Saya bisa ikut merasakan Getaran batin mbak sumi ini, Apapun isinya, sangat menyentuh Hati sanubari kita. Obama sendiri sebetulnya sudah sangat berani mengambil resiko tidak populer dinegerinya sendiri, karena sikap populis-nya. Mudah mudahan kita bisa menyarikan dengan dingin, bijak, cerdas, tidak emosIonal apa yang ditulis mbak sumi ini. Salambambangsulistomo. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
-----Original Message----- From: khamid istakhori <khamid_m...@yahoo.com> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] SURAT DARI SUMI, UNTUK OBAMA SADAR Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi Buletin Elektronik SADAR Edisi 287 Tahun VI 2010 Sumber: www.Prakarsa-Rakyat.org ________________________________ SURAT DARI SUMI, UNTUK OBAMA Oleh : Istikharoh* “Apakah romantisme Tuan tentang negeri indah bernama Indonesia ini, membuat Tuan berhenti berpikir barang sedetik untuk membuat Amerika, negeri adikuasa yang tuan genggam menjadi baik dan berwajah ramah?” (Sumi, buruh tukang jahit pabrik sepatu Adidas di Karawang) Tuan Obama, Berat bagi kami untuk mengucapkan, “Selamat datang di Indonesia,” sebuah negeri Indah, kaya-raya namun berpenduduk sangat miskin dan ledakan kesengsaraan dimana-mana. Namun begitu, melalui surat ini saya memperkenalkan diri untuk mengulurkan tangan dan berkenalan dengan Tuan Presiden. Mungkin Tuan tak kenal kami. Buruh pabrik yang habis waktunya selama 16 jam bekerja tanpa istirahat cukup, dan melalui surat ini, surat yang ditulis dengan tangan lemah seorang buruh, meski bukan mewakili mereka, jutaan buruh lain yang dipaksa bekerja melebihi delapan jam waktu normal, namun saya merasa yakin, demikianlah keadaan kawan-kawan yang terpenjara di balik pagar tinggi pabrik kami, di balik deru mesin produksi menghasilkan barang-barang. Tuan Presiden, Kenapa saya merasa penting menuliskan surat ini? Sejujurnya saya merasa gegar otak, membaca halaman-halaman berita yang saya baca dari koran di meja majikan di pabrik tempat saya bekerja, yang setia saya jaga selama lebih 15 tahun meski saya serasa mengontrak di pabrik, setiap tahun harus mengisi ulang formulir pendaftaran dan sumpah setia untuk bekerja di pabrik ini. Kesalahan kecil saja membuat saya dicap menjadi buruh yang tidak setia. Kenapa surat ini menjadi penting saya tulis? Ketika membaca koran dan nonton televisi, saya terhenyak karena berita kedatangan Tuan Presiden telah meracuni kesadaran sebagian rakyat Indonesia. Dengan balutan romantisme bahwa tuanlah Presiden Amerika yang berbeda, bukan saja karena pernah hidup dan tinggal di Indonesia sehingga secara emosional dinyatakan dekat, namun juga propaganda yang menyatakan bahwa Tuan adalah Presiden Amerika yang berbeda karena kepedulian pada nilai-nila HAM dan Keadilan. Inilah era dimana Presiden Amerika telah menempatkan posisi pentingnya bagi perdamaian dunia. Itulah, sihir dan ilusi sesat bagi sebagian rakyat yang dipaksakan oleh Rejim SBY untuk memberikan dukungan atas kedatangan Obama ke Indonesia. Saya benar-benar terhenyak dan tersentak membaca berita itu. Mungkin, Tuan bertanya, kenapa sebagai buruh saya merasa penting menulis surat ini? Saya hanya ingin membuat kedatangan Tuan ke Indonesia menjadi lebih bermakna dan pulang tanpa diantar oleh basa-basi presiden kami, presiden yang sama seperti Tuan. Bahkan merasa perlu mencontek cara tuan berkampanye, meniru gaya bicara Tuan, meniru cara deklarasinya dan memilih warna kebesaran yang sama. Memilih lagu yang sama dalam bersenandung dan tentu saja kesamaan yang lain. Ah, itu hanya ilusi bagi kami Tuan. Kini, ketika Tuan berencana datang ke negeri kami, kami hanya ingin mengajak Tuan tidak sekedar berwisata ke Bali. Berkunjung dan duduk kembali di bangku yang sama seperti ketika Tuan bersekolah selama 4 tahun di negeri kami pada masa lalu. Bahkan kini sebuah patung Tuan dengan gambar kupu-kupu pun melengkapinya. Kami ingin, tuan meluangkan waktu, mampirlah ke pabrik kami, pabrik yang sama dengan ribuan pabrik lainnya, yang menjadikan negeri Tuan menjadi negeri yang hebat. Menjadikan artis-artis di negeri Tuan cantik karena kain sutera yang kami rajut dan tas belanja yang kami jahit dengan tangan kami ini. Dan kami juga ingin mengatakan kepada Tuan, bahwa ribuan atlet hebat di negeri tuan, yang menghasilkan medali emas di setiap momen olah raga, kami pun turut menyumbangnya dengan menjahitkan sepatu dari bahan terbaik dan jahitan paling halus. Itulah kami Tuan, buruh Indonesia yang kali ini menuliskan surat untuk Tuan. Namun, ijinkan pula kami meyampaikan bahwa sebenarnya jutaan teman kami yang banting tulang di lorong pabrik pengap dan gelap, menolak kedatangan Tuan. Mereka menolak bukan karena tak bersimpati dengan Tuan Presiden. Namun mereka sejatinya kesal karena presiden kami, yang begitu menyerupai anda, dan siapapun yang terlibat dalam rencana kedatangan Tuan ke Indonesia pada Maret 2010 ini -meskipun kemudian ditunda menjadi Juni 2010 karena tuan tak mau melewatkan saat penting ketika parlemen memutuskan sebuah undang-undang kesehatan buat rakyat tuan- tak pernah jujur memberikan penjelasan kepada rakyat bahwa agenda kedatangan Tuan ke Indonesia tak lain adalah menegaskan dominasi imperium Amerika, negara adi kuasa sumber permasalahan bagi sebagian besar rakyat di belahan dunia mananapun. Dan tentu saja, kami menolak kedatangan Tuan bukan karena Tuan berasal dari ras dan warna kulit yang berbeda, berasal dari belahan dunia yang lain, berasal dari agama yang berbeda atau alasan lainnya. Namun, penolakan yang kami lakukan adalah sebuah kesadaran atas peristiwa sejarah, bahwa siapapun presiden berkuasa di Amerika adalah orang yang dipastikan mengobarkan peperangan di belahan dunia lainnya untuk kepentingan kekuasaan dan eksploitasi, meski dibalut dengan kepentingan perdamaian sebagaimana jargon yang selalu kami dengar. Kesadaran bahwa ratusan tahun, negara imperialis Amerika yang meneguhkan dirinya sebagai negara yang hanya menghisap dan menindas rakyat dan utamanya kaum buruh di belahan bumi manapun. Dan Tuan adalah presiden di negeri itu! Jadi, ketika kedatangan Tuan tak kuasa kami tolak, dengan sekuat tenaga kami melakukannya, entah besok lusa atau tahun kapanpun Tuan datang, kami hanya ingin mengatakan bahwa negeri Tuan yang kaya raya, itu sebenarnya berhutang amat banyak kepada kami, sekarang dan dari ratusan tahun yang telah lampau. Dan romantisme menjadi bagian dari negeri kami saja, tak cukup membuat Tuan untuk kami maafkan. * Penulis adalah buruh tekstil anggota serikat buruh FSPEK Karawang, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek. ** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org). salam, khamid bangkitlah kaum tertindas, bangkitlah kaum yang lapar.... kehendak yang mulia dalam dunia senantiasa bertambah besar