Karena di sini ada FPI yang mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dari Negara tentu saja orang Indonesia tidak BODOH mau mengumumkan perkawinan mereka yang tidak disetujui oleh agama para anggota FPI. Yang saya lihat, kawin sejenis itu bukanlah suatu malapetaka alih-alih berkah buat orang miskin karena pasangan ini mau tidak mau harus mengangkat anak. Anak-anak mereka sudah banyak yang dapat menyelesaikan kuliah yang tidak mungkin kalau mereka tidak dipungut oleh pasangan sejenis. Masalah perkawinan sejenis dilarang oleh Yang Mahakuasa itu adalah masalah mereka karena merekalah yang nanti akan menjalani hukuman yang diperuntukkan buat mereka. Kita yang "normal" ini sebaiknyalah menyerahkan masalah ini kepada Sang Pencipta, karena pada dasarnya mereka juga tidak mau diciptakan sebagai bencong, banci, homo, hombreng, atau apalah namanya karena mereka juga telah berusaha untuk "normal" tetapi tetap saja gagal. Ada seorang kawan yang disuguhi berkali-kali dengan perempuan cantik yang bisa langsung "dipakainya" tetapi dalam benaknya dia tetap memikirkan agar perempuan yang dipekukannya itu berkumis dan sedikit berotot sehingga otot khusus yang ada di selangkannya itu tidak juga bisa mekar. Kasihan bukan??????
Bencong atau homo itu bukanlah hal yang bisa berjangkit seperti sifilis; berpuluh tahun bergabung dengan kelompok mereka tidak akan membuat kita (setidaknya saya) untuk ikut-ikutan dengan kesukaan mereka sebagaimana kita tidak akan pernah ikut-ikutan menjadi perokok sekalipun asap rokok kita hirup setiap detik di kantor atau di tempat-tempat umum. Masalah suka laki atau perempuan itu takubahnya seperti masalah suka-tidaknya seseorang dengan makananan yang lebih nikmat dari ayam, sapi, yaitu pete. Saya suka pete (bahkan saya sudah menanam jenis pete yang belum ada di DKI ini yaitu mangir, jering, jengkol Lampung, kabau, habo (Tap.Sel) yang jauh lebih bau daripada pete; sekarang sedang berbuah), sementara sebagian besar orang tidak. Kongres persatuan psikiater juga telah lama manfatwakan bahwa masalah suka bagian depan atau belakang itu tidak lain daripada masalah kesukaan dan BUKAN PENYAKIT. Marilah kita berdoa semoga tidak seorang pun dari lingkungan kita yang mendapat cobaan yang sangat dahsyat ini. Amin. Salam, Zul --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Lasma siregar <las032...@...> wrote: > > Perkawinan sejenis sekarang legal di Argentina?(* > > Sejak jamannya Adam dan Hawa di taman Firdaus tempo doeloe > yang namanya suami istri (perkawinan) adalah antara lelaki > dan perempuan! > > Kemudian hadirlah apa yang namanya "free love and free sex" > atau kumpul kebo dan sebagainya. > > Kemudian disusul dengan sexual liberation, gay dan lesbian > plus transexual dan sebagainya! > > Kini di Argentina (dan berbagai tempat lainnya) sudah jadi > resmi (legal) perkawinan antara umat sejenis! > > Laki-laki dengan laki-laki, OK dan bisa mengadopsi anak! > Perempuan dengan perempuan juga OK dan bisa punya anak lewat > laki-laki yang menyumbangkan "bibit"nya. > > Argentina ini majoritas beragama Katolik penduduknya, gereja > sama sekali menolak perkawinan sejenis ini! > Tapi Madonna dkk (wong Argentina) bilang YES, WE CAN! Mau apa > gereja? > > Siapa tahu disuatu waktu nanti ada yang bilang bahwa perkawinan > antara human (orang) dengan non-human (orangutan) juga legal, > bagaimana ini? > > Kan definisinya perkawinan adalah antara Romeo dan Juliet, > bukannya antara Romeo dan John atau Paul? > > Perkawinan adalah antara Rama dan Shinta, bukannya antara Shinta > dan Suzanna atau Inem, bukankah begitu, membingungkan? > > Inilah bahayanya kalau kita ini mau hidup semaunya tanpa ada > aturan, tata terbit, adat istiadat, UUD, hukum agama dan sekuler! > > Apakah mungkin apa yang terjadi di Argentina bisa juga terjadi > di Indonesia? > Mudah-mudahan tidaklah, bisa ngamuk MUI dan berbagai front pembela > yang ini atau yang itu! :=)) > > (* Sumber berita Radio BBC dan Internet 16/7/10 > > Salam > Las >