Kemarin sudah di kupas panjang lebar oleh Pak KM dan teman-teman FPK

Kalau sekedar pamflet.....iklan baik cetak maupun elektronik kalau hanya 
dari satu sisi saja...yaitu kesehatan
nyatanya sampai detik ini bukannya berkurang malah nggilani.

Setuju yang Pak Anton sampaikan...jadikan merokok adalah tidak berbudaya.

Kalau mau nunggu pemerintah...akan sampai kapan....???

yuk dari lingkungan terkecil.......dari keluarga..untuk tidak membiasakan 
merokok.......
tidak jaminan kl kemudian di sekolah atau lewat dua rumah tidak 
klepas-klepus.

namun sedari kecil...kalau kebiasaan ini ditanamkan pada anak-anak 
kita...Insya Allah.....bukan suatu hil yang mustahal.

yang dipelajari anak pertama kali adalah orang2 terdekat....kalau 
bapak-ibunya tdk merokok...kemudain secara sadar....dikasih 
tahu......merokok seperti ini..loh.....selain meusak kesehatan.....merusakn 
kaum miskin...kasihan kan...merusak generasi penerus bangsa....apa ndak 
kasihan.......hanya memperkaya segelintir orang.....dll..dst...dsb.

yuk kita bangun kesadaran itu dari dalam diri kita.

salam,
ghz...mantan perokok klobot.

----- Original Message ----- 
From: "/\/\ o + u |_ z" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com>
Sent: Monday, February 25, 2008 12:08 PM
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Iklan Rokok Dilawan


> Apa iya anak-anak akan ngeri terus jadi gak beli rokok?
> Lha wong setiap hari dia pun melihat berita tawuran sekolah yang 
> mematikan, suporter bola mati digebukin, nonton band pun mati 
> terinjak-injak... Nyatanya tidak mempengaruhi antuasias anak-anak bocah 
> ini utk tetap ikut tawuran, tetap jadi suporter, dan tetap gandrung sama 
> band.
>
> Anak Indonesia itu gak bisa ditakut2in.. Mereka sudah lahir dari budaya 
> "menakut-nakuti" dari orang tuanya, contoh:
>
> 1. Eh ayo mandi nanti budukan lho
> 2. Ayo pulang! Udah magrib..nanti diculik kolong wewe
> 3. Jangan mandi hujan nanti masuk angin
> dst dst...
>
> Lambat laun, anak-anak itu terbiasa untuk mengantisipasi kondisi "ancaman" 
> yang demikian. Akhirnya mereka beradaptasi dan mencari figur contoh yang 
> pas dengan upaya pemberontakannya itu. Misalnya : masih banyak dokter yang 
> merokok... masih banyak guru yang merokok... masih banyak pak ustadz dan 
> pak haji yang merokok... masih banyak bapak ibu-nya pun merokok.
>
> Nah.. menurut saya, ada baiknya kalau pola "mengingatkan" anak-anak ini 
> dengan cara lain, cara yang bisa menjadi contoh "keren" contoh "asik" 
> dimata anak-anak muda, misalnya dengan menggunakan anak band... 
> atlet...sebagai figur contoh yg keren tanpa merokok, juga pendekatan yang 
> signifikan ke sekolah-sekolah.
>
> Ironisnya.. yang peduli dengan musik dan olah raga ya perusahaan rokok.. 
> Bahkan acara musik yg megah berkelas dunia pun sponsornya cuma rokok yang 
> mampu. Begitupun LIGA terbesar sepak bola dan basket di Indonesia.. yang 
> mampu membiayai hanya perusahaan rokok. Sampai kepada acara penganugerahan 
> atlet sepak bola.
>
> Ayoo.. coba dikaji lagi, apa iya efektif cuma dengan menempelkan gambar2 
> "horor" di pack rokoknya?
>
> Salam
> Motulz
> (bukan perokok)
>
>
> 

Reply via email to