--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Andidj" <andidj2...@...> wrote:
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: UN seperti IELTS/TOEFL

Tuntutan Menghapus UN adalah Demokrasi yang kebablasan

1. Pertama kali UN kembali diadakan, pada tayangan televisi, terlihat siswa 
yang menangis meraung-raung karena tidak lulus UN. Para guru juga ikut menangis.
Semua stasiun TV menayangkan suasana menyedihkan tersebut.
2. Para siswa demonstrasi menuntut dihilangkannya UN
3. Orang tua ikut-ikutan
4. Para ahli, bahkan sekaliber bapak Arif Rahman atau pak Satria atau pak 
Manneke sekalipun menolak UN

+ Beri saya SATU SAJA nama pakar pendidikan yang mendukung UN model yang 
sekarang ini dan nanti biar saya ajak DEBAT UN di TVOne. Anda silakan jadi 
pendukungnya nanti. :-) Bagaimana...?!

Aneh bin ajaib:
1. Tidak ada yang memprotes bila seorang siswa tidak naik kelas, bukan ujian 
akhir, tapi tidak naik kelas, misal dari kelas 1 ke kelas 2. Hakekatnya sama 
aja kok. Sang siswa harus mengulang 1 tahun kemudian Jaman EBTANAS, siswa tidak 
lulus ya tidak lulus, mengulang tahun depan. Tidak ada dramatisasi mengatakan 
EBTANAS ngaco.
Para guru ikutan nangis seolah mereka juga korban. Hahahaha...., emangnya 
ngajar sudah benar ya bapak/ibu guru

+ Anda ini kelihatannya mengerti tapi ternyata tidak paham. :-) Jelas itu tidak 
sama. Yang satu sekolah dan satunya N A S I O N A L (dari Sabang sampai 
Merauke). Pahami dulu makna dan skala nasional ini baru tahu bedanya. Kalau ada 
sekolah yang tidak menaikkan siswanya karena memang belum memenuhi syarat ya 
silakan lha wong mereka tahu apa yang dajarkan dan apa yang harus diujikan. Lha 
emangnya Depdiknas tahu dan yakin apa yang diajarkan di pulau-pulau di Maluku 
sana sehingga siswanya harus diberi ujian yang berstandar nasional?! Paham gak 
bedanya? Kalau gak paham nanti saya setel lagi kasetnya. :-) 

2. Sejak kapan kita menyerahkan keputusan penting pada seorang anak berumur 15 
tahun atau 18 tahun seolah mereka TAHU apa yang terbaik buat diri mereka? 
hehehe...yang punya anak sudah sekolah pasti tahu deh gimana mereka maunya.
Tidak ada PR, tidak ada Ulangan, tidak ada Ujian, sehingga tidak ada kewajiban 
untuk belajar. Itu gunanya pendidikan, mengarahkan mereka ke arah yang benar.
Hal2 tertentu boleh memberikan mereka pilihan, tapi mengenai menghilangkan 
ujian sehingga semua anak bisa lulus TANPA HARUS BERJUANG KERAS, apa gunanya 
pendidikan?

+ Apa yang Anda tahu soal siswa berjuang keras atau tidak? Bagi anak-anak yang 
bersekolah di sekolah Penabur atau AlAzhar mereka tidak perlu berjuang keras 
untuk bisa lulus UN. Piece of cake bagi mereka. Tapi untuk anak-anak di Madura 
yang tidak punya listrik dan gurunya juga sama tidak pahamnya tentang 
Matematika dengan siswa maka bagaimana kira-kira cara mereka BERJUANG KERAS 
agar bisa lulus UN? Anda tidak pernah perduli kan?!

3. Inilah produk indomie. Instan saja. Maunya yang gampang-gampang dan serba 
mudah. Termasuk orang tua si anak juga ikutan tuh

4. Gak bisa jawab. Senjatanya selalu fasilitas melulu.

+ Karena Anda selalu kenyang maka Anda tidak pernah tahu apa artinya lapar bagi 
orang miskin. Karena Anda tinggal di kota besar maka Anda tidak pernah tahu 
kondisi sekolah tertinggal yang ada di daerah-daerah nun jauh disana. Karena 
Anda tidak melihatnya maka Anda amenganggapnya tidak ada. We call it IGNORANCE!


salam,
andidj

Salam
Satria


Kirim email ke