Mengapa tidak kembali mengirimkan manusia ke Bulan pasca 1972, alasannya cuma 
satu : biayanya mahal. Sekali mengirim misi Apollo ke Bulan bisa menelan ongkos 
US $ 1 milyar. Dan meletusnya Perang Arab-Israel 1973, yang menciptakan krisis 
energi dunia, disamping terus berkecamuknya Perang Vietnam dan mulai 
bergulirnya skandal Watergate membuat administrasi Nixon sayang membuang duit 
sebanyak itu ke Bulan sementara urgensi pendaratan di Bulan (selain kepentingan 
politis yang terkait perlombaan antariksa dan perang dingin) saat itu tidak 
ada. Seperti diketahui, Nixon bukan seorang visioner seperti Kennedy, yang 
dengan berani bilang "Ich bin ein Berliner" di tengah-tengah Berlin yang 
dibelah dua oleh tembok beton pada saat itu, ataupun berkata "We choose go to 
the moon.." di US Capitol.


Uni Soviet juga mencoba mengirimkan misi berawak ke Bulan dan untuk alasan 
itulah mereka menciptakan modul Soyuz. Hanya saja, pasca kematian Sergei 
Korolev di tahun 1966, perkembangan mereka tersendat karena Uni Soviet tak juga 
bisa membangun roket yang cukup kuat buat melontarkan Soyuz ke orbit Bulan. 
Roket raksasa mereka (yang diberi kode roket N) dibatalkan pembangunannya 
setelah 4 kali diujiterbang dan selalu meledak. Bahkan ujicoba terakhir (dimana 
roket N-1 dibuat seukuran roket Saturnus 5 yang punya ketinggian 100 m) meledak 
hanya beberapa detik setelah meluncur, menciptakan salah satu ledakan non 
nuklir terbesar pada saat itu dan gelombang kejutnya meremukkan landasan 
peluncuran serta Mission Controlnya. Peristiwa ini baru terungkap pada 1991 
pasca pecahnya Soviet.


Karena gagal dengan roket raksasanya, makanya Soviet lebih memilih pendaratan 
tak berawak ke Bulan. 3 misi tak berawak, masing-masing Luna 16 (1970), Luna 20 
(1972) dan Luna 24 (1976) berhasil mendarat di Bulan dan mengambil sampel 
batuan/debu Bulan dengan total sejumlah 326 gram. Hasil analisis batuan dari 
misi Luna 16 menunjukkan kesamaan dengan batuan dari misi Apollo 12, yakni 
sama-sama basalt Bulan, karena mereka mendarat di titik yang berdekatan. 
Demikian pula dengan batuan Luna 20, yang mirip dengan batuan Apollo 16, yakni 
sama-sama anorthosit yang mengandung plagioklas. Sementara Soyuz 
dialihfungsikan sebagai wahana pengorbit Bumi saja, yang terus menjadi kuda 
terbang Soviet hingga Rusia di masa sekarang.


Penyelidikan tentang meteor dari batuan Bulan baru dimulai pada 1979 atau jauh 
hari setelah misi Apollo dan Luna berakhir. Kajian meteor Bulan juga sangat 
bergantung pada data-data komposisi batuan Bulan yang dibawa pulang misi 
Apollo, misi Luna, ataupun yang dianalisis secara in-situ di permukaan Bulan 
oleh sejumlah misi tak berawak lainnya seperti Surveyor dengan menggunakan 
spektrometer sinar alfa. Sehingga butuh serangkaian pengujian untuk bisa 
mengklasifikasikan suatu meteor ke dalam meteor Bulan. Saat ini meteor yang 
berasal dari batuan Bulan diklasifikasikan sebagai meteorit akondrit dengan 
tipe SNC, satu golongan dengan meteor dari permukaan Mars, karena sama-sama 
sangat jarang dijumpai di Bumi. Contoh meteorit akondrit ini seperti yang jatuh 
di Wonotirto, Temanggung, Jawa Tengah pada tahun 2001 silam dan sekarang 
disimpan di Yogyakarta. Namun belum jelas benar apakah meteorit Wonotirto 
berasal dari Bulan.

Salam,


Ma'rufin




________________________________
 


--- On Thu, 7/16/09, rudyanto_nebeng <no_re...@yahoogroup s.com> wrote:

From: rudyanto_nebeng <no_re...@yahoogroup s.com>
Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Re: KOMPAS bahan tertawaan! Manusia Belum 
Pernah Mendarat di Bulan
To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com
Received: Thursday, July 16, 2009, 9:12 AM

  

Rekan-Rekan FPK,

Menurut saya tulisan di Kompas baik yang pertama dan kedua sama baiknya dan 
tidak ada salahnya untuk mengemukakan sudut pandang yang berbeda.

Bukti-bukti bahwa manusia sudah pernah mendarat di Bulan hanya dipegang oleh 
satu pihak saja yaitu AS dan para astronautnya. Tentunya menjadi pertanyaan 
besar juga mengapa sejak 1972 hingga kini, belum ada lagi manusia yang mendarat 
di Bulan. Apakah Uni Soviet tidak sanggup? Cukup mengherankan bila dua negara 
yang berkompetisi, satu negara tidak bisa menyamai prestasi negara saingannya.

Sains tidak bisa memastikan bahwa Manusia Pernah atau Tidak Pernah Mendarat di 
Bulan. Sains hanya digunakan untuk menjelaskan fenomena mengapa langit di bulan 
tidak ada bintangnya, juga mengapa bendera bisa berkibar, juga mengapa tidak 
ada lobang yang ditinggalkan roket.
Tapi pokok permasalahannya adalah bisa jadi foto dan video mengenai manusia 
mendarat di bulan adalah sekedar buatan di studio film.

Cukup masuk akal bukan bila foto dan video tersebut bisa dibuat di studio film? 
Dan mengenai batu-batu Bulan, apakah kita lihat sendiri batu-batu tersebut 
diambil dari Bulan? Atau batu-batu tersebut hanyalah didapat dari meteor jatuh?

Best Regards,
Rudyanto
History is written by a winning general

   


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to