Press Release[1]

DISKUSI FOKUS

Hutan Nantu
Gorontalo - Ikon Kelas Dunia;

Lalu,
Sekarang dan Kedepan”

Presentasi oleh : Lynn Clayton, Ph.D
(peneliti Oxford University, Inggris)



Asrama
Mahasiswa Gorontalo, Perum IPB 2 Sindangbarang,

Jl.
Merkurius Blok B No. 1 Kel. Ciherang Kec. Darmaga - Bogor, 16 Agustus 2009








Bertindak
sebagai tuan rumah, Ririungan Mahasiswa Gorontalo di Bogor (RMGB) kembali
melaksanakan Diskusi Fokus bersama Forum Mahasiswa Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor (Wacana IPB). Diskusi yang dilaksanakan pada Ahad, 16 Agustus
2009 mengambil tema “Hutan Nantu Gorontalo - Ikon Kelas Dunia; Lalu, Sekarang
dan Kedepan” menampilkan pembicara; Lynn Clayton, Ph.D, peneliti dari Oxford
University, Inggris.



Berikut garis-garis
besar presentasi dan tanya jawab :


Perubahan
Iklim dan Pemasan Global telah menjadi pemicu (trigger) bagi masyarakat 
internasional terutama negara-negara industri
maju mengumandangkan pesan penting untuk “Selamatkan
Hutan Tropis”. Berbagai lembaga dunia dan perguruan tinggi terkemuka
mengkampanyekan pentingnya riset dan aksi nyata untuk menyelamatkan hutan. Hal
ini pula yang turut mengantarkan Miss Lynn ke jazirah Sulawesi_zaman penjajahan
kolonial disebut dengan Wallacea. Keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan 
Sulawesi menyebabkannya ingin melanjutkan ekspedisi
Alfred Russel Wallace abad
ke-sembilan belas silam. Berdasarkan perbandingan jumlah, jenis dan keunikan 
flora
dan fauna, beliau kemudian lebih memilih melakukan penelitian di Gorontalo
dibandingkan Sulawesi Utara atau Sulawesi Tengah.

Provinsi
Gorontalo memiliki kawasan konservasi yang cukup luas, total berkisar 51 ribu
hektar (ha). Kawasan konservasi saat ini terdiri atas 1) Cagar alam Panua, 2) 
Suaka
Margasatwa Nantu, dan 3) Taman
Nasional (TN) Bogani Nani Wartabone.
Di kawasan ini terdapat 11 ribu ha hutan lindung (protection forest), 10 ribu 
ha hutan produksi (production forest) dan 30 ribu ha hutan suaka margasatwa 
nantu (wildlife zone). Suaka Margasatwa Nantu yang
berada di wilayah Kabupaten Gorontalo dan Boalemo ditetapkan berdasarkan SK 
Menteri
Kehutanan No. 537/Kpts-II/1999, tanggal 22 Juli 1999. Keunikan alam yang bisa
ditemui di kawasan ini berupa visualisasi pemandangan hutan dataran rendah dan
pegunungan, ladang, air terjun (waterfalls),
panorama alam pedesaan asli dan kubangan air panas bergaram. Kekayaan flora dan
fauna terdiri dari berbagai mamalia baik key
spesies maupun dilindungi seperti babirusa (Babyrousa), anoa (Bubalus sp),
monyet hitam Gorontalo (Macaca hecki)
dan tarsius. Wilayah ini termasuk kategori Endemic
Birds Area (EBA) dengan jenis burung antara lain merpati hitam, raja udang
merah, rangkong dan elang Sulawesi. Sedangkan jenis flora yang dapat dijumpai
seperti pangi (Pangium edule),
beringin (Ficus sp), nantu (Palaquium sp), woka (Livistonia rotundifolia), rao 
(Dracontamelon dao) dan berbagai tumbuhan
bawah lainnya (Dunggio, 2004)[2].

Sebagai
seorang peneliti yang sangat tertarik pada konservasi alam serta berbagai jenis
flora dan fauna yang ada didalamnya, Miss Lynn telah menghabiskan lebih dari 16
tahun di hutan nantu Gorontalo. Bergaul dengan suku Polahi di kaki gunung 
Boliyohuto pada ketinggian 50 hingga
2000 meter diatas permukaan laut, menyusuri sungai Paguyaman dengan perahu 
katinting dan desa-desa sekitarnya
seperti Tangkobu, Pangeya, Parungi, Mohiolo dan lain-lain. Dari pengamatannya,
sejauh ini ketiga kawasan konservasi ini mengalami degradasi yang sangat parah
terutama pada Cagar Alam Panua dan TN Bogani Nani Wartabone. Suaka Margasatwa
Nantu masih relatif lebih baik dan utuh. Meskipun  daerah kubangan (biasa 
disebut adudu)_yang
menjadi tempat hidup dan berkembang biak (habitat) babi rusa dan anoa_semakin
berkurang jumlah dan luasnya. Terdapat banyak faktor yang memperburuk kondisi 
hutan
nantu ini, yaitu tingginya aktivitas penjarahan kayu dan perburuan babi rusa dan
anoa. Babi rusa dan anoa diburu dalam jumlah banyak untuk dipasarkan (secara
terbuka maupun tersembunyi) di wilayah Sulawesi Utara. Sepanjang tahun 1998 –
2007, catatan resmi menunjukkan tidak kurang 1900 babi rusa dari hutan nantu
Gorontalo dijual terbuka di pasar Langowan, Minahasa Selatan. Miss Lynn
mengidentifikasi, akar masalahnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk
melestarikan hutan dan satwa langka serta kurangnya personil polisi kehutanan
(Jagawana). Selain itu bertambah luasnya pemukiman penduduk akibat transmigrasi
yang makin mendekati dan memasuki kawasan konservasi.

Bekerja
dibawah Yayasan Adudu Nantu International
(YANI), Miss Lynn dan kawan-kawan berupaya melaksanakan berbagai program yang
dapat melestarikan hutan dan satwa sekaligus meningkatkan kapasitas hidup
masyarakat setempat. Hal ini tercermin dari pelaksanaan program 1) Penanaman 
dan pembudidayaan 20 ribu
bibit kakao dan 7 ribu bibit pohon jati. Program ini terus disosialisasikan dan
diharapkan dapat dilanjutkan dalam jumlah lebih besar oleh masyarakat setempat
secara mandiri. Pelestarian hutan dan budaya lokal sangat bermanfaat menjadi
potensi ekowisata (eco-tourism),
memungkinkan penciptaan lapangan kerja dan pendapatan serta transfer
pengetahuan dan teknologi yang lebih cepat bagi masyakat sekitar kawasan hutan
konservasi. Kegiatan eko-wisata bisa
meliputi pengamatan burung (birdwatching),
pengamatan satwa liar, wisata sungai, panorama alam dan wisata pedesaan. 2) 
Pendidikan anak. Dengan adanya
keterbatasan jumlah guru, Sekolah Dasar didaerah terpencil ini sering
menggunakan jasa para peneliti asing untuk mengajar di kelas maupun alam
terbuka. Dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, menyebabkan siswa
lebih cepat memahami dan mahir berbahasa Inggris. 3) Pengadaan perpustakaan di 
sekolah/desa terpencil (desa Mohiolo)
untuk memudahkan proses belajar terutama bagi para guru, 4) Kegiatan 
sosialisasi tentang pentingnya pelestarian hutan dan
satwa langka dikemas dengan acara hiburan malam yang melibatkan seniman dan
pelawak lokal.

Sesi
diskusi diwarnai pertanyaan dan saran yang kritis dan menarik, yang ternyata
lebih banyak berasal dari peserta luar daerah Gorontalo. Hatta Jamil, Ketua Umum
Wacana IPB misalnya menekankan pada aspek keberlanjutan (sustainability). Pada 
tataran inilah pentingnya melibatkan peran
semua stakeholder, Pemerintah melalui
aturan dan program kebijakan yang pro-konservasi, pelaku usaha melalui
investasi dan kegiatan produktif yang tidak mengganggu dan mengancam keberadaan
hutan dan satwa langka. Perguruan Tinggi melalui aktivitas Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat yang menyentuh langsung kebutuhan dan keinginan
masyarakat lokal di kawasan konservasi, serta kesadaran dan perilaku masyarakat
setempat yang tidak menjarah hutan dan berburu satwa. Mohammad Tahir, 
menyinggung
penggunaan teknologi untuk memudahkan pemantauan kelestarian hutan nantu,
misalnya melalui labelling terhadap
flora dan fauna langka yang tidak bisa dijarah dan diburu. Bahkan bila sanggup
menggunakan kamera CCTV untuk memantau aktivitas yang terjadi di kawasan
konservasi. Soewignjo, menilai pada aspek kelembagaan; mengingat hutan nantu 
Gorontalo
hanya merupakan sub-bagian dari Balai Taman Nasional yang ada di Sulawesi
Utara, maka penting untuk diusahakan menjadi Hutan Taman Nasional seperti TN
Komodo di Nusa Tenggara Barat, TN Gunung Leuser di Aceh atau TN Gunung Kerinci
di Jambi (Hutan Harapan). Yoyanda Bait menambahkan, diwilayah konservasi perlu
dibangun infrastruktur pariwisata mulai dari papan penunjuk jalan, shelter, 
stasiun riset dengan peralatan
modern dan suprastruktur pariwisata seperti dewan pengelola wisata yang
melibatkan segenap stakeholder serta
promosi dan kerjasama dengan agen perjalanan/paket wisata. Kepada Miss Lynn,
Sayuti mengusulkan agar para peneliti dan pecinta lingkungan lebih menggiatkan
aktivitas perlindungan dan penangkaran babi rusa dan anoa yang melibatkan
masyarakat setempat. Lembaga-lembaga ini diharapkan memberi dukungan finansial 
lebih
besar untuk penangkaran hewan langka dan pengobatan modern dan cepat terhadap
flora dan fauna yang terserang penyakit.

Setelah
memperlihatkan dua buah film singkat tentang kondisi terkini hutan tropis dan
satwa langka, Miss Lynn mengajak peserta diskusi yang sebagian besar adalah
mahasiswa pascasarjana IPB sekaligus pengajar di perguruan tinggi dan peneliti
didaerah agar lebih serius memperhatikan program konservasi terutama di kawasan
kritis dan satwa langka yang terancam punah. Beliau akan menyediakan banyak
waktu untuk berkorespondensi dan mengusulkan agar Forum Wacana dapat
menginisiasi pelaksanaan kegiatan konservasi kepada lembaga-lembaga struktural 
akademik di
IPB. Miss Lynn menginformasikan tawaran beasiswa (degree and non-degree 
scholarship) untuk penelitian kawasan
konservasi dari Darwin University. Iswan Dunggio, salah satu mahasiswa 
pascasarjana IPB asal Gorontalo
telah memperoleh beasiswa ini pada April 2009 lalu di Cambridge University, 
Inggris.

Wawan
Tolinggi, Wakil Ketua Wacana IPB sekaligus Ketua RMGB yang bertindak sebagai
Moderator kemudian menyimpulkan diskusi bahwa, 1) Kerja konservasi merupakan 
tanggung jawab seluruh stakeholder yakni Pemerintah, Pelaku
usaha, Perguruan Tinggi maupun masyarakat pada umumnya, 2) Konservasi harus 
memberikan nilai tambah bagi aspek ekonomi,
ekologi dan sosial. Jika tidak maka pengrusakan lingkungan melalui illegal 
logging dan perburuan satwa
untuk memenuhi kebutuhan hidup (survival
strategy) masih akan terus berlangsung. 3) Pentingnya aspek pendanaan baik dari 
pemerintah maupun
lembaga-lembaga nirlaba yang concern
pada konservasi hutan tropis dan satwa langka yang terancam punah.

Pada
akhir acara kami baru menyadari bahwa 16 Agustus itu adalah hari spesial bagi
Miss Lynn. Beliau merayakan ulang tahun. Happy
nice birthday for you. Kami bangga dan menyampaikan apresiasi atas jerih
payah dan dedikasi tanpa kenal lelah, turut menjaga dan mengkampanyekan
pelestarian keanekaragaman hayati di tanah negeri kami, Hulondhalo Lipu’u. 
Ramah tamah diwarnai dengan foto bersama; Miss
Lynn, pengurus Forum Wacana IPB dan penghuni asrama mahasiswa Gorontalo di
Bogor kemudian menikmati hidangan khas Gorontalo “Bindhe Biluhuta”. Sampai 
jumpa di sesi diskusi berikutnya.
Dirgahayu Proklamasi Republik Indonesia.

Wassalam










[1] Disarikan oleh Herwin Mopangga,
Departemen Infokom Wacana IPB





[2] Dunggio, I (2004) Zonasi Pengembangan
Ekowisata di Suaka Margasatwa Nantu Provinsi Gorontalo, Tesis Sekolah
Pascasarjana IPB


      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke