Maaf rekan2 saya sedikit menambahkan saja, masalah PLTN ini saya hanya
melihat dari sudut pandang awam yang melihat "prestasi" negara kita
ini dalam menangani masalah2 yang sudah terjadi, misalnya flu burung,
kita sudah jadi jawaranya dalam soal korban maupun penyebarannya dan
sampai sekarang tidak jelas penanganannya. Kenapa di negara lain mampu
diminimalisir dan dilokalisir hingga minimum korbannya sedang di
negara kita tidak bisa?
Kecelakaan transportasi, baik udara, jalan raya maupun laut, yang mana
lebih disebabkan oleh masalah disiplin.
Di negara maju untuk pesawat juga banyak yang mengoperasikan pesawat
yang berumur, tapi mereka disiplin dalam melakukan maintenance jadi
tingkat kecelakaan relatif kecil. Sebetulnya menurut saya kecelakaan
pesawat yang marak terakhir ini faktor utamanya adalah budaya ceroboh
dan menyepelekan dari atas sampai bawah yang menjadi penyebabnya.
Saya salah satu pecinta perkembangan teknologi, dan sangat percaya
bahwa reaktor nuklir itu memiliki standar keamanan yang sangat tinggi.
Tapi apa gunanya memiliki standar keamanan yang sangat tinggi tapi
kalau pelaksananya ceroboh. Toh standar tinggallah sebagai sebuah standar.
Budaya yang paling berbahaya yang sangat tidak cocok dengan PLTN
adalah budaya  "menyepelekan" yang tidak perlu dipungkiri lagi sudah
menjadi budaya yang mengakar di Indonesia.
Dalam mengoperasikan teknologi nuklir, penerbangan, dan kesehatan,
masalah keamanan adalah "zero tolerance", sedangkan masyarakat kita
memang masyarakat yang penuh "toleransi" di segala bidang, ini yang susah.
Di Negara dengan disiplin yang relatif sangat tinggi seperti Jepang
saja masih bisa terjadi kebocoran.
Kalau dikatakan bahwa semenanjung Muria sudah dilakukan survey
geografis dan dikatakan relatif aman dari gempa bumi, apakah
pemerintah Jepang dulu tidak melakukannya?
Kenapa di Jepang masih bisa terjadi kecelakaan?
Yang perlu ditakutkan lagi adalah kalau sampai terjadi kebocoran,
apakah pemerintah berani melakukan pemberitahuan ke masyarakatnya?,
jangan-jangan bakal ditutup-tutupi, atau bahkan mungkin juga bukan
menutup-nutupi mungkin bahkan memang tidak tahu kalau terjadi kebocoran?
Dari hal-hal yang terjadi selama inilah saya melihat, kita sebagai
suatu society masih belum saatnya untuk mengoperasikan PLTN.
Sekali lagi ini hanya pendapat seorang awam untuk memperkaya wacana
demokrasi di Indonesia.

salam

C. Wijaya

--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Ignas Iryanto
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya nambahin dikit yaa bu Fauziah,
>    
>   1. Teman teman pendukung PLTN sama sekali tidak meyakinkan dalam
memberi argumen mengenai keamanan reaktor.
>    
>   2. Argumen yang sering dipakai adalah: bahwa PLTN akan menghindari
bahaya pemanasan global dari adanya emisi CO2 dari PLT lain. Argumen
ini bagi saya punya beberapa kelemahan:
>    


Reply via email to