Ini tulisan seorang pilosofer yang capingnya tidak bosan saya baca ulang2.  
Tulisan nya ini saya kelompokan pada pandangan cenayang seperti madam lauren.  
tetap saja saya terkejut kenapa Pak Gun ini bikin tulisan seperti ini,  apa 
memang gregetnya sudah kebelet.  Tahan2 emosi Pak.


____________ _________ _________ __

From: MGR <indun...@yahoo. com>

To: komunitasutankayu@ yahoogroups. com

Sent: Friday, May 8, 2009 9:29:15 AM

Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad)



http://www.utankayu .org/in/index. cfm?action= detail&cat= news&id=44



PDI-P dan Pilihan-Pilihannya (Goenawan Mohamad)



Jika benar apa yang diprediksikan pelbagai jajak pendapat, SBY akan

menang dalam persaingan ke kursi kepresidenan. Berarti baik Megawati

maupun Jusuf Kalla tak punya peluang -- atau memerlukan kejadian yang

luar biasa.. Apalagi Prabowo dan Wiranto.



Saya tidak begitu

berminat tentang apa yang dapat dilakukan Golkar, Gerindra dan Hanura

dalam kondisi itu. Saya lebih berminat, dan lebih prihatin, tentang

pilihan langkah yang harus diambil PDI-P. Partai inilah yang saya pilih

dalam pemilu untuk lembaga legislatif yang baru lalu.



Tampaknya ada dua pilihan:



1. Megawati maju terus sebagai calon presiden, didampingi dengan seorang tokoh 
lain: Prabowo atau Sultan Hamengku Buwono X.



Dengan

Sri Sultan, saya belum tahu apa hambatannya. Dengan Prabowo ada

persoalan pokok: mantan jenderal dan menantu Suharto ini ngin

dirinyalah yang jadi calon presiden, dengan dukungan PDI-P. Koalisi

agaknya sulit terbentuk karena itu.



Persoalan ini terpecahkan seanndainya Prabowo bersedia hanya jadi calon wakil 
presiden.

Ini

bisa akan meramaikan pemilihan dan tak menghambat Megawati maju

bertanding. Tapi dengan catatan: pasangan Mega-Prabowo juga bisa

memperlemah daya saing menghadapi SBY, apalagi jika SBY jadi

berpasangan dengan pakar ekonomi Budiono.



Budiono memang bukan

tokoh yang dikenal luas. Tapi ia akan memproyeksikan citra yang lebih

bebas dari usreg-usergan parpol seperti sekarang. Budiono juga dinela

bersih, setidaknya tak dikenal punya bisnis seperti Jusuf Kalla; ia

juga mengesankan perhatian khusus SBY dalam menghadapi kriris ekonomi

global.



Sebaliknya Prabowo: diakui atau tidak, ia sejak mula

tokoh yang menimbulkan kontroversi; ia punya banyak musuh di kalangan

ABRI (baca buku Sintong Panjaitan) dan di kalangan pro-demokrasi.



2.

Untuk menyelamatkan Megawati dari pertandingan yang tak menjanjikan

kemenangan, PDI-P_membiarkan Prabowo maju sebagai calon presiden dengan

didampingi Puan Maharani (puteri Megawati) sebagai wakil.



Tapi

akan ada pertanyaan besar. Kenapa Partai tidak menampilkan tokoh dari

tubuhnya sendiri sebagai calon presiden? Mengapa harus "pinjam" Prabowo

-- yang belum tentu bisa diatur oleh PDI-P? Mengapa harus memakai

Prabowo, yang hanya dapat sekitar 5% suara (sedang PDI-P sendiri hampir

15%)? Mungkinkah Puan bisa mengimbangi "kehadiran" Prabowo dalam lima

tahun mendatang? Bagaimana masa depan PDI-P sebagai "hanya" partainya

Wakil Presiden? Jangan-jangan pendukung dan posisinya akan diambil-alih

Gerindra.



3. Megawati tak akan ikut dalam pemilihan presiden dan

PDI-P berkoalisi dengan Demokrat. PDI-P masuk ke dalam kabinet. Ini

bisa menguntungkan PDI-P (tidak harus memimpin, tapi bisa berpengaruh) ,

dan bisa menguntungkan Demokrat (akan dapat dukungan tambahan sekitar

90 kursi di parlemen). Sementara itu, PDI-P bisa terus mengadakan

kaderisasi untuk 2014, masa pasca-Mega. Di luar kabinet, kaderisasi

juga bisa dilakukan, tapi jika orang bisa bertaruh bahwa ekonomi

Indonesia akan pulih sebelum 2014, berada di dalam kabinet lebih

menguntungkan.



Koalisi PDI-P dan Demokrat juga baik untuk

membangun pemerintahan yang lebih punya komitmen kepada kebhinekaan.

Bukan hanya komitmen kepada golongan Islam,.



Tapi opsi terakhir akan punya problim: bersediakah Megawati? Juga: siapa yang 
akan berada dalam Oposisi?



Pemerintahan

SBY yang berjalan tanpa Oposisi bisa jadi "complacent" dan mudah

menyeleweng. Maka peran Gerindra dan Hanura (dan mudah=mudahan Golkar)

sebagai oposisi diperlukan. Jangan-jangan PKS juga akan

mempertimbangkan koalisinya kembali. Sebab PDI-P dengan suara lebih

kuat, bisa meminta SBY memberikan posisi yang lebih penting ketimbang

PKS dan PAN.



Hari-hari ini, apa yang akan muncul dari

pilihan-pilihan itu akan penting bagi Indonesia lima tahun lagi,

meskipun tak akan mengubah Republik secara radikal. Semoga kita selamat

meniti ke seberang.



Goenawan Mohamad

Kirim email ke