Yang harus diganti itu doktrin pendidikan, pelatihan dan pembinaan aparatnya yang terus terang masih tidak banyak beranjak dari doktrin masa lalu. Jadi bukan membubarkan Satpolnya. Satpol, tibum, hansip atau apapun itu namanya sangat diperlukan bagi memelihara keamanan dan ketertiban ditengah-tengah masyarakat. Kalau tidak ada pasukan macam ini yang akan berkuasa mengatur aktivitas kehidupan nantinya adalah para preman yang mengangkat dirinya sendiri ditiap wilayah. Kalau benci nama tibum atau satpol boleh saja dibuat nama baru.
Setuju bahwa satpol itu jauh dari memadai kalau tidak mau dibilang sudah salah kaprah didalam menangani tugasnya. Tapi jangan lupa para demonstran sendiri sudah cenderung liar dan tidak simpatik, terutama yang berteriak-teriak mengacung-acungkan clurit, golok dan senjata tajam. Bagaimana kita bisa menyalahkan satpol seratus persen padahal personel yang mati dipihak satpol justeru lebih banyak. Kebrengsekan dibalas dengan kebrengsekan hanya menambah wajah negeri ini penuh dengan kebusukan dan dendam sepertinya kita semua hidup pada jaman masyarakat yang kurang beradab. SH On 4/6/10, heru suprapto <supraptoh...@yahoo.com> wrote: > > Dukungan > Pembubaran Satpol PP Meluas > > > > .fullpost{display:none;} > Jakarta, > Bingkai Merah - Dukungan atas pembubaran Satpol PP meluas dan dinilai > mendesak. Hal itu terlihat di dalam diskusi publik yang diselenggarakan > oleh Komite Pembubaran Satpol PP (KP Satpol PP) di gedung YLBHI, Jakarta > (5/4). Diskusi yang dihadiri kurang lebih seratus orang dari berbagai > kelompok rakyat miskin kota, pemuda dan mahasiswa, perempuan, anak > jalanan, kaum homoseksual, akademisi dan lainnya itu merupakan bagian > dari konsolidasi gerakan rakyat dan kampanye menolak kekerasan yang > dilakukan Satpol PP selama ini. > Selengkapnya > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > >