Bukan menjadi babunya, tetapi mereka harus dihargai sesuai dengan sumbangannya bagi negeri ini. Kalau mau realistis, maka jumlah yang terena kasus berat dalam fenomena TKI ini sangat kecil prosentasenya. Tapi memang harus diketahui yang namanya 1 nyawa itu juga sudah terlalu banyak, lah. Hanya kalau mau realistis mestinya jangan terlalu menonjolkan yang 1 %. Padahal ada 99% yang senang dan berhasil menjadi TKI. Kalau mau jadi pemimpin itu mesti rasional, bukan emosional.
Fenomena pengiriman TKI ini kalau disejajarkan mirip pengiriman "tentara" ke medan pertempuran. Setiap negara akan selalu memiliki tentara-tentara dan memerlukan adanya tentara-tentara-nya. Namun "skali lagi" untuk kasus Indonesia ini yang buruk adalah penghargaan dan perlakuan pemerintah Indonesia sendiri pada TKI-nya. RDP --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Haniwar Syarif <hani...@...> wrote: > anda bangga sodara kita jadi babu di LN ? > say anggak > anda anggap itu sbg prestasi pemerintah ? > saya malah setujudgn Fajroel > Tentrunya saya gak nyalahin TKI yg jadi babu itu .. > mrk sih tetap ada pada simpati saya.. tanpa merasa bangga