Bung Hanafi, Sesunggguhnya Pak Herry Tjahjono mengkritik Presiden SBY dengan cara yang santun berdasarkan fakta yang benar apa adanya. Sentuhan "rasa" yg tidak penting digunakan, pertimbangan "rasio" yg penting ditinggalkan, disinilah faktor aspirasi masyarakat diabaikan. Apa perasaan anda jika sebagai warga korban lumpur Lapindo? Sudah jelas itu tanggung jawab Lapindo, kenapa harus negara (uang rakyat) yang menanggungnya? Anda mau lupakan relevansi Menteri Abu Rizal dengan The Right Man On The Right Place? Perlukah berpikir lama sampai didesak rakyat hanya untuk mengganti Yusril dan Hamid? Maaf, rakyat masih menunggu relaisasi janji kampanye; sembako murah-sekolah murah-berobat murah, dst. Atau rakyat memang salah pilih....., kasihan. salam jujur ibud Hanafi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Nah, benar dan saya setuju sekali dengan apa yang Bapak Herry Tjahjono tuliskan. Saya perhatikan pada tulisan tersebut anda begitu detil memperhatikan Pak SBY. Saya bukannya pro SBY atau kontra dengan "yang lain" tapi di sini justru ada hal yang semestinya anda bahas tapi sepertinya terlewatkan.
Dulu pernah dibentuk LP3R dan satu lagi maaf saya lupa namanya, yang keduanya praktis untuk membantu presiden dalam menjalanakan programnya. Pada waktu itu, saya yakin Pak SBY sangat goncang dengan apa yang sedang terjadi di mana ia harus mengambil keputusan tapi setiap keputusan yang diambil justru menuai kontra di sana sini. Jika anda lebih memilih mana yang anda pilih, rasio yang terkadang radikal sedikit otoriter bercampur tidak berkeperimanusiaan atau yang berperasaan. Kalau saya 100% pilih yang no. 2. Kekurangan yang ada seperti yang anda ulas itulah yang seharusnya menjadi ulasan utama kita. Menurut saya, maaf jika tidak sependapat mendukung SBY sehingga dia punya rasa percaya diri adalah satu hal yang utama yang bisa merubah segalany seperti yang anda tulis SBY masih punya waktu, untuk segera mentransformasi diri menjadi "seorang 'presiden rasio' (seharusnya bisa sebab dia orang pintar)". SBY kurang percaya diri karena banyak sekali orang menganggap segala yang dia perbuat salah, lihat saja ada yang beropini SBY kualat terhaadap alam karena ada keslahan yang pernah ia perbuat sehingga terjadi bencana alam. Jika saja rakyatnya mendukung sepenuhnya (bukan berarti tanpa kritik sama sekali) saya yakin akan segera ada "segera mentransformasi diri" seperti yang anda maksudkan. Coba saja jika salah satu dari kita menjadi seperti SBY (Presiden atau apa saja yang punya otoritas dalam mengambil keputusan) didukung oleh orang yang kita pimpin, sehingga segala keputusan akan menjadi lebih baik, yakinlah itu. Menurut saya, maaf sekali lagi jika saya salah, kesalahan yang ada yakni kita tidak mendukung SBY (bukan berarti pro SBY/antisipasi pemilu 2009) sehingga keputusan yang ada kurang optimal. Perhatikan saja di sekitar kita atau yang lebih sempit di forum ini, SBY jadi tumbal kesalahan, praktis tidak ada sama sekali yang menganggap SBY (pemerintahannnya) tepat dalam mengambil keputusan, pasti ada kesalahan yang diungkit meski sekitity seperti contoh bencana alam (jika memang benar adanya terjadi bencana alam karena tingkah SBY, saya minta kejelasan yang autentik yang didukung oleh fakta bukan sekedar opini). Terakhir mendukung SBY berarti SOLUSI!!!!!! Salam hormat, Hanafi