Menjawab Mas Sohib: Analogi yang digambarkan antara maling- polisi untuk menggambarkan sebuah hubungan diplomatik agaknya keliru. Malaysia dan Indonesia sejajar dalam hubungan tersebut, yang terkadang dilahirkan oleh konsensus maupun disensus sekalipun. Apa yang saya tunjukkan atas tindakan negara2 lain yang secara semena-mena (selain Malaysia) menggambarkan bagaimana posisi kita dalam sebuah pergaulan Internasional. Jangankan negara lain, lha wong di negeri-nya sendiri aja TKI tidak dihargai begitu........ Sebagai pribadi tentunya kita bermartabat sejajar dengan manusia dari warga dunia yang lainnya. Tapi sebagai Bangsa?? Di Malaysia, Singapura dan Brunei , kita dicap INDON, yang konotasinya pemalas. Itu bukan cuma buat rekan2 pekerja kita disana saja......tapi menjadi penghinaan kolektif bagi siapa saja yang berasal dari Indonesia. Sebagai pribadi kita sah2 saja merasa lebih tinggi dari bangsa manapun bahkan sebagai bangsa unggul sekalipun. Dan gak ada yang salah dengan subjektifitas tersebut. Tapi kenyataan jualah yang membuktikan....... Jaman Bung Karno jelas Indonesia disegani oleh Malaysia, bahkan dunia sekalipun. Pemerintahan Bung Karno punya kekuatan milliter ke lima di Asia & kita bisa ekspansi ke Singapura juga Malaysia. Kita juga punya nama di Asia Afrika. Bung Karno doyan pidato? Bukankah Kepala Negara dimanapun di dunia ini semuanya doyan pidato? Bukankah pidato jadi bagian dari sebuah kekuasaan politik? Bung Karno doyan kawin? Setahu saya dia tidak ber-poligami...karena sebelum menikahi wanita lain dia menceraikan istrinya. Salahkah demikian?
Travel Warning? Bagaimana dengan nasib pekerja2, mahasiswa2 dan warga RI lainnya di Malaysia? Kalo mereka serentak pulang ke RI dan minta pertanggungjawaban pemerintah atas apa yang sudah mereka dapat di sana,....kira2 gimana ya? Wong yang ada di Indonesia saja banyak yang keleleran..... Bung Karno juga memperkuat ekonomi bangsa ini terlebih dahulu. Kalo kita lihat pada "Program Benteng" pada tahun 50-an, jelas semangat kemandirian yang tinggi mencuat disana. Setelah itu baru beliau membangun kebanggaan anak negeri dengan proyek2nya tersebut. Kita sudah punya Monas jauh sebelum Malaysia punya KL Tower. Kita sudah memiliki Masjid Istiqlal jauh hari sebelum Malaysia punya masjid Shalahudin di Shah Alam (itupun kalah megah dengan Istiqlal). Mungkin masih banyak contoh lainnya....., Saya bukan membela Bung Karno tapi hanya mencoba lebih objektif dalam melihat sejarah bangsa. Beliau juga punya kesalahan lainnya....wong namanya manusia biasa (bukan malaikat).. kira2 demikian Mas Sohib, Salam Hangat, KHS sohibmachmud <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, karel harto susetyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >> Yang saya lihat sih bukan hanya Malaysia yang dengan seenak- enaknya memperlakukan anak bangsa Indonesia secara semena-mena. Masih ada Arab Saudi, Singapura, Hongkong, RRC, Korsel, Amerika Serikat,dll. ---------- analognya spt ini : kalau ada maling/koruptor ditangkap terus bertanya kpd polisi : mengapa hanya saya yg di tangkap kan masih banyak maling/koruptor lain. Kok nggak ditangkap ? kalau semua maling berkata begitu kapan malingnya ditangkap. >Artinya apa? Bahwa Bangsa Indonesia tidak lagi punya "harga" dalam pergaulan Internasional. Bangsa ini martabatnya sudah nol. -------------- orang lain boleh berkata begitu, tetapi saya pribadi sbg bangsa indonesia masih punya harga dan martabat baik sbg manusia maupun sbg orang/bangsa indoensia. orang lain I don't care. >Apa yang dikhawatirkan Bung Karno puluhan tahun lalu akhirnya terbukti: " Kita menjadi bangsa kuli diantara bangsa-bangsa "! Bukan sekedar boikot, travel warning, gerakan anti ini atau anti itu yang kita butuhkan sekarang. -------- hahah, kalau bangsa ini menjadi kuli tentu ada kontribusi bung karno juga sbg pemimpin puluhan tahun yg menjadikan bangsa ini seperti sekarang ini. bung karno jangan banyak pidato dan doyan kawin aja. travel warning diperlukan agar publik tahu resiko bepergian ke malaysia. adalah kewajiban pemerintah melindungi warganya di mana saja, contohlah amerika utk soal spt ini. pelajaran diperlukan agar perisitiwa barbar tsb tidak terulang lagi. kita tidak anti pemerintah malaysia, tetapi kita anti peraturan yg merugikan kita. pemerintah memberikan wewenang kpd sipil istilahnya relawan utk merazzia, menanyakan paspor, menangkap yg mereka sebut pendatang haram. masalahnya setiap warga di indonesia yg ada di malaysia dianggap atau diduga pendatang haram. ini jelas kuarang ajar dan perlu diberi pelajaran. >Tetapi kita butuh kepemimpinan atas Negara yang kuat dan berwibawa. Yang kemudian mampu membangun kebanggaan bagi semua anak negeri. Sebagaimana kita lihat dulu Bung Karno membangun berbagai proyek "Mercusuar"-nya, dan kemudian ditiru oleh Mahatir dan Lee Kuan Yew. mahathir dan lee kuan yew tidak membangun mercusuar spt bung karno. lee membagun fondasi kokoh bagi singapura terutama penegakan hukum yg menjadi landasan semua pembangunan termasuk pembangunan ekonomi. yg ditiru lee dari bung karno hanya otoriter nya, tidak ada demokrasi atau nepotisme nya meniru suharto. heheh untung lee tidak meniru korupsi nya suharto. --------------------------------- Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers [Non-text portions of this message have been removed]