Bung Anton,
   
  Terima kasih untuk penjelasan nya. Saya berharap bahwa mas Budiman 
Soedjatmiko juga lebih condong kepada pemikiran generasi muda sekarang, yang 
sudah merasa jenuh dengan para pemimpin kita sekarang yang masih berpikiran 
secara ORBA. 
   
  Saya rasa mas Budiman dan mas Fadjrul sama-sama berpikiran dengan logika 
demokrasi liberal. Mas Budiman mengenyam pendidikan di Inggris. Tetapi saya 
tidak tahu setelah mas Budiman kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PDI-P, 
mungkin cara berpikir dia berubah.
  Mudah-mudahan dengan adanya generasi muda yang akan katif dalam politik, maka 
pemerintahan akan lebih dinamis dan tidak selalu mementingkan kepentingan 
rekan-rekan partai politik dahulu, dari pada memikirkan rakyat yang benar-benar 
membutuhkan uluran tangan dari pemerintah.
  Terutama saat ini, makin terpuruk orang-orang yang tidak punya penghasilan 
didesa-desa terpencil. Pendidikan nya sangat tertinggal.
   
  Salam,
  Yuli

anton_djakarta <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Jalan pemikiran Budiman Soedjatmiko adalah perspektif kepartaian 
yang kolektif jadi dalam perspektif BS dia tidak mengenal individu 
dalam politik karena pencalonan individu dalam proses politik juga 
bagian dari bentuk pemborjuisan politik yang menafikan kerja-kerja 
kolektif sesuai dengan asas demokrasi sosialisme.

Sementara Fadjroel Rakhman dibesarkan dengan logika demokrasi 
liberal ala barat khususnya Perancis dan Inggris juga AS jadi dia 
memahami bahwa proses politik juga mengenal pencalonan individual. 
Tapi perlu diingat pencalonan individual di negara-negara barat 
jarang yang berhasil. Tokohnya yang fenomenal di AS adalah Ralph 
Nader, itupun tidak pernah berhasil naik menjadi Presiden AS.

Dari perspektif yang berbeda inilah kita harus menyikapinya, bukan 
lantas mencap BS anti demokrasi, karena dalam demokrasi juga harus 
ada infrastruktur politik yang kuat jadi proses berpolitik bukanlah 
out of the blue sky. Namun Bung Fajroel juga ndak salah karena 
dengan infrastruktur politik yang acak adut ala Indonesia calon 
individual menemukan momentumnya.

ANTON

Reply via email to