaen), maka jika memang ada rekayasa ini maka akan lebih
   mudah mengaturnya jika jumlah pemainnya terbatas. Jadi, cukuplah Denny dan
   Mas Achmad saja yang MENEMUKAN sang buron ini. Kalau banyak orang terlibat,
   akan lebih besar peluang terjadinya kebocoran skenario.
   - Siapa saja saksi yang melihat adegan Denny dan Mas Achmad menemukan
   Gayus ini? Tak mungkin jika tak ada penontonnya. Tentu ada pengunjung
   lainnya di food court itu. Atau jikapun pengunjung mulai lengang (seperti
   dilaporkan oleh Koran Tempo edisi hari ini di halaman A-2), tentu ada
   “penghuni permanen” lokasi food court itu, yakni para
   pemilik/pengelola/penjaga kios-kios makanan itu. Apakah wartawan tidak
   tergerak sama sekali untuk menelusuri hingga ke sana?
   - Koran Tempo menyebutkan bahwa Denny dan Mas Achmad membujuk Gayus
   selama dua jam. Lalu di bagian lain dari berita itu disebutkan bahwa
   “sekitar pukul 23.00, Komisaris Besar Muhammad Iriawan datang.” Apa benar
   Lucky Plaza masih buka pada pukul 23.00? Seingat saya, mereka tutup pada
   pukul 21.00. Mungkin saja saya salah. Namun mestinya ini menjadi salah satu
   cara sederhana bagi wartawan untuk mencari kebenaran dari kisah yang
   disampaikan Denny dan Mas Achmad itu, bukan? (Catatan: Kombes Iriawan ini
   adalah “musuhnya” Kombes Williardi Wizard dalam kasus pembunuhan Nasaruddin
   Zulkarnaen. Williardi dalam keterangannya di pengadilan ketika itu menyebut
   bahwa ada tim lain yang disiapkan untuk menghabisi Nasaruddin, yang
   diketahui oleh Kapolri. Kombes Iriawan membantah tuduhan tersebut).
   - Mengenai apa gerangan maksud Gayus bertandang ke luar kandang cari
   makan Padang ke Lucky Paza itu, Kompas memberitakannya seperti ini:
   “Awalnya, papar Denny, ia dan Mas Achmad Santosa, anggota Satgas, kebetulan
   melihat Gayus di food court Lucky Plaza. Gayus di kasir membayar makanan
   untuk makan malam anak dan istrinya yang menginap di Hotel Meritus
   Mandarin.” Sedangkan Koran Tempo memberitakannya seperti ini: “Malam kian
   larut. Satu per satu pintu kios-kios di Lucky Plaza, Orchard Road, mulai
   tutup. Pusat belanja itu pun kian lengang. Tapi tiga pria masih terlibat
   pembicaraan serius di salah satu meja di Asian Food.Ketiga orang itu adalah
   Gayus Halomoan Tambunan, pegawai pajak pemilik rekening mencurigakan berisi
   Rp 28 miliar, anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum Mas Achmad
   Santosa, dan Sekretaris Satuan Tugas Denny Indrayana. “Dua jam kami
   meyakinkan dia,“ kata Achmad di kantornya kemarin, menuturkan kejadian pada
   Selasa malam lalu itu. Achmad dan Denny terbang dari Jakarta untuk menjemput
   Gayus, yang sedang jadi buron. Pada saat yang sama, tim dari Badan Reserse
   Kriminal Markas Besar Kepolisian RI sudah berada di Singapura. Bergantian
   Achmad dan Denny membujuk Gayus agar mau pulang ke Indonesia.“Jangan
   menunda-nunda, hadapilah realita,“ujar Achmad kepada Gayus. “Kamu itu masih
   muda, berpikirlah untuk masa depan.“ Gayus pun mulai terbuka. Dia mengakui,
   yang mendorong dia melarikan diri ke Singapura pada Rabu, 24 Maret lalu,
   adalah berita bahwa rekan usahanya, Andi Kosasih, ditetapkan sebagai
   tersangka. Sepanjang pembicaraan, ketegangan tampak menyelimuti Gayus.
   Sepiring nasi Padang yang ia pesan tak habis disantap--masih tersisa
   separuh.”
   - Mana yang benar dari kedua versi cerita di atas? Apakah Gayus DITEMUKAN
   sedang menyantap nasi Padangnya (seperti versi Koran Tempo)? Ataukah saat
   dia tengah di kasir membayar makanan untuk keluarganya (versi Kompas)? Atau
   habis membayar dia makan nasi Padangnya? Atau sehabis makan nasi Padangnya
   dia memesan untuk keluarganya juga? Penting untuk mengklarifikasi ihwal yang
   tampaknya kecil ini. Sebab, jika benar Gayus tengah menyantap nasi Padangnya
   saat DITEMUKAN oleh Denny dan Mas Achmad, maka kian janggal rasanya
   mengetahui bahwa selain dengan santainya dia ke luar dari kandangnya di
   Hotel Mandarin, Gayus ternyata juga tak jeri sedikitpun bersantap malam di
   lokasi food court itu.
   - Mungkinkah wartawan Kompas dan wartawan Koran Tempo memiliki tafsiran
   berbeda berdasarkan keterangan dari satu sumber yang sama? Atau wartawan
   dari masing-masing media tersebut bertemu dengan Denny dalam kesempatan yang
   terpisah/berbeda. Atau jangan-jangan cerita mengenai DITEMUKANNYA Gayus itu
   hanya KARANGAN BELAKA? Atau sudah dirancang terlebih dahulu? Pertanyaan
   penting lainnya (yang harusnya saya tempatkan di awal): apakah media hanya
   menyandarkan diri mereka sepenuhnya pada keterangan Denny dan Mas Achmad?
   Dan tidak pernah memverifikasinya ke sumber-sumber lain yang independen
   (penjaga kios di Lucky Plaza, saksi lain yang kebetulan melihat pertemuan
   ketiga orang itu di Lucky Plaza, petugas di Hotel Mandarin)?

Itulah sederet kabut misteri yang masih harus ditelusuri lebih jauh oleh
kawan-kawan wartawan. Inti dari catatan saya ini adalah (dan lagi-lagi):
jangan percaya hanya pada sumber-sumber resmi, karena media dengan mudah
akan dimanipulasi dan dijadikan alat untuk menciptakan sebuah kebenaran semu
yang jangan-jangan sebetulnya berlandaskan pada sebuah kebohongan atawa
rekayasa. Kasus ini harus terus dipelototi, harus terus dikawal, karena
pasca-penangkapan Gayus ini sejumlah kejanggalan lainnya mungkin saja akan
segera muncul. Pemelototan itu termasuk juga menelusuri apa kira-kira motif
di balik seluruh jelujuran skenario ini? Apakah misalnya ada kekhawatiran
jika Gayus bernyanyi terlalu kencang sehingga bisa menyerempet ke
orang-orang yang berada di tingkat yang lebih tinggi, termasuk misalnya Sri
Mulyani? Apakah misalnya Kapolri yang dikenal sangat dekat dan terus
dilindungi oleh SBY (kendati sudah sederet kejadian buruk menimpa lembaga
yang dipimpinnya itu), meminta kepada SBY supaya kasus ini dilokalisasi agar
tak merambat ke hampir seluruh petinggi di tubuh Kepolisian (yang citranya
terus mendapat sorotan, kendati sudah dicoba diobati lewat cerita perburuan
dan pembunuhan the so called “terrorists” dan penggerebekan sejumlah lokasi
pembuatan narkoba)? Ataukah ada motif2 lainnya yang sejauh ini belum
terjangkau oleh pikiran saya?

Wallahualam bissawab. Hanya Allah lah yang bisa sempurna menjawab...

Terima kasih dan salam,

Arya Gunawan


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=====================================================
Pojok Milis Komunitas Forum Pembaca KOMPAS [FPK] :

1.Milis Komunitas FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS

2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ , 
http://kompas.com/ dan http://kompasiana.com/

3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke 
anggota

4.Moderator E-mail: agus.hamonan...@gmail.com agushamonan...@yahoo.co.id

5.Untuk bergabung: forum-pembaca-kompas-subscr...@yahoogroups.com

KOMPAS LINTAS GENERASI
=====================================================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    forum-pembaca-kompas-dig...@yahoogroups.com 
    forum-pembaca-kompas-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    forum-pembaca-kompas-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke