Wacana Gubernur Dipilih Presiden Kemunduran Demokrasi YOGYAKARTA, JUMAT - Wacana dari Lemhanas agar gubernur atau kepala daerah dipilih Presiden dinilai sebagai kemunduran demokrasi. Selain itu gagasan tersebut juga tidak populer. "Dari wacana itu terkesan pemerintah pusat akan melakukan resentralisasi dan memangkas otonomi daerah, dengan melakukan berbagai kebijakan yang sebenarnya tidak tepat," kata pengamat sosial politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sujito MSi, Jumat (7/12).
Arie mengatakan, jika pemerintah pusat menilai otonomi daerah saat ini tidak berjalan semestinya atau melenceng dari undang-undang, bukan kemudian pemerintah pusat memangkas otonomi daerah, tetapi seharusnya yang dilakukan adalah mengevaluasi serta memperbaiki tata pengelolaan pemerintahan daerah. "Sebenarnya kalau mau jujur, bukan hanya di daerah yang pengelolaan pemerintahannya tidak baik. Di pemerintahan pusat juga belum baik, dan ini yang harus dibenahi bersama," katanya. Menurut dia, seharusnya pemerintah pusat lebih bisa menumbuhkan pemerintahan yang bersih di tingkat daerah dengan memberi contoh di tingkat pusat. "Kalau di atasnya sudah baik, tentu di daerah juga akan baik," katanya. Kata dia, hal tersebut merupakan proses yang harus dibenahi bersama sehingga ke depan pelaksanaan pemerintahan baik di tingkat daerah maupun pusat dapat berjalan dengan baik dan benar. Arie mengatakan gubernur yang dipilih Presiden bukan merupakan solusi yang tepat untuk memperbaiki tata pemerintahan daerah. "Wacana ini lebih terkesan pusat ingin menarik kembali atau membatasi otonomi daerah," katanya. (ANT/ABI) ________________________________________________________ Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/