Kalau kritiknya proporsional justru sangat baik dan
saya setuju hal itu sangat perlu.  Salam.

--- Barnabas Rahawarin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> hahaha...
> Sepakat Mas Haniwarlah. Mas Godlip kayak AJI
> (Aliansi
> Jurnalistik Indonesia) aja. Ingin berdiri di tengah,
> eh... malah tahu-tahu-nya komentarnya
> menyingkirkannya
> ke pinggir...
> 
> Soal penculikan atas Raisyah adalah TINDAKAN TAK
> BERADAB. Tertarik saja dengan komentar "Oom Pasikom"
> beberapa hari lalu, bahwa MUNGKIN (-KAH?) SEMUA
> PERITSTIWA di Indonesia sekarang punya MAFIANYA?
> Mafia
> Peradilan Munir (plus telpon Pollycarpus dan
> Direktur
> Garuda yang menambah panjang "sinetron" pembantaian
> Putera Yg patut dihormati Almarhum MUNIR), Mafia
> Lumpur Lapindo, dst, dst...
> 
> Wah... ndak brani komentar lebih, atau oom Pasikom
> punya penerawangan tentang mafia Penculikan Raisyah?
> 
> 
> Buat Mas Godlip, tidak semua kritik berniat
> mempersalahkan. Dan, setiap pembelaan atau
> keberpihakkan pada seorang pemimpin, senantiasa
> adalah
> untuk membantu sang Pemimpin. Bandingkan Harmoko
> yang
> memuja-rajakan Pak Harto sebelum dan setelah pemilu
> terakhir, dan Harmoko sendiri tidak lebih dari
> setahun
> kemudian dari kursi resmi wakil Rakyat, Harmoko
> sebagai Ketua MPR meminta Pak Harto untuk lengser
> keprabon.
> 
> Budayakan kritik bukan sebagai musuh, tapi bentuk
> demokrasi yang kritis dan dewasa. Kritik akan
> menjadi
> mesin kontrol demi sebuah kemaslahatan umum. Bukan
> tidak mungkin sinyaliran Godlip benar, semua hal
> serba
> salah atau disalahkan. Tetapi, membenarkan semua hal
> tanpa sikap kritis, menjadi pedang bermata dua.
> 
> Dalam hal seruan 'nasioal' Presiden Yudhoyono untuk
> penculikan Raisyah, tidak terletak pada tindakan itu
> pada dirinya (an sich), tapi pada konteks
> keseluruhan
> kebijakan Presiden. Sebagian orang berpandangan, hal
> yang penting yang perlu Sikap tegas Presiden, BELIAU
> DIAM SERIBU BAHASA, misalnya, untuk Kasus Lumpur
> Lapindo, Beliau berjanji ganti rugi bagi rakyat,
> plus
> air mata. Atau, pada kasus eksekusi mati Tibo Cs (22
> September 2006) di Palu hampir setahun lalu, Beliau
> tidak memberikan sikapnya sedikit pun, bahkan ketika
> dunia Internasinal mengharapkannya. KONTEKS atau
> KERANGKA kebijakan Presiden JAUH DARI CUKUP JELAS,
> padahal dalam putaran pertama dan kedua PILPRES saya
> ikut memilih karena JANJI KAMPANYE JELAS. 
> 
> Bersikaplah ADIL untuk SEMUA, meskipun halnya karena
> mereka memang TIDAK SAMA. Bhineka Tunggal Ika diikat
> hanya oleh KEADILAN untuk semua. Justice for all,
> itulah esensi dan kekuatan negara (kata
> Aristoteles).
> 
> Wallahualam.
> 
> 
> 
> wassalam,
> 
> 
> berthy b rahawarin

Reply via email to