Pak Anton, 

Maaf terlambat menjawab. 

Sesungguhnya saya mengingatkan Hari Pergerakkan Perempuan Indonesia itu, agar 
semua pihak mengingat pada akar sejahar negerinya sendiri.
Karena selama ini, di Indonesia ini Hari Ibu dianggap sama seperti Mother 's 
Day, yang diperingati di berbagai negara nun jauh di sana. 

Padahal, hari Ibu di Indonesia adalah bagian dari Tonggak sejarah Pergerakkan 
Perempuan yang merupakan bagian dari pergerakkan kebangsaan di negeri ini. 

Saya kira anggapan bahwa kalau ada hari pergerakan perempuan, lalu ikonnya 
adalah Gerwani, - seperti anggapan Pak Anton, 
itu bisa mendistorsi sejarah pergerakkan perempuan. 

Karena Hari Ibu yang dirayakan setiap tahun ini adalah memperingati Kongres 
Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta 
yang diselenggarakan pada 22-25 Desember 1928. 
Kongres itu dihadiri oleh 30 organisasi perempuan dari 12 kota. 
Hasil keputusan kongres salah satunya adalah dibentuknya Perserikatan 
Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) dan tiga mosi 
yang ditujukan kepada pemerintah Nederland Indie : 
    1. Menambah sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan 
    2. Pada waktu menikah supaya ada pemberian keterangan mengenai Taklik 
(janji dan syarat-syarat perceraian)
    3. Supaya diadakan peraturan untuk memberi sokongan kepada janda-janda dan 
anak-anak piatu pegawai pemerintah.  

Di lihat dari substansi yang dihasilkan dalam kongres, yaitu mempersatukan 
organisasi-organisasi (perkumpulan) perempuan yang ada, jauh sebelum 
diadakannya kongres itu dan menghasilkan tiga mosi untuk pemerintahan 
penjajahan serta memberikan inspirasi untuk berdirinya berbagai organisasi 
perempuan (setelah diselenggarakannya kongres) itulah sebenarnya yang merupakan 
tonggak pergerakkan perempuan. 
Yaitu saat dimana dan bilamana, perkumpulan-perkumpulan perempuan bersatu 
memegang satu azas Kebangsaan dan menjadi bagian dari pergerakkan kebangsaan 
Indonesia. 

Benar bahwa pada Kongres ke tiga di Bandung pada 22 desember 1938, hari 
dilaksanakannya Kongres Perempuan pertama (22 Des 1928) itu diputuskan sebagai 
hari IBU.
Tetapi keputusan untuk menyebutnya sebagai hari Ibu, bukanlah keputusan tanpa 
alasan. 
Menamainya menjadi Hari Ibu adalah sebuah keputusan politis untuk menyelamatkan 
pergerakkan perempuan. 
Dalam situasi di bawah penjajahan, tentu saja  pergerakkan (apapun) bisa 
dianggap sebagai merupakan ancaman bagi penjajah. 

Sepanjang yang saya baca dalam sejarah , Saat Kongres Perempuan Pertama, tahun 
1928 itu Gerwani belum lahir. 
Seingat saya Gerwani lahir sekitar tahun 1954 - an. Jadi nggak bener kalau 
kemudian ikonnya : Gerwani. 
Kongres Perempuan Pertama itu juga tidak identik dengan Kowani, karena Badan 
Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) lahir bulan Februari 1946, yang selanjutnya 
menyelenggarakan beberapa Kongres Wanita Indonesia. 



Salam 

Dian Kartika Sari


  ----- Original Message ----- 
  From: anton_djakarta 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, December 23, 2007 1:03 AM
  Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Selamat Hari Pergerakkan Perempuan


  Kalau ada hari pergerakan perempuan, ikonnya tentu Gerwani, soalnya 
  hanya itu gerakan perempuan yang paling hebat dan berpengaruh di 
  masyarakat sepanjang sejarah Indonesia modern.

  ANTON

Kirim email ke