Saya suka judul yang ditulis Pak Mula. Sebuah penggambaran yang tepat 
tentang keberadaan Indonesia. Negara sebagai badan, dan bangsa adalah 
jiwanya. Ini hampir mirip dengan syair yang selalu kita lantangkan 
lewat Indonesia Raya; "bangunlah jiwanya! bangunlah badannya!" Bedanya 
lewat nyanyian itu kita selalu menyerukan bangunnya bangsa dulu, baru 
kemudian negaranya.

Bagaimana situasinya sekarang, apakah bangsa ini sudah bangun?
Pak Mula bilang, sudah. Bahkan sehat walafiat. Nggak bisa enggak, saya 
manggut-manggut. Sialnya yang sehat kekar itu cuma bangsanya penjahat. 
Para tukang tipu rakyat, koruptor dsk.

Bangsa ini memang pernah menggeliat hingga melahirkan proklamasi. Dan, 
waktu baru mulai senam pagi meregangkan otot, tiba-tiba datang jaman 
orba dengan gerombolan bangsatnya yang bikin bangsa ini secara 
keseluruhan terkapar di kehidupan modern ber-ac, pencakar langit, 
jalan tol, handphone, mall, sampai busway. Para bangsat yang membuat 
bangsa ini fasih bicara materi tapi gagap bicara spiritual, bahkan 
untuk jadi juara bulutangkis sekalipun.

Saya kira bangsa ini malah kebanyakan bicara fisik, negara, sehingga 
paham feodalisme yang belum habis dikikis revolusi, kembali tumbuh dan 
berkembang subur dalam kemasan baru. Bangsa ini kembali menghamba pada 
kedudukan yang disusun berdasarkan gelar-gelar modern, baik secara 
akademis, kepangkatan, ataupun jabatan.

Contoh gamblangnya, bangsa ini begitu gandrung dengan aneka pemilu, 
baik yang legislatif maupun yang eksekutif. Padahal sudah jadi rahasia 
umum bahwa segala pemilu itu bukan lagi untuk kepentingan khalayak 
tapi untuk keuntungan pribadi & kelompok. Pemilu menjadi ajang untuk 
naik tahta, untuk menjadi raja besar, raja kecil, borjuis baru, OKB. 
Bagaimana dengan kepentingan rakyat? Cukup santuni saja dengan BLT..

Bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Jelas ini bermakna bangunnya 
bangsanya di atas segalanya. Tampaknya memang begitulah suasana 
kebatinan yang menggulung founding fathers & mothers waktu 
menginginkan "Indonesia" sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda & 
Proklamasi. Keinginan untuk membentuk satu bangsa baru, entitas baru, 
yang berasal dari berbagai bangsa yang hidup di nusantara. Sebuah 
Indonesia Raya!

Bukti paling telak dari keinginan ini ialah Proklamasi 17 Agustus '45. 
Di sana kita samasekali tidak mengumumkan kemerdekaan 'negara', 
melainkan kemerdekaan 'Indonesia'. Begitu juga Sumpah Pemuda, yang 
cuma mengumumkan kesatuan 'bangsa'; 'bahasa'; dan 'tanahair'.

'Negara' bagi emak-bapak kita dulu itu ibarat baju untuk sopan-santun 
hubungan, komunikasi, dengan imperium penjajah. Maklum, karena 
keterbatasan akal & akhlaknya, kaum penjajah cuma mampu mengenali 
suatu entitas dari atribut yang dikenakan. Penjajah mana pernah peduli 
siapa pemilik tanah ini. Mereka cuma terbelalak oleh apa yang dimiliki 
tanah ini.

From: Mula Harahap <[EMAIL PROTECTED]>

: Kita adalah sebuah bangsa yang terbentuk (dan yang
: terus mengalami proses pertumbuhan) karena adanya
: negara. Tadinya kita adalah bangsa yang berbeda-beda.
: Tapi penjajahan Belanda selama berabad-abad membuat
: kita, yaitu bangsa-bangsa yang mendiami teritorial
: yang disebut Hindia Belana,  merasa senasib dan mulai
: merasa sebagai sebuah bangsa baru yang kita namakan
: Indonesia.  Ketika Belanda enyah maka teritorial
: bernama Hindia Belanda itu pulalah yang kita jadikan
: rumah kita. Di dalam rumah yang bernama negara
: Indonesia itulah, bangsa  Indonesia mengalami proses
: pertumbuhannya.
:
: Kemajuan kita sebagai bangsa sebenarnya sangat
: tergantung dari bagaimana rumah atau negara ini
: diselenggarakan. Kalau negara ini bisa memberikan
: kesejahteraan dan peluang untuk bertumbuh bagi semua
: anak bangsa, maka majulah bangsa itu.
:
: Pembicaraan tentang bangsa hanya akan menjadi
: pembicaraan kosong belaka kalau kita tidak berbicara
: tentang negara. Dan akhir-akhir ini justeru negara
: inilah yang perlu kita bicarakan dengan
: sungguh-sungguh: Negara ini masih belum bisa
: memberikan kekayaan alamnya yang melimpah-ruah itu
: bagi kesejahteraan anak bangsanya. Negara ini masih
: belum bisa menyelenggarakan pendidikan yang murah dan
: merata. Negara ini masih belum bisa melindungi anak
: bangsa yang berbeda agama dan kepercayaan.
:
: Sampai sejauh ini bangsa Indonesia sebenarnya masih
: sehat walafiat. Negara atau rumah dari bangsa inilah
: yang sedang sakit. Tapi kalau negara atau rumah
: tersebut dibiarkan sakit terus-menerus maka tentu saja
: ia juga akan berpengaruh kepada kesehatan dan kekuatan
: bangsa. Dalam hubungan negara dengan bangsa berlaku
: juga peribahasa Latin yang mengatakan: Di dalam tubuh
: yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
:
: Pada hari Perayaan Kebangkitan Nasional yang ke-100
: ini marilah kita memberikan perhatian yang lebih
: sungguh-sungguh terhadap rumah yang telah salah urus
: dan centang-perenang yang bernama  Indonesia ini.
:
: Horas,
: Mula Harahap





Kirim email ke