Salam, Waktu itu umur saya 5 tahun dan telah mengungsi 3 kali karena ayah saya PNS dan merasa di-kejar2 Belanda. Mulai dari Semarang ke Salatiga dan ke Purwodadi dan masuh hutan lagi.Rakyat sudahk kekurangan makan dan TNI yang saya ketemui sedang bergerilya hampi tanpa senjata , satu senapan dipegang 3 orang dan peluru tinggal 10 atau 2 biji.Kalau teritorial SEMUA kota2 besar(daerah Republik) sudah diduduki Belanda tidak terkecuali Solo dan Yogya. Memang banyak tentara MILISI Belanda umur 17-18 yang mati dan dari fihak RI, termasuk kakak saya umur 18 tahun juga masuk taman pahlawan Semarang( yang satu selamat dan adalah wakil komandannya Achmadi dari TP).Kami minta makan sama rakyat yang juga sangat kekurangan dan tinggal jagung serta kaplek untuk beberapa hari.Penghentian tembak menempak(cease fire) perintah KTN sangat welcome(situasi hampir tak tertahan lagi ) namun berkat Belanda diperintahkan mundur sebab diancam USA tidak diberi MARSHALL PLAN sedangkan Belanda sangat memnbutuhkan karena hancur setelah PDII, jadi tidak ada jkalan lebih baik mengorbankan Hinda Blanda(Indonesia) sebagai koloni. Saya adalah TERMASUK orang pertama yang masuk Irian Barat yaitu di Biak dan kemudian Hollandia karena membawa delegasi Indonesia bertemu dengan Gubernur Nieuw Guinea. Pesawat terbang GIA yang dimasukkan dalam WING 12 AURI, yaitu CONVAIR 340 PK-GCK,dengan captain Partono(nantinya dirut GIA) dan copilot Laksamana ISKANDAR sebagai 2nd copilot karena PURA2 sebagai crew dan supaya tidak kelihatan tua, telah mencukur habis kumisnya. Pada waktu itu kelihatan pertahanan Belanda masih solid dan kapal2 distroyer dari Marine termasuk kapal perusak DE RUYTER masih siap dan kami dikelilingi (dikpung)oleh pesawat FIREFLY yang telah ikut menyerang kapal2 MTB dari Jos Sudarso.Kalau tidak ada perintah PBB , peperangan masih akan berlangsung 3 atau 5 tahun lagi karena komado Mandala hanya bisa berjuang sesuai sistim gerilya dan banyak pasukan PGT yang menjadi korban keganasan hutan Irian Barat, diantaranya di makan buaya atau mati tergantung di pohon2.Namun sekali lagi, DIPLOMASI yang membuat PBB dan Amarika menekan Belanda untuk meninggalkan Irian Barat sebagai koloninya yang terakhir di dunia Timur. Wasalam, Wal Suparmo
Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "anton_djakarta" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Buat Saudara Wal Suparmo, > > Anda omong enak saja, tanpa disertai referensi sejarah yang jelas > lantas merendahkan kekuatan militer di jaman Bung Karno dulu. Saat > konflik Irian Barat pasukan TNI dan sukarelawan sudah berhasil > nyusup ke Irian Barat, Grup-grup pasukan menjelang serangan sekali > pukul (sesuai usul Muhammad Yamin). Sebelum serangan umum Irian > Barat, taktik militer Indonesia sudah banyak masuk dari jalur kepala > burung dan Selatan pulau di sekitar Merauke. Penyusupan-penyusupan > itu dilakukan dengan keberanian yang luar biasa, mereka diterjunkan > di tengah hutan yang luas pada malam hari, banyak dari sukarelawan > dan tentara kita nyangkut di pohon-pohon besar menunggu datangnya > pagi. Bahkan ada sampai yang mati. Yang berhasil hidup mencari > satuan-satuan lantas jungle survival. Sukarelawan wanita kita yang > terkenal waktu itu Herlina Effendi (yang dianugerahi Pending emas > oleh Bung Karno atas keberaniannya). Pasukan penyusup kita PGT > (Pasukan Gerak Tjepat) dari AURI yang kelak namanya berganti dari > Kopasgat, lantas Paskhas AURI telah menyusup sampai Kaimana, satu > tewas kita punya kapal pengangkut C 47 yang dikawal fighter P51 dan > B25/26. Ada satu pesawat yang tertembak Belanda di piloti Kapten > Djallaludin Tantu. > > >