Gerakan  Hari Tanpa Televisi, Tolak Acara TV tak Mutu
Selasa, 20 Juli 2010, 08:28 WIB

     


Televisi
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gerakan  peringatan Hari Tanpa TV (HTT) merupakan 
bentuk sikap kritis masyarakat  menyikapi tayangan televisi yang tidak 
berkualitas. Kegiatan ini  berlangsung sejak tahun 2005 silam.

''Hari Tanpa TV bukanlah  gerakan yang bermaksud memusuhi TV,'' ujar Rita Gani 
selaku aktivis HTT  yang juga salah satu pengajar universitas swasta terkemuka 
kota Bandung,  di Jl Taman Sari, Selasa (20/7).

Bertepatan dengan Hari Anak  Nasional pada tanggal 23 Juli mendatang, gerakan 
HTT ini mengajak  masyarakat untuk mematikan TV dalam sehari pada tanggal 25 
Juli, sebagai  wujud keprihatinan. Apabila hal ini diikuti oleh jutaan warga di 
 
Indonesia, maka dampaknya akan luar biasa sebagai wujud bentuk penolakan  
masyarakat terhadap acara televisi yang tidak berkualitas.

Kritis  dan cerdas dalam menonton TV, setidaknya mencakup memilih acara sesuai  
dengan usia anak dan mengurangi jumlah jam menonton maksimal dua jam  dalam 
sehari. Ini karena pada masa perkembangannya, anak memerlukan  aktivitas fisik 
seperti bermain dan bersosialisasi.

Gerakan ini  juga memiliki makna penting guna memperkenalkan kepada anak dan 
keluarga  bahwa tanpa TV pun hidup akan dapat dijalani dengan baik. Ini 
merupakan  langkah mengurangi ketergantungan anak pada TV.

Fokus pada isu  perlindungan anak inilah yang membuat HTT lebih relevan pada 
persoalan  anak dan keluarga. Gerakan ini bermaksud pula untuk menyadarkan pada 
 
para orang tua dan dewasa untuk turut bertanggung jawab pada  perkembangan anak 
dengan lebih memperhatikan pola kebiasaan mengkonsumsi  tayangan TV agar 
tayangan TV dapat memberi manfaat positif tertentu.

Terakhir,  Rita menyimpulkan bahwa bagaimana pun ada acara TV yang bermanfaat.  
Masyarakat pun perlu memiliki kecerdasan dalam memilih tayangan.  ''Sehingga 
dapat efektif dalam menyaring tayangan-tayangan materi-materi  dewasa atau pun 
bentuk pornografi yang akan menimbulkan kehilangan masa  kanak-kanak bagi 
generasi Indonesia,'' tegasnya.
Red: Endro  Yuwanto

Kirim email ke