Ini jelas, karena yang memberi hormat, adalah yang bertopi militer. Sedangkat yang tidak bertopi, maka hormatnya berupa dengan berdiri tegap. Itu sudah mewakili hormat. Begitu aturan di baris-berbaris.
Pada 3 Maret 2009 09:08, Agus Hamonangan <agushamonan...@yahoo.co.id> menulis: > Oleh A. Windarto > http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/02/01414479/so.1.maret.sejara > h.siapa > > Dalam sebuah kunjungan ke Monumen Jogja Kembali (Monjali) awal tahun > lalu, seorang mahasiswa melaporkan, ada hal aneh pada salah satu > diorama yang ditampilkan di sana. > > Yang aneh adalah saat Presiden Soekarno digambarkan bersama rakyat > menghormat bendera merah putih di sebuah lapangan. Tampak hanya Bung > Karno yang memberi hormat, sementara rakyat tetap tegak berdiri meski > masih dalam sikap hormat. > > Keanehan ini tentu bukan sebuah kesengajaan. Sebab monumen yang > dibangun di era Orde Baru itu merupakan representasi sejarah rakyat > dalam memperjuangkan kemerdekaan RI tahun 1945. Sejarah itulah yang > hingga kini dikenal dengan Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Saat > itu, pasukan TNI menyerbu kota Jogja yang dikuasai Belanda melalui > Agresi Militer Kedua pada Desember 1948. > >