masalah kemanusiaan adalah problematika eksistensial yang selalu rentan dengan dilema moral dan hak hakiki dari bingkai kehidupan. problematika penjualan hak hakiki dari manusia dalam kaitan dengan sistem budaya dan ekomnomi bukan lagi menjadi sebuah tema yang asing dalam dinamika hidup masyarakat Indonesia. seorang filsuf pernah berujar bahwa kamu akan menemukan Tuhanmu tatkala engkau bisa melihat mata dari saudara atau sesamamu manusia. untuk konteks sekarang ini,konsep itu sudah menjadi warisan pusaka yang terselip disela-sela perpustakaan kehidupan. manusia dengan ideologi masing-masing telah meruntuhkan benteng kemanusiaan itu. manusia telah digerogoti oleh energi mentalitas destruktif, dalamana manusia itu hanya berkisar dan hidup di dalam dunia kategorialnya saja. apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan telah menjadi satu yang menyebabkan kekaburan dalam mencermati dang menghargai nilai luhur dari kemanusiaan. manusia sudah tidak lagi memiliki nilai luhur tatkala bersentuhan dengan aspek material. zaman pragmatisme dan fungsionalisme telah menjadi sebuah wadah pertemuan antara you and it,not you but it. beranjak dari persepsi ini, ada baiknya apabila kita berani bercermin dari konsep yang ditawarkan oleh seorang filsuf dan antropog yakni Martin BUber; bahwa di dalam relasi kemanusiaan itu, manusia semestinya merealisasikan sebuah keterjaringan dan keterealisasian dari sebuah jejaring You-I not You-It. manusia adalah apa yang diputuskan dan dihidupi tetapi manusia juga adalah apa yang tersurat dalam benaknya, karena manusia adalah sebuah bingkai multimakna yang tidak akan pernah secara definitif terdefenisikan. semoga kita semua dapat belajar dari dilema dan realita bangsa kita yang sudah menginjak- injak nilai luhur dari sebuah karya maha luhur Sang Pencipta.