Usaha minyak: Untung, tapi kok perlu subsidi
?<http://rovicky.wordpress.com/2008/05/14/kok-perlu-subsidi/> 14
Mei 2008 at 1:57 pm | In Diskusiku <http://id.wordpress.com/tag/diskusiku/>,
Dongeng Geologi <http://id.wordpress.com/tag/dongeng-geologi/>,
Energi<http://id.wordpress.com/tag/energi/>|
<http://rovicky.wordpress.com/wp-admin/post.php?action=edit&post=1374>

[image: Perkembangan harga minyak bulan ini]
<http://www.oil-price.net/>**Tentunya
anda sudah membaca *tulisan Pak Kwik di Koran
internet<http://www.koraninternet.com/web/index.php?pilih=lihat&id=3760>
* yang cukup bikin mumeth. Lah iya ta sakjane kita tidak rugi dengan
industri perminyakan ini, lah kenapa ada subsidi BBM ?

* [image: :(] "hiya Pakdhe, Industri perminyakan kan masih menguntungkan kok
malah disubsidi pripun ta ?"*

* [image: :D] "Itu mestine ya bisa dijelaskan sederhana juga, ta Le"*

Ada beberapa pendapat pribadi yang saya coba juga sederhana untuk menanggapi
tulisan Pak Kwik. Pendapat pribadi ini yang juga aku post di beberapa
mailist lain .

Pak Kwik mengatakan bahwa sebenernya dalam usaha bisnis minyak bumi ini
Indonesia (pemerintah) mendapatkan untungkarena rakyat tetap harus membeli
BBM yang dipergunakan. Artinya ada income atau pendapatan pemerintah juga
dari penjualan BBM ke rakyat. Lah hiya to wong kita ini beli BBM di
pombensin juga, bukan gratis kaan ?. Bahkan pemerintah tidak membeli minyak
yang dihasilkan dari sumur-sumur serta lapangan minyak yang ada saat ini.

Perhitungan dari Pak Kwik tidaklah keliru hanya representasinya saja yang
bermasalah. Cara penyajian data-data ini yang sepertinya berbeda anatar Pak
Kwik dengan metode penyampaian APBN. Sehingga mengatakan subsidi minyak atau
subsidi BBM ini menjadi salah yang kaprah.
Ada sdikit yang kelupaan dari Pak Kwik

<http://rovicky.files.wordpress.com/2008/05/1barrel_crude.jpg>Tidak semua
crude itu bisa dikonversi menjadi BBM. : Kata kawanku : 30-35 % bensin +
15-20 % solar + 5-10% Jet fuel dan sisanya bisa menjadi minyak tanah,
residu, lilin dan aspal. Artinya dari satu barrel (159 liter) minyak mentah
cuma dapat menghasilkan bensin 0.35 barrel saja (55 liter)

Walaupun bukan berarti sisanya tidak dapat dijuwal juga loo. Banyak kok yang
"*doyan*" aspal [image: :)]

Nah karena kita membelinya juga dalam bentuk BBM (*refine
product)*tentusaja angka itu mesti dikoreksi. Aku ga tahu jumlahnya
tapi pasti akan
signifikan kalau bermain dengan angka jutaan liter !!!
Cara penyajian menentukan rasa !

Kemudian ada satulagi hasil ngobrol dengan kawan ekonom bahwa problemnya
adalah sistem pelaporan dalam APBN. APBN dibuat sebagai laporan balance
sheet, dimana "beli minyak" (baik crude yang masuk ke refinery di Indonesia
maupun BBM-refined product) itu masuk dalam "belanja". Lah masalahe tidak
ada "balance sheet" khusus migas thok di APBN ini. Dan kalau dibuat ya
mestine bener donk, usaha migas Indonesia selalu positip (untung), tentusaja
Pak Kwik juga ngga salah. Tetapi presentasinya memang berbeda caranya.

Karena presentas APBN dalam balance sheet secara menyeluruh belanja dan
pendapatan negara, tentusaja "pembelian" minyak diluar karena selain import
kita juga export minyak. Makanya dengan harga minyak naik ya tentusaja kita
jadi tekor juga di sisi belanja yang menjadi kebanyakan. Tentusaja balance
sheet akan terganggu. APBN ini dibuat berdasarkan target peningkatan
keekonomian atau "growth" tertentu. Mboh berapa target peningkatan
keekonomian negara saat ini. Selain itu kalau APBN balance sheetnya dipisah,
nanti akan terlihat bahwa banyak sektor-sektor lain yang justru selama ini
disubsidi oleh "keuntungan" usaha minyak dan gas bumi. Contoh mudahnya, bp
perparkiran. Setiap anggaran perparkiran di daerah ini sering (*selalu*)
minus atau nombok, looh padahal ini semestinya sektor pendapatan, bukan
pelayanan kan ? wong selama ini aku (rakyat) mesti mbayar kalau mau parkir *
jeh*.
Subsidi pembangunan

Yang tepat memang barangkali bukan subsidi BBM dalam arti subsidi minyak *thok
thil* !. Tapi sakjane kita (rakyat) mensubsidi pembangunan untuk menjaga
keseimbangan "*balance sheet*" yang tercantum dalam APBN, karena sudah ada
target-target pembangunan yang ditentukan serta disetujui Pemerintah dan
DPR. Dalam bentuk Undang-undang itu looh. Nah sayangnya rakyat yang diminta
membantu "*menyeimbangkan*" "*balance sheet*" ini
*Disini juga, disana juga*

Dan dampak kenaikan BBM "*model*" begini tidak melulu dirasakan Indonesia
yang mengalami kesulitan dalam "*balance sheet*"nya. Malesa juga sedang
sibuk dengan kenaikan harga dan juga bersiap mengkoreksi harga BBMnya.
Kmaren *Nyi Laras <http://yuenda.blogspot.com/>* juga ngeluh minyak goreng
naik dua kali karena issue biodieselnya Malesa mau menggunakan CPO ….. *halllah
bisa-bisa ayam goreng naik juga !!!*

* [image: :P] :"Ya wis makan mie rebus aja deh !"*


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=====================================================
Pojok Milis Forum Pembaca KOMPAS :

1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED]

KOMPAS LINTAS GENERASI
=====================================================
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to