Mohon Maaf dan selamat melaksanakan shaum Ramadhan Ramadhan telah tiba, Merenung ke masa lalu, tahun 1960 an sampai 1970-an, ketika masih sekolah di Bandung dan sering balik ke desa (kampung halaman). Kebiasaan, malem dimana besoknya awal puasa, setelah magrib, kami suka ngumpul di mesdjid kecil didesa kecil, mesjid gaya panggung, lantainya bambu dan dinding gedeg.
Sambil menunggu waktu isa tiba, kami mengelilingi pak ustadz yang biasa dipanggil mama ajengan, biasanya ngobrolnya tentang itu dan itu lagi, pertanyaannya itu dan itu lagi, jawabannya itu dan itu lagi, berulang setiap tahun, yang bertanya mulai dari yang belum islam (anak yang belum balig), sampai orang pintar yang sekolah dikota (tentu yang pinter ini sambil ngecek apakah mama ini masih belum pikun). Dan tentu ngobrolnya diselingi ngabisin makan sisa hajatan sorenya, yang didesaku disebut munggahan, tapi munggahan ini nggak ada hubungannya dengan ibadah mahdoh Ramdahan loh ya, itu kebiasaan saja. Obrolannya tidak jauh dari seperti dibawah ini: Mama, besok kan mulai awal puasa, kami minta fatwa, apakah kami sudah memenuhi syarat atau sudah wajib berpuasa atau belum, dan jika sudah, apakah manfaatnya puasa untuk kami. Pak Ustad (mama ajengan) selalu menjawab yang sama: Jangaan Tanya ke mama, Tanya langsung ke Allah, mari kita Tanya langsung ke Allah, katanya, lalu dibukanya Al Qur’an,dan dibacakan surat Al Baqarah” “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa …….dst meliputi keringanannya dan kekecualiannya” Begitulah Allah menjawab, singkat jelas dan gamblang, jawabanya pasti, yaitu: - Kalao kita masih level muslim, puasa Ramadhan belum wajib, yang sudah mukmin/nat puasa Ramadhan menjadi wajib. - Puasa itu proses yang harus dilalui untuk menaikan kelas orang yang beriman menjadi kelas yang bertakwa (mutaqien), Pantasan si mama ajengan sebagai manusia, tak pernah mau ngacapruk kesana kemari kalo ditanya tentang, sebab, manfaat dan tujuan puasa Ramadhan, rupanya penjelasan Allah sudah sangat gamblang yaitu “Puasa Ramadhan” agar kamu bertakwa, tak lebih dan tak kurang. Sebelum shalat isa, biasanya kami ngobrol terus, dan karena umumnya kami menilai diri sendiri, apakah kami sudah masuk kelas beriman sehingga wajib puasa Ramadhan atau tidak, ahirnya tetap saja banyak yang penasaran, seperti biasa kami bertanya lagi. Mama apakah kami sudah beriman ? atau ada yang bilang, mama kami minta fatwa, agar kami menjadi manusia beriman agar kewajiban puasa Ramadhan jatuh pada kami. Jawabannya itu dan itu lagi. Jangan Tanya ke mama, mari Tanya ke Allah dank e Rasulullah, seperti biasa dibuka Al Qur’an dan hadits, ahirnya, setelah beberapa lama, bicara, Tak ada definisi tentang manusia yang beriman, tapi Allah menyampaikan informasi ke kita umatnya tentang tanda-tanda orang yang beriman, seperti dibawah ini (tentu ayat-ayatnya dari Al Qur’an juga disertakan), singkatnya, tanda-tanda orang beriman adalah. - Beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan takdir. - memberikan harta yang dicintainya, menafkahkan hartanya (di jalan Allah) - (memerdekakan) hamba sahaya - mendirikan shalat, khusyu' dalam shalatnya, - menunaikan zakat - menepati janjinya apabila ia berjanji, memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, - sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan - berdo'a , benar, ta'at, dan memohon ampun di waktu sahur - menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, menjaga kemaluannya, - Kepada Allah mereka bertawakkal, amat sangat cintanya kepada Allah. Apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, Apabila dibacakan Ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka Apabila dibacakan ayat-ayat Allah maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis, yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabbnya, sedang mereka tidak menyombongkan diri, bertaubat, beribadat, memuji (Allah), melawat, ruku', sujud, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan memelihara hukum-hukum Allah. Lagi-lagi Allah sudah begitu gamblang menunjukan pada umatnya, jika umatnya yang muslim sudah menunjukan tanda-tanda diatas, maka bisalah muslim/mah itu dikategorikan menjadi mukmin/nat, nah disitulah saatnya kewajiban puasa Ramadhan jatuh padanya, dan tentu jika mukmin/nat ingin meningkatkan kelasnya masuk kekelas mutaqien, maka mau tidak mau harus melalui proses puasa Ramadhan. Setelah selesai ngobrol kesana kemari, waktu shalat isa tiba, lalu selesai shalat isa, kami bertanya lagi, mama mau terus tarawih, seperti biasa dijawab oleh mama ajengan:, Mama mau ngikutin cara Rasulullah saja, shalat sunat malamnya dirumah, kalo kalian mau shalat sunat malam di mesjid silahkan saja karena Rasulullah juga tidak melarang, jangan lupa terusin tadarusan yah. Biasanya, setelah isa banyak yang ngikutin mama ajengan pulang, tentu ada, bahkan banyak yang pulang sambil berkecamuk dalam hati dan fikirannya, “Rasanya kalo tanda beriman seperti diatas dijadikan check list, aku belum masuk ke katagori beriman, jadi puasa Ramadhan belum wajib untuku, tapi mulai besok tetap diniati puasa saja sebagai latihan, InsyaAllah suatu saat masuk kekatagori beriman, mempraktekan puasa di bulan Ramadhan tidak canggung lagi” Brothers, Ahirnya, Walaupun belum ada satupun hadits ditemukan yang menyatakan Rasulullah menyampaikan permohonan atau meminta maaf dan mengucapkan selamat melaksanakan puasa Ramadhan pada sahabat apalagi pada umatnya, Tapi Meminta maaf pada siapa saja bisa dikatakan/disampaikan kapan saja, dan di saat ini, bulan Ramadhan yang khusus ini, kepada rekan-rekan di milis ini, AQ ingin memohon maaf atas segala kesalahan yang tak terasa dan tak disengaja yang telah dilakukan diwaktu lalu, dan sebagai ungkapan rasa syukur memiliki teman beriman, maka AQ juga mengucapkan selamat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan bagi yang melaksanakannya. Wass AQ Note: Dibawah ini disertakan beberapa ungkapan dan hadits yang berhubungan dengan hal minta maaf sebelum melakukan ibadah shaum Ramadhan (diambil/dicuplik dari beberapa sumber milis/diskusi) ·Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah. Do’a Malaikat Jibril itu adalah: “Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: 1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); 2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri; 3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Berita atau ungkapan diatas rasanya bukan hadits, karena sampai saat ini AQ belum menemukan perawinya, tetapi ungkapan diatas sering dipakai oleh para Da’I sebagai alasan atau merangsang umat islam memohon maaf sebelum melaksanakan ibadah shaum. Kepada brother yang yakin bahwa ungkapan diatas adalah hadits, please info siapa saja periwayat hadits ini. ·Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, “Amin, amin, amin”. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata ‘Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : ‘Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!’, maka aku berkata : ‘Amin’. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. ‘celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin”. Hadits Riwayat Bazzar dalam Majma’uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka’ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah ·Berkata Nabi SAW, telah datang jibril dan dia berkata, Wahai Muhammad, barang siapa menemui bulan Ramadhan dan kemudian mati dan tidak diampuni (dosanya), maka dia akan dimasukkan ke dalam neraka dan Alloh akan mengabaikannya (jauh darinya ??), katakan Amin, maka aku berkata Amin. [HR. Thabrani dari Jaabir] Jadi walaupun tidak ada contoh Rasulullah secara langsung meminta maaf pada sahabat dan umatnya, nampaknya kedua hadits diatas relevan diaplikasikan oleh umatnya sebagai dasar memohon maaf pada orang tua/saudara/sahabat dan handai taulan sebelum melaksanakan ibadah shaum. Walahualam bisawab. [Non-text portions of this message have been removed]