Sudwikatmono, itu bukan saudara angkat Pak Harto, dia anak Pak
Prawirohardjo, dimana ibu Sudwikatmono adalah anak "ayah" Suharto
Kertoirono alias Kertosudiro. Jadi dia sepupuan. Di keluarga inilah
Suharto merasakan kebaikan dari Pak Prawirohardjo, "jadi apa-apa
diberikan ke Sudwikatmono" (itu komentar Soemitro Djojohadikusumo).
Sementara di rumah keluarga Hardjowijono, Suharto diperlakukan
buruk, namun dari keluarga inilah Suharto mengenal Kyai Darjatmo
yang memberikan banyak ilmu prihatin dan kekuatan mental pada
Suharto.

Bandingkan cerita ini dengan :
Sukarno yang tidak punya uang di akhir hidupnya, bahkan hanya untuk
membeli duku sekalipun (ingat kisah Ketut Tantri, ajudan Bung
Karno)
Hatta yang tidak mampu bayar listrik, dan sangat ingin membeli
sepatu Bally.....

Mereka yang diceritakan ini adalah hasil dari Kapitalisme Semu
(istilah Y.Kunio)

Kelak bila tidak hati-hati dan generasi muda tidak bangkit, maka
kelompok inilah yang memegang kekuasaan di Indonesia secara
telanjang dan terang-terangan, semoga ini tidak terjadi.

Buku ini bagus sekali, apa masih dijual di Gramedia, mas Veven?

ANTON





--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, veven wardhana
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> tretang Rusdi Mathari,
>   so'on ba'na nyebut-nyebut buku tulisanku itu: Para Superkaya
Indonesia; Sebuah Dokumentasi Gaya Hidup.
>   buku yang di-kata-pengantar-i Goenawan Mohamad itu pertama kali
terbit tahun 1999, lalu cetak-ulang tahun 2000.
>
>   toreh, cong!
>   veven

Kirim email ke