Indonesia Malesa ini masalah regional sejak jaman rekiplik Ikutan ribut-ribut soal sayang-sayangan eh rasa <http://malindo.wordpress.com/2007/10/07/rasa-sayang-is-malaysia%e2%80%9\ 9s-folk-song-too-says-rais/> -sayange <http://malindo.wordpress.com/2007/10/07/malaysian-jingle-tune-claimed-a\ s-maluku-folk-song/> <http://malindo.wordpress.com/2007/10/07/malaysian-jingle-tune-claimed-a\ s-maluku-folk-song/> ah Sepertinya ini menarik karena kakiku kebetulan ada di dua tempat. Kaki satu di Malesa satu kaki di Indonesia.
[:(] "Pakdhe kok nyebut Malesa to ?" [:D] "Yo ben impas demi keadilan wae, nek deweke nyebut Indon yo rasah mangkel, thole. Ga usah pakai argumentasi <http://www.antara.co.id/arc/2007/5/24/menteri-informasi-malaysia-larang\ -penggunaan-kata-indon/> yang rumit-rumit <http://thestar.com.my/news/story.asp?file=/2007/9/8/nation/200709081748\ 45&sec=nation> . Samain aja alasannya seperti apa kata media di Malesa, ini hanya untuk mempermudah ditulis dan pengucapannya aja kan ?" [:P] Apakah permasalahan bilateral ini melulu kesalahan Indonesia sendiri ? Wah kalau mencari siapa yang salah ndak ada gunanya, malah lebih terkesan memprovokasi. Akan lebih baik mempelajari siapa dia dan siapa saya, seperti yang ada dalam tulisan sebelumnya Mengintip jendelanya Johari <http://tempe.wordpress.com/2007/09/27/mengintip-jendelanya-johari/> supaya saling mengenal dengan baik. <http://tempe.wordpress.com/2007/09/27/mengintip-jendelanya-johari/> Kelemahan dan kekuasaan itu memancing keserakahan dan emosi. Bukan soal benar dan salah tetapi itulah yang terjadi. Dunia kekuasaan itu cenderung serakah. Sejak jaman raja-raja jaman dahulupun juga sudah begitu. Kalau dulu kerajaan menyerang kerajaan, jaman sekarang negara lah yang menjadi institusi resmi dalam pengembangan kekuasaan. Yang pasti ada porsi karena kelemahan posisi di satu pihak (Indonesia), dan ada kekuatan lebih di posisi yang lain (Malesa) yang akhirnya memanfaatkan kelemahan itu. Kita bisa saja "victimize the victims" menyalahkan yang kalah atau menyalahkan yang lemah. "Salah sendiri Indonesia kok lemah" tapi menurut aku bukan itu point utama dalam mempermasalahkan hubungan kedua negara. Jelas Malesa secara legal formal tidak ada salahnya dalam beberapa kasus "pencurian" lagu, batik, angklung dll. Tetapi secara moral dimana tolok ukurnya sangat-sangat relatif ini jelas ada kesalahan Malesa. Misalnya kasus penganiayaan pekerja ini apapun bentuknya yang namanya penganiayaan itu salah, titik. Mau yang menganiaya wong Jowo, wong cino atau wong bugis siapapun yang menganiaya ini kasus kriminal bukan kasus bilateral. PAdahal kalau dari statistik jelas diakui 80% kriminal di Malesa itu <http://thestar.com.my/news/story.asp?file=/2007/10/4/nation/19073162&se\ c=nation> disebabkan oleh warga setempat. [:(] "Pakdhe, jadi siapa yang salah Pakdhe ?" [:D] "Tunggu dulu, bagaimana kalau kita melihatnya dengan kacamata sejarahnya ?" Selama ini Malesa memang selalu menafaatkan kelemahan Indonesia. Kalau saya yang berhadapan dengan Malesa maka saya kan membawa kasus ini lebih luas lagi, yaitu problem kelemahan region Asia Tenggara. Kita bisa saja caplok-caplokan sendiri di Asia tenggara, tapi suatu saat akan dicaplok oleh region lain, entah Cina, entah India entah Amerika atau malah Arab [:)] . Kita ngga pernah tahu, kan ?. Kalau saja Malesa tidak mau berbagi "weatlh" (kemakmuran) yang dimilikinya saat ini dengan region sekitarnya (termasuk Indonesia dan Thailand dan sekitarnya, maka mudah untuk diyakini, bahwa Malesa juga suatu saat akan menuai badai caplokan dari region lain. Sama halnya dengan Indonesia, kalau tidak mau berbagi kemakmurannya dengan daerah-daerah lain, maka akan menuai badai masalah kesenjangan. Hal ini secara historis sudah beberapa kali terjadi di region Asia tenggara ini. Katanya sih sudah dari sononya. Indonesia sudah memiliki bibit-bibit kesenjangan dalam banyak segi mulai dari kesenjangan ekonomi, kesenjangan pendidikan, kesenjangan politik dan sebagainya. Misalnya antara Jawa dengan Luar Jawa, banyak orang luar Jawa yang menganggap Jawa lebih dibangun ketimbang luar Jawa. Di dalam satu Pulau Jawa-pun ada kesenjangan antara Ibukota Jakarta dengan kota-kota dan propinsi lain. Di dalam Jakarta-pun juga ada kesenjangan antara Priok dengan Pondok Indah. Demikian seterusnya kalau kita turun kebawah ke daerah lebih sempit. Kesenjangan ini akhirnya dimanfaatkan pihak lain untuk memecah Indonesia atau barangkali akhirnya pecah sendiri merugikan diri sendiri tanpa campur tangan pihak lain sekalipun. Secara singkat Indonesia akhirnya menjadi lemah. Dan kelemahan inilah yang dimanfaatkan oleh Malesa sehingga mampu mencaplok Sipadan-Ligitan, dan juga saat ini masih berusaha mencaplok Ambalat. Jalannya memang bisa liku-liku, dahulu jaman kerajaan-kerajan ya melalui perang, saat ini melalui jalan pengadilan dunia atau dikenal Mahkamah Internasional. Apakah tindakan Malesa ini salah atau bener ? Sebelum bicara salah bener Kita lihat saja sejarah perjalanan kawasan ini secara singkat. [:(] "Haiyak, Pakdhe. Mbok udah dimulai crita sejarahnya aja" Sejarah Singkat Kawasan Melayu [malindo.jpg] <http://tempe.files.wordpress.com/2007/10/malindo.jpg> Sudah sejak jaman dahulu kala daerah (kawasan Asia Tenggara terutama termasuk tanah melayu) ini berubah-ubah kekuasaan serta rajanya. Dahulu ada Sriwijaya berpusat di Palembang (kita mulai saja dari sini). Sriwijawa kekuasaannya meliputi Sumatar Bagian Timur termasuk semenanjung malaka (Malesa Barat saat ini). Kemuadia daerah ini diserang oleh Majapahit. Dan daerah kekuasaan Sriwijaya ini dikuasai Majapahit. Majapahit inilah yang sering menjadi lagu dan dongengan dan lamunan indah yang dibanggakan sebagian rakyat Indonesia bahwa "dahulu" pernah ada kekausaan yang pernah besar menguasai Asia tenggara hingga Pilipina dan berpusat di Jawa. Bagaimana dengan Sriwijaya ? Pangeran Sriwijaya Parameswara dengan para pengikutnya hijrah ke semenanjung, dimana ia singgah lebih dulu ke pulau Temasik dan mendirikan kerajaan Singapura. Pulau ini ditinggalkannya setelah dia berperang melawan orang-orang Siam. Dari Singapura dia hijrah ke Semenanjung dan mendirikan kerajaan Melaka membentuk kesultanan Melaka ketika itu Majapahit mulai memudar. Pusatnya di Negeri Melaka saat ini. Kesultanan Melaka inilah yang selalu menjadi dongengan indah dan manis bagi Rakyat Malesa saat ini. Karena kekuasaan terbesar yang dimiliki dari segi sejarahnya hanyalah Kesultanan Melaka yag notabene pelarian dari Sriwijaya. Selain itu ada juga kerajaan 2 lain yang menyelimuti perjalanan sejarah di Indoensia dan Malesa, tapi mungkin kepanjangan kalau dicritakan. Namun yang perlu diketahui adalah adanya caplok-caplokan daerah ini sejak jaman raja-raja dahulu. Sangat wajar kan kalau ada sedikiiit kekeksalan Sultan Melaka yang terusir dari Sriwijaya yang berpusat di Palembang ini. Demikian juga perebutan pngaruh Hindu dan Islam ketika masuk di Jawa tentunya mengundang bangsa terusir dan bangsa yang mengusir. Ntah bagian atau sebelah mana pembaca ini akan berdiri. Silahkan mencari posisinya masing-masing [:P] [malindo1.jpg] <http://tempe.files.wordpress.com/2007/10/malindo1.jpg> Jaman Kolonial Kemudian, hmmm . . kita loncati saja sejarahnya menuju pada jaman kolonial. Karena intriknya mungkin relevansinya sedikit untuk konflik Mal-Indo kali ini. Negara-negara Eropa (Inggeris, Perancis, belanda dan juga Portugis) mulai menjelajah keluar dari Eropa mulai tahun 1600-an, keluar kemana-mana termasuk Afrika dan Asia. Belanda dan Inggeris serta Portugis, berbagi-bagi kapling untuk menjadi sapi perahannya di Asia tenggara. Cikal bakal Malesa dikuasai Inggeris. Sedangkan cikal bakal Indonesia dikuasai eh dijajah Belanda. Daerah yang nantinya menjadi negara Indonesia ini "apes" ditangan Belanda, karena belanda tidak seperti Inggeris dalam "mengelola" daerah penjajahannya. Walaupun Portugis katanya paling parah dalam mengelola jajahannya. Cikal bakal Indonesia disedot habis, sedang cikal bakal Malesa tidak begitu merana dibawah ketiak Inggeris. Indonesia akhirnya merdeka dari Belanda setelah dengan "merebut" perang fisik di Tahun 1945. Sehingga Indonesia ini gething dan "suebel mekucel-kucel" dengan Belanda. Setiap ada langkah atau tindakan dari Belanda selalu diembeli dengan anti, wis pokoke berbau Londo itu ngga enak termasuk bunga Kenikir Londo [:P] baunya apek !. Hal yang baik (kalau ada) dari pemerintah Belanda selalu dicap buruk dan menyakitkan, misalnya kultur stelsel yang sebenarnya akan positip kalau diterjemahkan tanam pilih dan tebang pilih, diterjemahkan menjadi tanam paksa. Padahal kejadian itu juga diulang ketika Jaman Suharto ada wajib tanam tebu, tapi hampir semua lupa kalau itu juga bisa diterjemahkan tanam paksa. Sehingga kita tidak dapat memetik hasil positip yang ada sebelumnya, semua peninggalan Belanda selalu terdengar sumbang. Walaupun banyak peninggalan peta-peta hasil belanda itu masih dipergunakan hingga sekarang. Juga Pajang jalan kereta api juga masih saja sama sejak jaman Belanda. Sedangkan Malesa "diberi" kemerdekaan oleh Inggeris. Sehingga orang Malesa dalam sejarahnya "tidak merasa dijajah Inggeris". Bahkan ada satu sisi mereka berterimakasih telah `dijajah dengan baik` [:)] . Justru Malesa sangat sebel bin ngga suka dengan Jepun (maksudnya Jepang), walaupun Jepang hanya numpang lewat Malesa beberapa tahun saja ketika perang dunia. Mereka yg di Malesa ini justru merasa dijajah Jepun. Dari dua perbedaan diatas sudah terlihat pembawaan Indonesia yang selalu penuh heroik dalam menghadapi negara asing. Semangat 45 sangat kental dengan mental gagah berani untuk maju perang. Berbeda dengan rakyat Malesa yang kaget dan terkesan keder ketika orang Indonesia menyatakan siap mati membela tanah air. Bener looh rakyat malesanya keder, tapi pasukan militernya Malesa lebih berani wong senjatanya lebih mutahir. Lah militernya Indonesia yang malah ragu-ragu atau diragukan rakyatnya sendiri, Blaik ! Hal ini karena di Malesa ini rakyatnya tidak terasa jiwa heroiknya. Namun dalam hal membangun Malesa beda jagi, mereka terkesan lebih tertata rapi ketimbang Indonesia yang "gagah-berani". Dengan demikian kita tahu bahwa Malesa dengan Indonesia memiliki kesamaan dan ketidak samaan dalam menjalani sejarah. Perjalanan ini membawa sikap mental serta perilakunya berbeda, pada aklhirnya. [:(] "Dari sisi penduduknya gimana Pakdhe ?" [:D] "Yo manungso kabeh dua-duanya sama manusianya thole" Penduduk Malesa ini secara etnis terdiri dari Tiga etnis besar yaitu, keturunan Melayu, Keturunan Cina dan Keturunan India. Orang India ini datang ke Malesa ketika jaman penjajahan Inggeris, karena India juga daerah jajahan Inggeris wektu itu. Negara Indonesia merupakan negara yang majemuk, terdiri dari hampir 200 suku. Menurut Wikipedia sudah tercatat lebih dari 170. Duapuluh tahun lalu jumlah bahasa tercatat lebih dari 750 bahasa yang dalam 20 tahun terakhir ini 30 persen sudah punah. Jumlah pulau di Indonesia tercatat lebih dari 17 000, dimana 6000 diantaranya berpenghuni. Dapat dibayangkan bagaimana diversity atau keberagamannya Indonesia ini. Jadi jelas sekali penduduk Malesa yang hanya 20 juta ini lebih homogen ketimbang Indonesia. Indonesia dan Malaysia juga pernah mengalami konfrontasi <http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia-Malaysia_confrontation> yang cukup parah tahun 1960-an. Namun konfrontasi ini tidak berlanjut. Sukurlah bahkan sudah 40 tahun hubungannya <http://malindo.wordpress.com/2007/08/12/indonesia-di-tengah-perjanjian-\ pertahanan-commonwealth-2-habis/> semakin membaik. Namun dua bulan akhir-akhir ini terasa gejolak baru muncul di kedua negeri ini. Sal konfrontasi ngga perlu diperpanjang ceritanya ya ? Bikin mangkel yang pernah terluka saja. Hanya sebagian yang serumpun, itupun secara biologis doank ! Jadi kalau dikatakan Malesa dan Indonesia ini bangsa serumpun ya ada benarnya (walaupun hanya porsi melayunya) tetapi perjalanan hidupnya membuat kedua bangsa yang secara biologis ini dekat menjadi jauh karena berbeda jalan yang dilaluinya. Ditambah lagi dengan krisis akhir-akhir ini yang menjadikan Indonesia terpuruk menjadi bulan-bulanan kawasan sekitarnya. Mungkin juga sih, secara tidak sengaja. Dalam sebuah lapangan tari-tarian ini tentusaja ada yang mengatakan wajar kalau ada yang kakinya keinjek atau atau terkena sikut, saking senangnya kawan sebelah kita menari yang lupa ada sekelilingnya. Bangsa kakak beradik ini sering didengungkan akan satu kalau menggunakan issue melayu dan issue muslim, tetapi kenyataannya suku melayu dan muslim di Malesa juga hanya yang menguasai sisi politik, sedang yang menguasai ekonomi juga dari etnis Cina dan etnis India. Di Indonesia penguasaan politik masih terutama dari suku Jawa, dimana didalamnya ada banyak sekali suku (hampir 200). Diversity atau keberagaman ini ciri khusus Indonesia yang tidak dimiliki Malesa. Yang jelas issue serumpun dan muslim ini tidak lagi ampuh dapat dipakai sebagai tema atau issue untuk menyatukan kedua negeri. Kedua bangsa kedua negara ini sudah terasa menjauh. Perlu saling mendekatkan diri, saling mengenalkan diri secara terbuka untuk saling mengenal kembali. Jangan sampai ada berita buruk <http://www.antara.co.id/arc/2007/10/8/istri-atase-pendidikan-kbri-sempa\ t-ditahan-rela-malaysia/> dari kedua pihak yang justru akan memperlemah kawasan Asia Tenggara ini. Kalau yang sedang menguat tidak mau mengajak yang melemah untuk maju bersama maka keduanya pasti hancur suatu saat nanti. Bacaan selanjutnya : Malesa Negeri yang sedang mencari jati diri budaya-nya (1) <http://rovicky.wordpress.com/2007/10/16/mencari-jatidiri-1/> Malesa Negeri yang sedang mencari jati diri budaya-nya (2) <http://rovicky.wordpress.com/2007/10/17/mencari-jatidiri-2/> [Non-text portions of this message have been removed]