Pertumbuhan Ekonomi, Siapa yang Tumbuh?

Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memasang target pertumbuhan sebesar 
7% dalam pemerintahan jilid II nya. Dengan pencapaian target pertumbuhan 
sebesar itu diharapkan akan mampu membuka lapangan kerja baru. Pendapatan 
rakyat pun akan naik.

Untuk mencapai target tersebut, pembatasan penguasaan lahan oleh korporasi 
harus dicabut. Korporasi harus diberi kesempatan luas untuk menguasai lahan 
secara luas dan dalam jangka waktu yang lama. Segala hambatan yang menghalangi 
korporasi untuk menguasai lahan harus disingkirkan.

“Hmm..kalo begitu kebijakannya, bagaimana dengan warga miskin yang selama ini 
tidak memiliki akses terhadap penguasaan lahan?,” gumamku,”Bukankah selama ini 
ada ketimpangan kepemilikan lahan di negeri ini, dimana segelintir orang-orang 
kaya memiliki lahan yang begitu luas, sementara jutaan rakyat jelata kesulitan 
mendapatkan akses terhadap lahan, bahkan diantara mereka ada yang sama sekali 
tidak memiliki akses,”

“Walah, kalau begitu bukankah itu berarti pemerintah melestarikan ketimpangan 
kepemilikan lahan?”

Menurut Menteri yang ngurus ketenagakerjaan yang baru di Kabinet Indoensia 
Bersatu (KIB) jilid II, seperti yang ditulis Kompas hari ini (2/11), juga akan 
merevisi beberapa aturan ketenagakerjaan yang dinilai tidak ramah terhadap 
investor. “Lho bukankah, aturan yang ramah investor itu berarti juga berarti 
tidak ramah terhadap hak-hak buruh?” tanyaku lagi.

Pak Menteri Koordinator Perekonomian di Kompas hari ini (2/11) juga mengatakan 
bahwa percepatan pembangunan pembangkit listrik yang tidak bergantung pada 
pembiayaan PLN atau pemerintah menjadi persoalan mendesak. Apa itu artinya? 
“Ya, artinya proyek privatisasi PLN akan dipercepat,”ucapku. Terus apa 
maknanya?. Walah, ini kan berarti tarif listrik akan dinaikan dan subsidi 
listrik segera dihapus. “Logika pasar mengatakan, bahwa jika masih ada subsidi 
dan harga belum mencapai keekonomian, investor tidak mau berinvestasi,” kataku 
sedikit berteori,”Persetan rakyat miskin mau menjerit karena tidak mampu 
membeli listrik, yang penting investor tertawa-tawa..ha..ha..,”a

Jadi, jika petani kecil dan rakyat jelata semakin susah mengakses lahan, 
sementara korporasi-korporasi besar diberi akses yang secara lebih luas 
terhadap tanah. Jika hak-hak buruh dikorbankan untuk menarik investor. Jika 
jutaan warga miskin juga susah membeli listrik.Lantas apa artinya pencapaian 
target pertumbuhan ekonomi 7% itu? Siapa yang tumbuh?”

“Walah cerewet banget seh,” bentaku pada nuraniku sendiri yang kadang-kadang 
suka cerewet,” Ya jelas pertumbuhan ekonomi sebesar 7% itu artinya, yang tumbuh 
yang para pemilik modal dan yang luruh adalah orang-orang miskin,”

“Itu namanya memberantas orang-orang miskin bukan memberantas kemiskinan!” 
bentak nuraniku kepadaku. “Terserah, yang penting pertumbuhan ekonomi titik!” 
sergahku. Lantas kutinggalkan nuraniku sendirian, “Kalo nurutin kamu, aku akan 
selalu ada di pinggir, bukan di tengah,” kataku kepada nuraniku,”Dengan 
meninggalkanmu dan sejenak mengistirahatkan akal sehatku aku akan bergerak ke 
tengah dan siapa tahu bisa seperti mereka, ya mereka yang sering muncul di 
media massa seraya berbicara mengenai kebijakan ekonomi pasar bebas,”

sumber: 
http://ekonomi.kompasiana.com/2009/11/03/pertumbuhan-ekonomi-siapa-yang-tumbuh/



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to