Disinyalir ada kesamaan pola dalam pembagian selebaran di titik-titik strategis JKT akhir-akhir ini dengan tahun 1998. Bisa jadi ini memang betulan berpola, bisa juga cuma aksi hapalan. Tapi sebaiknya kita tetap jaga kewaspadaan tanpa harus bersikap tegang.
Begitu juga penyerbuan polisi ke kampus Unas kemarin malam patut diwaspadai supaya jangan mengulang kejadian di Bogor 10 tahun silam yang dipercaya sebagai pemicu ("alasan") aparat bertindak brutal saat menangani demo mahasiswa 3 hari kemudian (12 Mei 1998). Sepatutnyalah mahasiswa & alat negara sama mewaspadai intaian pembonceng gelap. ..... http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May10/aksi08.htm Minggu, 10 Mei 1998 Aksi Mahasiswa Tewaskan Perwira Polisi Jakarta, Kompas Aksi mahasiswa di Bogor, Sabtu (9/5) menewaskan Letnan Dua (Pol) Dadang Rusmana, Kepala Satuan Intelijen Kepolisian Resor Bogor. Beberapa mahasiswa Universitas Djuanda (Unida) Ciawi, Kabupaten Bogor, memukul kepala Dadang dengan batu, dan meninggal di rumah sakit beberapa saat kemudian. Perwira polisi lulusan Sekolah Calon Perwira ini, meninggalkan seorang istri dan dua anak.Perwira lain, yang menjadi korban pemukulan mahasiswa Unida, adalah Kapten (Inf) Ali, Kepala Seksi Intelijen Komando Distrik Militer Bogor. Ali mengalami luka parah dan masih dirawat di Rumah Sakit Salak Bogor. Dalam keterangannya kepada wartawan di RS PMI, Bogor, kemarin, Kepala Kepolisian Wilayah Kolonel (Pol) Abubakar mengatakan, sekitar sembilan mahasiswa diperiksa tim penyidik. Menurut Abubakar, Sabtu siang sekitar 150 mahasiswa Unida Ciawi yang ingin melakukan aksi jalan kaki ke luar kampus dicegah aparat keamanan. Sempat terjadi pelemparan batu terhadap aparat. Sekitar pukul 15.00, Kapten Ali, yang berpakaian preman akan sholat Ashar bersama mahasiswa Unida di mesjid dekat kampus. Namun, mahasiswa Unida mengenalinya sebagai petugas, lalu dibawa ke luar mesjid, dipukuli, ditendangi beramai-ramai, dan dilempari batu. Letda Dadang yang ada di dekat mesjid memerintahkan anak buahnya untuk "mengatasi" pengeroyokan itu. Namun, sesaat kemudian, seorang mahasiswa menghajar kepalanya dengan batu. Ia tersungkur dan pingsan, kemudian dibawa ke RS Ciawi dan selanjutnya dipindahkan di RS PMI Bogor. Pukul 16.00, Letda Dadang meninggal dunia. Aparat keamanan lalu menyerbu masuk kampus untuk mengamankan petugas yang dikeroyok mahasiswa. Bentrokan Di Bandung, bentrokan terjadi antara aparat dengan mahasiswa di Jl Dipati Ukur, depan kampus Universitas Padjadjaran (Unpad). Sejumlah mahasiswa dan aparat mengalami luka-luka. Unjuk rasa juga terjadi di depan kampus Sekolah Tinggi Sains Teknologi, Universitas Pasundan, dan Universitas Jenderal Ahmad Yani. Namun aksi di tiga kampus itu cenderung terkendali. Data tim medis Unpad menyebutkan, 31 mahasiswa dan seorang pengamen luka-luka. Juga diperoleh keterangan, tiga aparat keamanan luka-luka. Salah satunya, Kepala Satuan Binmas Polres Bandung Tengah Kapten (Pol) Dwi. Massa sekitar 2.000 orang dari Unpad, Institut Teknologi Adityawarman, Universitas Pasundan, Universitas Islam Bandung, Institut Teknologi Bandung, Universitas Winaya Mukti serta Institut Koperasi Indonesia. Mahasiswa juga menggelar mimbar bebas dengan menampilkan Harry Roesly dan Prof Dr Sri Sumantri. Di Jakarta, unjuk rasa mahasiswa Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) Jakarta diwarnai bentrokan dengan aparat. Sebanyak 20 mahasiswa luka-luka, tujuh di antaranya terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Awalnya, unjuk rasa mahasiswa USNI bersama mahasiswa STMIK Budi Luhur, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Universitas Moestopo (Beragama), berlangsung damai. Bentrokan terjadi saat ada lemparan batu terhadap petugas dari arah luar kampus (bukan dari arah mahasiswa). Aparat yang marah menyerang mahasiswa, sementara mahasiswa yang merasa tidak bersalah balas menyerang. Bentrokan berlangsung sekitar 15 menit. Kepada wartawan, usai acara, Ketua Umum Senat Mahasiswa USNI Nurhasanah mengatakan, pihaknya akan mengajukan protes kepada Panglima ABRI sehubungan dengan terjadinya penyerangan aparat keamanan terhadap aksi damai mahasiswa. Aksi damai juga dilakukan sekitar 150 mahasiswa Universitas Attahiriyah Jakarta, dan sempat terhenti karena dihalau aparat. Aksi damai digelar di beberapa perguruan tinggi Jakarta, Bina Sarana Informatika, Swa Dharma, Bina Nusantara, Satya Negara, Al Kamal. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) melakukan aksi "simpatik" di ruas jalan Ir H Juanda, dengan memberi air minum kemasan kepada sopir angkutan umum secara gratis. Setiap kemasan dilengkapi secarik kertas berisi pesan mahasiswa untuk masyarakat luas. "Rakyat sengsara mahasiswa ikut merasakan. Rakyat dan mahasiswa bersatulah untuk perubahan," bunyi pesan itu. Yogyakarta Di Yogyakarta, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kolonel (Pol) Bani Siswono mengemukakan, polisi masih menyelidiki apakah tewasnya Moses Gatutkaca (40) akibat unjuk rasa yang berlangsung Jumat hingga Sabtu (8-9 Mei) subuh. Polisi sama sekali belum memperoleh laporan adanya korban tewas akibat unjuk rasa mahasiswa. Moses Gatutkaca yang dimakamkan kemarin adalah alumnus Akademi Perindustrian Yogyakarta, bukan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, seperti yang diberitakan kemarin. (Kompas, 9/5) Aksi unjuk rasa kemarin berlanjut, dimulai dari kampus Instiper (Institut/Sekolah Tinggi Pertanian) Yogyakarta, disusul aksi demonstrasi dari Kampus IAIN Sunan Kalijaga hingga malam hari. Kapolda Yogyakarta menegaskan, aparat keamanan tetap mentolerir aksi unjuk rasa, selama dilakukan di kampus. Aksi keprihatinan juga terjadi di Semarang, Surabaya, Mataram, Ujungpandang, Pontianak, dan Banda Aceh. Di Padang, tidak ada aksi mahasiswa, tetapi isu akan adanya unjuk rasa sempat membuat sebagian besar toko-toko di pusat kota tutup. (Tim Kompas)