Makanya saya tak pernah sreg sama menteri pemberdayaan perempuan ini. Akademisi tapi rada lugu. Memang kalo sudah nyemplung di politik pemerintahan susah ya? Akal sehat nomor dua, kepentingan politik nomor satu. Gimana kalo kementrian ini diboikot aja sekalian oleh organisasi-organisasi perempuan? manneke
Mariana Amiruddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Itulah, isu ini dialihkan sebagai negosiasi politik. Jadi harus ada mata masyarakat yang memantau. Dulu kita sempat mengecilkan isu perda-perda yang sejenis dengan RUU ini, tetapi akhirnya benar terlaksana, dan berapa orang pedagang perempuan yang ditangkap malam-malam karena dicurigai pelacur. Ironisnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan malah menyetujui rancangan UU ini, begitu juga departemen Menkoinfo, Departemen Agama (yang ini sangat bias), yang belum Dephukham. Bagaimana ini? Untuk kementrian perempuan sendiri sudah mendapat peringatan dari Komite Cedaw di NEw York beberapa waktu lalu, keluarlah itu yang namanya concluding comments yang sudah memberi peringatan sebanyak 46 paragraf: seluruh persoalan perempuan di segala sektor kehidupan. Salah satunya agar indonesia tidak membuat undang-undang macam begini yang dalam implementasinya bukannya membantu masyarakat malah melakukan diskriminasi. Kemarin saya nonton salah satu film dokumenter yang dibuat oleh orang aceh sendiri soal perda yang diterapkan di sana, awalnya mereka menerima Aceh menjadi contoh dan mereka bangga Aceh disebut Serambi Mekah. Tapi ketika perlakuan para petugas yang penuh dengan kekerasan dan mempermalukan perempuan-perempuan aceh yang dibilang berpakaian ketat (bayangkan, ada seorang ibu yang memang badannya sudah gemuk jadi terlihat montok meskipun memakai pakaian besar, dia pulang naik truk pulang dari pasar, ditangkap sama petugas, dan ini terekam dalam dokumenter tersebut, bukankan ini bodoh?). Atas hal ini, dari banyak wawancara di warung-warung di Aceh dan ibu-ibu yang menggendong bayi, mereka pada dasarnya tidak setuju kalau pada akhirnya harus jadi kekerasan baru dan membuat rakyat Aceh resah. Tak bisa hidup nyaman kalau sedikit-sedikit ditangkap. Tak jelas pula apa kesalahannya. PEraturan-peraturan semacam trend yang dijual topeng moral, sangat menjijikan, rakyat lantas dibohongi, dikaburkan pandangannya, supaya apa yang mereka lihat itu kelihatannya baik. Indonesia memang negeri yang penuh dengan tipu muslihat. Sengaja punya tradisi yang setengah-setengah, tak jelas kemana dia bersikap, A tapi B, B tapi C. AMbigu. Mau tenggelam juga dibiarkan saja. Tak pernah ada yang pasti. Dibiarkan mengambang. Kebanyakan Jargon. Jahanam. Dan setiap persoalan memang sengaja tak perlu diselesaikan. Lupakan dengan persoalan yang baru. Supaya orang-orang munafik itu bisa terus muncul. Sialan. Mariana