Mungkin apa yang ibu alami sama dengan yang dialami para korban kekerasan dalam rumah tangga lain. Saya yakin kalo Ny N jauh hari sudah tahu bahwa suaminya sudah menunjukkan kecenderungan tidak setia, tapi dia berusaha diam karena takut kalau memang kemudian dia berulah, dia dicerai (mirip berita salah seorang pesohor Indonesia), dan ditinggalkan dengan tanggungan anak padahal dia sudah tergantung secara ekonomi. Bercerai memang sudah menjadi keharusan, tapi harus dipastikan kalau masyarakat sekitar maupun pihak keluarga siap membantu nyonya ini untuk mandiri pascaperceraian, secara psikologis maupun ekonomis.
Salam On 21/01/2008, Kira Surbakti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Selingkuh lagi, Selingkuh lagi!! > Mungkin selingkuh ini hampir sama tuanya dengan bumi kita ini jadi bukan > sesuatu yang baru dan aneh lagi. > > Saya setuju banget dengan saran Bapak untuk mencoba sering bercengkrama, > mengenang masa-masa indah kala pacaran supaya suasana menjadi harmonis dan > romantis kembali. Tapi saya gak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa > kalau suami keinginannya tidak terpenuhi maka dia boleh mendapatkannya dari > perempuan lain. Bagaimana kalau dibalik Pak?? Istri yang tidak mendapatkan > apa yang diinginkan, apakah dia juga boleh mendapatkannya dari laki-laki > lain?? > Bukan begitu caranya menyelesaikan masalah. Saya setuju dengan pendapat > "komunikasi", karena kalau semua ketidak puasan itu dikomunikasikan, apapun > masalahnya maka harusnya ada jalan keluar. > Sayangnya jarang suami mau berkomunikasi soal beginian. Dan akhirnya > kesalahan jatuhnya selalu ke perempuan lagi. > > Buat Bu N, saya setuju dengan Bu Ida Mawardi, rugi buang air mata buat > suami seperti itu. Gak perlu lagi nanya suami, kenapa begini dan kenapa > begitu. Ibu tanya ke diri Ibu aja, masih perlu gak suami seperti itu??? > Saran Ibu Ida Mawardi boleh juga, berselingkuh juga, biar impas???? Hmm, > lucu juga kali, tapi gak bakalan menyelesaikan masalah!! He he he!!! > > Wass. > Teman senasib