Hebat, berarti dari zaman sebelum Orde Baru pun, negaraku ini militernya penuh 
konspirasi... Tapi sebelum komentar lebih jauh harus baca bukunya dulu nih

Aryaguna
  ----- Original Message ----- 
  From: Agus Hamonangan 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, July 28, 2007 1:33 PM
  Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Harry Poeze: Tan Malaka Ditembak di Desa Selo


  http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0707/28/humaniora/3722137.htm
  ========================

  Jakarta, Kompas - Sejarawan Belanda, Harry A Poeze, Jumat (27/7) di
  Jakarta, menjelaskan, Tan Malaka ditembak mati tanggal 21 Februari
  1949. Selama ini kematian Pahlawan Nasional Tan Malaka itu menjadi
  misteri sejak lebih dari setengah abad.

  "Dia ditembak atas perintah Letnan Dua Soekotjo dari Batalyon Sikatan
  bagian Divisi Brawijaya, yang terakhir berpangkat brigadir jenderal
  dan pernah menjadi Wali Kota Surabaya. Data tersebut diperoleh dari
  kesaksian pelbagai pihak, seperti rekan gerilya Tan Malaka, anggota
  Batalyon Sikatan, keterangan warga desa dan tokoh-tokoh angkatan
  1945," kata Poeze yang memulai riset Tan Malaka sejak tahun 1980
  dengan menemui banyak tokoh nasional.

  Harry Poeze yang juga Direktur KITLV Press (Institut Kerajaan Belanda
  untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara) menambahkan, Tan Malaka
  ditembak di Desa Selo Panggung di kaki Gunung Wilis di Jawa Timur.
  Eksekusi yang terjadi selepas agresi militer Belanda ke-2 itu didasari
  surat perintah Panglima Daerah Militer Brawijaya Soengkono dan
  komandan brigade-nya, Soerahmat.

  Petinggi militer di Jawa Timur menilai seruan Tan Malaka yang menilai
  penahanan Bung Karno dan Bung Hatta di Bangka menciptakan kekosongan
  kepemimpinan serta enggannya elite militer bergerilya dianggap
  membahayakan stabilitas. Mereka pun memerintahkan penangkapan Tan
  Malaka yang sempat ditahan di Desa Patje.

  Sebelum ditangkap, Tan Malaka memimpin gerilya melawan Belanda di Desa
  Belimbing. Dia juga mengimbau seluruh rakyat melakukan perjuangan
  semesta melawan Belanda, seperti yang dilakukan Panglima Besar
  Jenderal Soedirman.

  Tan Malaka, yang pada bulan September 1945 pernah disiapkan Bung Karno
  untuk memimpin Indonesia jika Proklamator mengalami bahaya sehingga
  tidak mampu bertugas, sempat lolos dari tahanan bersama 50 gerilya
  anti-Belanda yang dipimpinnya. Namun, Tan Malaka yang berpisah dan
  bergerak dalam rombongan kecil berjumlah enam orang ditangkap Letnan
  Dua Soekotjo di Desa Selo Panggung yang berakhir dengan eksekusi.

  Menurut Poeze, Menteri Sosial Republik Indonesia sudah setuju untuk
  mengerahkan tim forensik mencari sisa jenazah Tan Malaka. Tan Malaka
  sempat dijuluki "Bapak Repoebliek Indonesia" selepas medio 1920-an
  karena menerbitkan buku Naar Repoebliek Indonesia (Menuju Repoebliek
  Indonesia) dalam Bahasa Belada dan Melayu tahun 1924 di Kanton
  (sekarang Guangzhou), China. Diketahui, ratusan jilid buku tersebut
  diselundupkan ke Hindia Belanda dan diterima para tokoh pergerakan,
  termasuk pemuda Soekarno. Walhasil, Tan Malaka pun dikenal sebagai
  Bapak Repoebliek Indonesia jauh sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945.

  Fakta tersebut ditampilkan dalam tiga jilid buku berjudul Tan Malaka
  Verguisd en Vergeten (Tan Malaka Dihujat dan Dilupakan). Edisi bahasa
  Indonesia buku tersebut akan diterbitkan enam jilid selama dua tahun
  hingga 2009, dimulai Senin pekan depan. (ONG) 



   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.10.22/923 - Release Date: 7/27/2007 
6:01 PM


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke