Edisi. 44/XXXVI/24 - 30 Desember 2007 
                                                                                
                                                                                
   Obituari                    
                                                                                
                                            Seorang Ajengan dari Cipasung Kiai 
Ilyas Ruhiyat telah pergi. Sosok berhati lembut, tak silau dengan kedudukan, 
dan konsisten dalam bersikap.                                                   
                      
Ia seorang ajengan—sebuah istilah Sunda untuk seorang kiai besar, penuh 
karisma. Ketika jenazahnya dikebumikan di kompleks pemakaman Pesantren 
Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu pekan lalu, ribuan orang melayat. 
 
Kiai Haji Ilyas Ruhiyat, 74 tahun, berpembawaan kalem, nada bicaranya datar 
seolah-olah tak ada yang dramatis dari hidup ini, dan—ini yang susah 
dilupakan—selalu ada senyum di bibirnya. Ia seperti sosok yang telah berdamai 
dengan hatinya, juga dengan orang lain. 
 
KH Ilyas Ruhiyat putra seorang kiai besar di Cipasung, KH Ruhiyat. Ilyas hidup 
di dua dunia: pesantren dan organisasi Nahdlatul Ulama. Di kalangan pesantren, 
penampilannya cukup mengejutkan. Ia menguasai isi kitab Al-Fiyah Ibnu Malik 
(ilmu sharaf yang dirakit dalam seribu bait syair) pada usia 15 tahun. 
 
KH Ilyas Ruhiyat mempunyai hidup yang sibuk. Sejak terpilih sebagai Ketua 
Cabang Nahdlatul Ulama Tasikmalaya pada 1954, ia aktif dalam organisasi. 
Bahkan, pada 1994, ia menjabat Rais Am PB NU untuk mendampingi KH Abdurrahman 
Wahid hasil muktamar di Cipasung. KH Ilyas Ruhiyat dikenal berwibawa besar, 
tapi juga selalu memandang orang lain sebagai satu entitas yang memiliki 
kebebasan menentukan jalan sendiri. 
 
Mungkin karena itulah ia ”melanggar” kebiasaan menjodohkan anak perempuannya 
dengan anak lelaki kiai besar lain—bagian dari tradisi para kiai NU. Dua anak 
perempuannya, Ida Nurhalida dan Enung Nursaidah, kuliah di IKIP Bandung dan 
bersuami dari keluarga nonpesantren—kendati pada akhirnya anak-anak beserta 
para menantunya bahu-membahu meneruskan pengelolaan Pesantren Cipasung. 
 
Sementara itu, Acep Zamzam Noor, anak lelakinya, lulusan Seni Rupa ITB dan 
memilih dunianya di luar pesantren: menjadi seniman-penyair. 
 
KH Ilyas Ruhiyat sangat menguasai kitab kuning, tapi seumur-umur mengembangkan 
ruang toleransi yang luas terhadap ”yang lain”. Di Cipasung, pesantrennya hanya 
dipisahkan oleh jarak 500 meter dengan kompleks permukiman Ahmadiyah. Dan 
sejauh ini, tak ada yang membuat hubungan dua tetangga itu bermasalah. Bahkan, 
ketika berlangsung muktamar NU di Cipasung, permukiman mereka dijadikan tempat 
menginap sebagian peserta. 
 
KH Ilyas Ruhiyat punya pendapat sendiri, tapi tidak berdakwah—apalagi 
memaksa—meluruskan akidah para penganut Ahmadiyah. 
 
Ahmadiyah di Cipasung memang kemudian diserang. Tepat pada saat keluarga KH 
Ilyas Ruhiyat berduka melepas kepergian istri sang Kiai, Hajah Dedeh Fuadah, ke 
pangkuan Sang Khalik enam bulan lalu, Ahmadiyah dihantam. Ketika itu, sang Kiai 
juga sedang terbaring sakit. Tapi bukti-bukti menunjukkan bahwa para penyerang 
bukan warga Tasikmalaya dan sekitarnya. 
 
KH Ilyas Ruhiyat berhati lembut, tapi itu tak membuatnya ragu-ragu manakala ia 
harus berbenturan dengan kekuatan penguasa yang luar biasa. Sejarah mencatat 
bagaimana Ilyas Ruhiyat tidak mau terkooptasi kekuasaan saat menjadi Rais Am PB 
NU mendampingi Abdurrahman Wahid. 
 
Di tangan KH Ilyas dan Gus Dur, NU bisa tetap bersikap independen meski harus 
menghadapi aneka rongrongan rezim Orde Baru. Pada pengujung masa jabatannya, ia 
menunjukkan kepribadiannya yang tidak haus kekuasaan. Kemungkinan untuk 
menduduki posisi rais am tetap terbuka baginya, tapi ia memilih berhenti. Ia 
menyerahkan posisi itu kepada KH Sahal Mahfudz dan kembali ke pesantren, dunia 
tempat ia mengawali semua ini. 
 
Nong Darol Mahmada (Bekas santriwati Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, 
kini bekerja di Freedom Institute) 


Mohamad Guntur Romli
Jl Utan Kayu No 68H, Jakarta
[EMAIL PROTECTED]
http://guntur.name/
       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke