--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Yuliati Soebeno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Hallo mas Kukuh, > > Aduh....kok mas Kukuh melihat nya hanya yang di "etalasye" saja? Tempat-tempat seperti yang anda sebutkan itu kan hanya seperti hiasan (seperti aquarium saja?), yang indah dipandang dari luar? > > Kami-kami di INGO juga makan siang di "warung Yogya" atau sekumpulan warung-warung disekitar kantor. Atau juga sering menyuruh OB untuk membelikan kami gado-gado ataupun ketoprak, dari gerobag dorong - yang "dibungkus". > > Jika Pemprov DKI, mau membangun mono-rail ataupun angkutan setara dengan MRT di Singapore, wah kami lebih senang sekali, karena kebisingan berkurang, juga pencemaran udara didaerah Pondok Indah, juga di daerah lain nya yang menentang bus-way, akan lebih berkurang. Orang-orang yang masih mau memilih naik Metro mini, ataupun mikrolet dari pada naik monorail atau MRT tersebut, masih bisa melakukan nya juga. > > Kalau Pemprov DKI mau menanggulangi traffics problem di Jakarta, ya kerjakanlah denagn benar. Wong kami enggak "anti" publik transport, kok? Cuman saat ini bus-way, justru membuat kemacetan. Pagi ini "segitiga" emas nya Ampera Raya - Kemang Selatan Raya - Pejaten Barat, sangat amat ambur-adul. Karena apa? Karena Bus-way di Buncit Raya masih ambur-adul!
:: Ada busway memang masih macet, ini karena menata transportasi di Jakarta butuh waktu. Merubah paradigma masyarakat untuk meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum butuh waktu. Apakah kehadiran 1 koridor MRT yang pembangunanannya mengorbankan kemacetan parah selama 5 tahun dapat mengatasi kemacetan di Jakarta? Tidak! MRT baru akan mengatasi kemacetan apabila tersedia 15 koridor, dan itu semua butuh waktu, butuh pengorbanan kemacetan yang lebih parah selama waktu2 tersebut. Ibu melihat busway Kuningan amburadul dari sisi mana? Dari sisi pengendara atau pengguna? Kalau dari sisi pengendara memang dinilai amburadul karena hanya membuat macet. Silahkan yang sehari2 menggunakan busway koridor Kuningan menanggapi keamburadulannya Bu Yuli? Apa memang demikian amburadul sehingga tidak layak dipakai? Soalnya kalau dengar cerita saudara perempuan saya yang kebetulan pemakai koridor 6 dari yang tadinya pemakai mobil kok berbeda dengan ceritanya Bu Yuli ini. > Menurut pendapat saya, jika sistem menyupir kita ada disebelah kiri, ya membuat publik tarnsport nya harus disebelah kiri, dan juga bus stop nya semua ada dikiri. Ini yang terjadi di negara-negara yang sudah maju, seperti Singapore, Inggris, Thailand (yang sistem menyupir nya sama dengan di Indonesia, yaitu disebelah kiri). Mereka tidak membangun bus stop "in the middle of the road!" > Kalau sistem menyupirnya seperti di Amerika ataupun di Eropa, disebelah kanan, ya boleh dibangun publik transport yang pemberhentian nya disebelah kanan. > Jadi tidak mengakibat kan bis bisa menabrak orang yang sedang menyeberang. > Seperti yang terjadi dengan perempuan Italia yang baru berada di Jakarta 2 minggu, mati ditabrak oleh "bus-way", sewaktu menyeberang jalan. Confusing? Absolutley! Is bus-way safe? No-way! :: Mungkin ibu kaget dengar ini. Bangkok yang sudah punya 3 koridor MRT (2 Sky Train + 1 Subway) berencana membuat busway persis seperti di Jakarta menggunakan lajur paling kanan. Pembangunannya sudah dipastikan awal 2008. Apakah pemerintah mereka segoblok itu berani merencanakan busway yang kemacetannya jauh lebih parah dari Jakarta? Lho Bangkok masih macet? Memang, karena penyediaan angkutan umum yang nyaman belum menjamin merubah paradigma masyarakatnya untuk meninggalkan angkutan pribadi, maka dari itu ada ilmu dan teknik untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi (traffic demand management) supaya orang diarahkan (dipaksa) menggunakan angkutan umum. Busway bukan ilmu aneh dari planet lain bu. Di LA, mereka juga baru menerapkan busway bernama Orange Line, itu juga ditengah2 seperti di Jakarta. Apa otak pemerintah kota LA terbelakang, kok berani menerapkan sistem yang kata sebagian masyarakat Jakarta dibilang "terbelakang" dan "tidak layak" diterapkan di kota2 besar. Atau kalau lebih kaget lagi Beijing (kota kecil atau besar?) yang katanya dielu2kan kiblat kemajuan dunia, sudah menerapkan busway bernama Beijing BRT, dan mereka serius untuk mengembangkannya hingga lebih dari 10 koridor walaupun sudah punya beberapa koridor MRT. Apa harus dibilang juga pemerintah Beijing "terbelakang" hanya karena menerapkan sistem yang dibilang gagal oleh sebagian masyrakat di Jakarta. Silahkan untuk tambahan pengetahuan, browsing disini: http://en.wikipedia.org/wiki/Busway > Jadi jangan memaksakan di Jakarta membangun publik transport ditengah-tengah jalan. Kan lebih bagus membangun "mono-rail" ataupun "underground train?". Walaupun ongkosnya lebih mahal, tetapi kan akan memberikan sukses yang lebih besar dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat luas, bukan? :: Siapa yang bisa menjamin sekali lagi, kalau sudah sengsara selama 5 tahun akibat pembangunan MRT, tetapi setelah jadi ternyata juga tidak menyelesaikan kemacetan. Apakah kita perlu mengkhayal untuk menunggu 15 koridor MRT jadi? Tanpa melakukan perbaikan yang nyata terhadap angkutan bus nya. Busway di Jakarta belum 100% terlaksana, masih ada 5 koridor lagi yang harus dibangun (diluar 3 yg sedang dibangun sekarang). Itupun belum ada pengembangan koridor baru yang memungkinkan diluar perencanaan awal. 1 koridor underground train juga tidak menjamin orang2 mau naik underground train dan memecahkan kemacetan, itu sudah dibuktikan di kota2 seperti Bangkok, dan Beijing. Monggo, bu Yuli bisa merenungkannya. > Monggo, mas Kukuh bisa merenungkan nya. > Salam, > Yuli